chapter 20

56 44 55
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





"Stttt..!! Tenanglah." Bisik Rava memeluk Aerin erat. Jelas karena sepertinya Aerin mulai panik, terbukti dengan tubuhnya yang bergetar hebat. Mungkin ia trauma mengalami kejadian penculikan lagi.

"JUNG AERIN! KELUAR SEKARANG JUGA!" Bentak orang itu yang sudah semakin dekat dengan tempat persembunyian mereka.

Rava terdiam sambil memikirkan cara agar segera terbebas dari komplotan itu.
Sedangkan Aerin sudah terisak pelan.

"Aerin." Panggil Rava pelan yang sontak membuat Aerin mendongak menatapnya yang sepertinya sudah punya rencana.

"Tetap disini! Jangan memperlihatkan dirimu sedikitpun mengerti!" Bisik Rava.

"Kenapa?" Lirih Aerin sambil sesekali melirik kebelakang melihat posisi komplotan yang jaraknya hanya beberapa meter darinya.

"Aku akan keluar memancing mereka. Jika mereka sudah terpancing, aku mau kau berlari kearah sana dan bersembunyilah ditempat yang aman. Aku akan menyusulmu nanti oke." Titah Rava yang langsung ditolak mentah-mentah oleh Aerin. Bagaimana bisa Aerin mempertaruhkan nyawa seseorang hanya karena ingin menolongnya. Aerin tidak bisa melakukan itu. Hanya akan ada rasa penyesalan yang terus menghantuinya jika itu terjadi.

"Aerin! Please dengarkan aku! Jika kau ingin selamat maka dengarkan aku! Akan ku pastikan aku akan baik-baik saja, aku janji." Bisik Rava khawatir mereka akan segera ketahuan. Posisi komplotan itu hanya berjarak beberapa langkah lagi sekarang.

"Kau janji akan selamat?" Lirih Aerin menatap Rava dengan tatapan khawatir.

"I'm promise." Ucap Rava setelahnya ia langsung berlari keluar dari tempat persembunyian mereka.

Rava mengambil batu dan melemparnya kearah komplotan itu untuk memancing mereka semua.

"Lemparan bagus, Rava." Guman Rava bangga pada dirinya sendiri saat lemparannya tepat sasaran mengenai salah satu dahi komplotan itu.

"AKH! SIALAN! SIAPA KAU HAH?!" Bentak orang yang terkena lemparan.

"Aku? Aku hanya anak hutan belantara." Jawab Rava dengan tenang.

"Apa maksudmu hah?! Kembali ketempat asalmu bocah ingusan! Jangan mengangguku!" Bentaknya lagi.

"Hey paman! Apa kau tau kalau daerah yang kau injak sekarang itu adalah wilayahku." Ucap Rava melipat kedua tangannya didepan dada.

"Wilayah apa maksudmu hah?! Apa kau ini orang gila yang terjebak dihutan?!' Salah seorang anggota lainnya ikut membentak Rava.

RAVANA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang