chapter 38

28 3 4
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Berhati-hatilah dalam bertindak mulai sekarang, Vana." seru Rava yang saat ini sedang berada di dalam apartemennya bersama Vana.

Rava memutuskan untuk membawa Vana bersamanya agar bisa tau alasan perempuan itu sampai bisa menaiki kereta tadi. Kakaknya Karin dan juga uncle nya John pun tidak mempermasalahkan itu. Mereka memberikan waktu berdua sebelum kembali berkumpul untuk membicarakan masalah ini.

"Maafin aku tapi aku lakuin itu semua  juga karena kamu. Andai aja kamu enggak bersikap aneh seperti kemarin, aku nggak bakalan mikir hal-hal aneh tentang kamu. Aku juga udah minta kamu buat jelasin semuanya sama aku tapi kamu malah ninggalin aku gitu aja." Vana meremas jemarinya pelan untuk menahan air matanya keluar. Ia terduduk lemas diatas sofa dengan Rava yang ada didepannya seolah-olah sedang menyidangnya.

Kemana sikap manis Rava tadi. Apa itu semua hanya omong kosong untuk menenangkan Vana.

"Aku sudah bilangkan sama kamu, urusan aku itu bukan urusan kamu! Jadi stop memaksaku untuk menjelaskan semuanya. Aku juga punya privasi Vana!" Ucap Rava sedikit membentak.

Vana tersentak kaget saat Rava membentaknya. Matanya mengerjab pelan. Air matanya sudah tidak mampu ia tahan lagi.

"Rava! Kamu itu pura-pura amnesia atau gimana sih? hah! Apa kamu lupa apa yang udah kamu ucapin ke aku waktu di helikopter. Kamu bilang kamu bakal jelasin semuanya Rava! Semuanya! Kamu udah janji kalau kamu enggak bakalan nutupin apapun dari aku. Kamu bilang kamu mau perbaiki hubungan kita kan? Tapi kenapa kamu malah bersikap kayak gini lagi Rava! Kenapa!" Vana tanpa rasa takut berbalik membentak Rava dengan matanya yang mulai memerah.

Rava diam. Ia tidak tau apa yang harus ia lakukan sekarang. Ia memang berucap seperti itu tadi. Itu semua Rava ucapkan secara spontan. Ia tidak tau kenapa ia bisa mengatakan itu semua. Perasaannya yang menyuruhnya berkata seperti itu.

"Apa aku sudah terjebak kedalam permainanku sendiri?" Batin Rava

"Ingat, Rava! Kau tidak boleh terbawa perasaan karena gadis itu. Ingat rencana kita! Jangan sampai kamu termakan omongan mu sendiri!"

Suara tegas pertanda peringatan yang Uncle nya tadi ucapkan saat mereka turun dari helikopter terputar jelas dalam pikiran Rava. Ia berubah saat mendengar peringatan Uncle nya. Saat itu Rava langsung tersadar atas kebodohan nya terbawa perasaan sampai-sampai harus berjanji yang tidak-tidak pada Vana.

Pikiran Rava menolak tapi hati dan perasaannya tidak bisa ia bohongi. Sudah terlihat jelas jika ia memang benar-benar sudah memiliki perasaan untuk Vana. Tidak tau kapan perasaan itu datang tapi untuk saat ini Rava hanya ingin melindungi Vana dari bahaya apapun.

RAVANA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang