chapter 27

30 17 34
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aulia menutup kasar laptop miliknya hingga menimbulkan suara gaduh yang begitu keras. Mukanya yang seperti bidadari itu seketika berubah menjadi jelmaan iblis saat melihat sahabat baiknya itu hanya diam tidak mendengarkan penjelasannya sama sekali.

Rasa jengkelnya tidak bisa Aulia tahan lagi. Yang benar saja, sejak tadi mulutnya komat-kamit menjelaskan materi yang akan mereka rangkum nanti tapi Vana selaku partner kelompok nya malah memperhatikan Rava yang terlihat sedang fokus merangkum materinya sendiri didalam laptop. Kacamata yang bertengger di hidungnya itu dan juga blazer sekolah yang sudah ia lepas serta lengan kemejanya yang ia lipat sampai batas siku membuat Rava terlihat lebih menawan.

Orang-orang bilang rezeki tidak boleh ditolak bukan maka dari itu Vana memanfaatkan keadaan sekarang. Mencuci mata sebentar tidak ada salahnya. Rumus-rumus kimia di dalam buku membuat matanya sakit.

Tapi mencuci mata yang Aulia lihat disini bukan hanya mencuci mata biasa melainkan tatapan bucin seorang Vana Angelina. Rasanya buku cetak yang dipegang Aulia saat ini sudah siap lahir batin untuk menghantam wajah cantik Vana.

"Lecet sedikit tidak apa-apa paling tidak kadar kecantikannya hanya berkurang lima persen saja." batin Aulia geram.

Brak!

Buku cetak itu menghantam meja dengan dengan begitu keras. Oke kalau boleh jujur, mana berani Aulia menghantam wajah Vana menggunakan buku cetaknya. Aulia masih mau hidup, menikah dengan Sky dan beranak Cucu.

Suara dentuman itu berhasil menyadarkan Vana dari lamunannya.
Perempuan berparas bak malaikat tapi berhati iblis itu sempat kaget tapi sedetik kemudian ia langsung melayangkan tatapan sebalnya kearah Aulia.

"Santai bisa kan?" Vana menatap nyalang kearah Aulia.

Lihatlah, itu baru meja yang Aulia hantam bagaimana jika Aulia benar-benar menghantam aset berharga milik Vana itu jelas Aulia akan segera di kirim ke planet mars atau lebih sadis lagi ia bisa-bisa di kirim ke planet Pluto.

"Lo denger nggak apa yang gue bilang tadi? Nggak kan? Yah nggak lah! Lo kan tadi kerjaannya cuma natap cowok yang sekarang lo bucinin itu kan!" Ketus Aulia yang sempat menunjuk kearah Rava tapi Vana sudah lebih dulu menghalangi nya. Bisa malu dia kalau Rava sampai memergoki nya sedang menatapnya dengan tatapan yang Rawr.

"Aulia kalau lo masih mau hidup, lo diem aja sekarang oke." ucap Vana tersenyum manis sangat manis sampai-sampai setan saja takut melihatnya.

"Sekarang lo jelasin ulang aja materinya maafin gue tadi nggak sempet fokus." lanjut Vana santai sambil membuka kembali laptop yang sempat Aulia banting tadi.

RAVANA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang