Saat ini Vana sudah berada di kamarnya, matanya terus saja mengeluarkan air mata yang jarang ia keluarkan. Bagaimana tidak, ia sudah mengecewakan kedua orang tuanya.
Setelah kejadian disekolah tadi, untuk pertama kalinya kedua orang tuanya menatapnya dengan tatapan kecewa. Bahkan papahnya sudah berani menamparnya.
Apa Vana terluka?
Tentu saja! Bukan hanya fisik, tapi hatinya juga terluka. Tangan yang biasa membelainya penuh kasih sayang, sekarang malah mendaratkan tamparan keras untuknya.
Flashback"Ada apa ini!"
"Apa yang dia lakukan disini? Lirih Vana menatapnya tidak percaya.
Melihat seorang pria dewasa berpakaian rapih menegur mereka berdua, Rava segera melepaskan Vana dan menatap dingin pria dihadapannya.
"Om Sanjaya." Ketiga sahabat Vana tersentak kaget melihat papah Vana tiba-tiba datang kesekolah.
Tunggu sebentar, Sanjaya? Bukankah itu nama yang Rava cari selama ini tapi sayangnya Rava tidak mendengarnya karena ia terlalu fokus melihat wajah pria yang ada di hadapannya. Wajah itu terlihat familiar.
"Ada apa ini! Vana, apalagi yang kamu perbuat sekarang!" Bentak pria itu lagi.
Vana hanya diam, kali ini ia benar-benar merasa takut. Padahal sudah beberapa kali ia tertangkap basah seperti ini dan ia merasa biasa aja. Tapi entah kenapa sekarang ia malah ketakutan. Apalagi saat ini untuk pertama kalinya ia melihat tatapan kecewa papahnya. Biasanya jika Vana terkena masalah disekolah papahnya itu hanya menatapnya datar kemudian memaafkan dan kembali memperlakukan Vana seperti biasa.
"Maaf jika saya menyela tuan, saya hanya ingin bertanya siapa anda?" Rava bertanya dengan wajah dinginnya yang tetap dia pertahankan.
"Saya orang tuanya dan maaf kalau putriku berbuat salah. Saya tau disini putriku yang harus di salahkan karena ia memang pembuat onar disekolah." lirih papah Vana yang bernama Sanjaya itu.
Mendengar itu Vana semakin merasa bersalah bahkan ia sudah menundukkan kepalanya. Lantai sekarang terlihat lebih menarik dibanding dua orang dihadapannya.
"It's okey tuan, saya juga ingin meminta maaf karena tidak bisa mengontrol emosi dan mungkin sudah membuat anak anda terluka." ucap Rava bersikap formal.
"Saya begitu sibuk sampai tidak menyadari sikap putriku ternyata begitu buruk. Saya sudah sangat sering bahkan dengan mudah memaafkannya saat ia telah melakukan sesuatu yang buruk. Seharusnya sudah sejak awal saya menegurnya agar tidak berbuat hal buruk lagi. Saya merasa sudah gagal mendidiknya." ucap Sanjaya tersenyum lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVANA [ON GOING]
Teen Fiction⚠️Banyak kata umpatan⚠️ ⚠️Terdapat banyak adegan pembunuhan⚠️ Rava, hanya seorang anak kecil biasa sampai akhirnya datang sekelompok orang bersenjata membunuh kedua orangtuanya hingga merubah kehidupannya sepenuhnya. Semua tujuan hidupnya hanya terp...