⚠️Banyak kata umpatan⚠️
⚠️Terdapat banyak adegan pembunuhan⚠️
Rava, hanya seorang anak kecil biasa sampai akhirnya datang sekelompok orang bersenjata membunuh kedua orangtuanya hingga merubah kehidupannya sepenuhnya. Semua tujuan hidupnya hanya terp...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Vana pov_
Setelah pertengkaran hebat kemarin, hari ini aku memutuskan untuk pergi membuntuti Rava. Anggap saja aku seperti sasaengyang sedang membututi idolnya. Aku ingin memastikan apakah Rava benar-benar sibuk atau malah sebaliknya. Aku berharap tidak mendapatkan kabar buruk setelah ini. Semoga saja Rava benar-benar sedang sibuk mengerjakan sesuatu. Walaupun aku tidak percaya, tapi setidaknya alasan Rava bisa membuatku untuk tidak berpikir lebih jauh tentang kemungkinan terburuk yang akan terjadi.
"Good morning, Princess." sapa orang tuaku saat dia melihat ku sedang berjalan menuruni tangga.
"Good morning, pah." Balasku
"Kamu mau kemana sayang? Ini kan hari libur biasanya kalau hari cuti kayak gini kamu ngabisin waktu dikamar kan." ucap Tyara heran melihat anaknya sudah berpakaian rapi di pagi hari.
"Mamah, seperti tidak pernah muda saja. Anak kita ini pasti sedang falling in love benar kan. Pasti dia mau jalan sama gebetannya makanya pagi-pagi gini sudah rapih saja." ucap Sanjaya mencoba menjahili putri satu-satunya itu.
Sanjaya dan kejahilannya memang tidak bisa dipisahkan. Apalagi mendapatkan situasi yang akan membuat anaknya gampang terpancing. Itu menyenangkan.
"Papah!" Tegur ku dengan muka yang mulai memerah. Aku tau papah hanya mencoba menggodaku tapi tidak tau kenapa aku malah merasa malu.
"Pah, bisa nggak sehari aja nggak isengin anaknya? Ingat umur pah." Omel Tyara
"Nggak bisa! Kalau papah nggak kerjain princess kita ini sehari aja, rasanya itu seperti sayur tanpa garam gitu loh mah." Ucap Sanjaya dramatis.
Hilang sudah aura wibawa seorang tuan Sanjaya dimata istrinya. Bagaimana bisa seorang pemimpin perusahaan besar bersiap kekanakan seperti ini.
"Emang papah pernah makan sayur?" Tanya ku karena seingat ku, papah itu tidak menyukai sayur dan tidak pernah sekalipun memakan masakan sayur-sayuran. Jadi bagaimana papah tau rasa sayur tanpa garam.
"Oh iya yah, papah kan nggak pernah makan sayur." Celetuk Tyara
Tyara jadi ikut-ikutan bingung karena perkataan putri tunggalnya.
"Oh iya papah lupa! Papah kan nggak pernah makan sayur yah." Ucap Sanjaya dengan tampang bodohnya menepuk keningnya.
Tyara menatap Vana yang juga sedang menatapnya. Seolah-olah tau isi pikiran masing-masing, keduanya sontak menggelengkan kepalanya. Satu pertanyaan terlintas lagi. Apa ini benar-benar kepala keluarga yang orang lain nilai berwibawa, kurasa tidak.
Mari berfikir positif, mungkin saja Tuan Sanjaya yang terhormat ini baru saja mendapatkan jatah bulanannya.
"Tau ah! Papah, makin hari makin nggak jelas kelakuannya. Udahlah Vana berangkat duluan aja. Oh iya mah, lain kali jangan keseringan kasih jatah bulanan ke papah, mamah liat sendiri kan gimana hyperatif nya papah." Ucap Vana kemudian berlalu pergi meninggalkan orang tuanya yang melongo mendengar ucapan bar-bar anaknya.