⚠️Banyak kata umpatan⚠️
⚠️Terdapat banyak adegan pembunuhan⚠️
Rava, hanya seorang anak kecil biasa sampai akhirnya datang sekelompok orang bersenjata membunuh kedua orangtuanya hingga merubah kehidupannya sepenuhnya. Semua tujuan hidupnya hanya terp...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Apa barang itu kalian sudah ditemukan?"
Suara Sanjaya terdengar dari arah tangga atas. Sepertinya ia sedang melakukan panggilan dengan seseorang.
"Belum tuan, kami belum menemukannya."
"Apa?! kalian gagal lagi?! Kalian benar-benar tidak becus! Apa kau mau, kau dan para anak buah tidak berguna mu itu ku pulangkan kembali ke brazil hah!"
Dari arah lain yakni di meja makan yang terhubung dengan dapur terlihat Vana dan mamahnya Tyara sedang menyiapkan makanan untuk mereka sarapan bersama pagi ini.
"Mah, kok papah keliatannya emosi gitu sih?" Tanya Vana heran melihat papahnya yang terlihat sedang membentak seseorang ditelpon.
"Mamah juga nggak tau mungkin itu karyawannya kali. Udah mending kamu panggil papah kamu sarapan entar dia kesiangan lagi ke kantornya." Ucap Tyara sambil kembali berjalan menuju dapur untuk mengambil piring tambahan.
"Oke, mah."
Vana berjalan pelan menghampiri papahnya yang kini malah duduk di atas anak tangga terakhir. Papahnya itu juga terlihat menjawab telponnya dengan tangan yang satunya menarik pelan rambutnya. Papahnya itu terlihat sangat frustasi.
"Kayaknya papah lagi punya masalah." Ucap Vana dalam hati.
"Pah, ayo kita sarapan ba.."
"Saya tidak mau tau! Kalian harus mendapatkan barang itu dalam kurung waktu tiga bulan mengerti! Jika tidak, saya yang akan turun tangan sendiri menyelesaikan masalah ini dan jika itu terjadi sudah dipastikan kalian akan saya kembalikan ke tempat asal kalian dan kalian akan kembali menjadi gelandangan. Camkan itu!" Bentak Sanjaya sebelum mematikan teleponnya secara sepihak.
"Barang? Maksud papah barang apa sih kok papah sampai emosi kayak gitu." Ucap Vana dalam hati, ia penasaran barang apa yang papah nya itu maksud sampai-sampai harus memarahi orang yang dia telpon seperti itu.
"Papah." Panggil Vana sekali lagi. Kali ini ia mendekat kearah papahnya untuk mendapatkan perhatian.
"Loh sayang kapan kamu dateng?" Tanya Sanjaya segera merangkul putrinya.
"Dari tadi, pah. Papah lagi bicarain barang apa sih sama orang yang papah telpon tadi kok kayaknya papah stress banget mikirnya." Tanya Vana mendongak menatap papahnya yang memang lebih tinggi darinya. Tingginya hanya sebatas bahunya.
"Ba.. barang apa sayang. Kamu salah denger kali." Ucap Sanjaya berusaha menutupi.
"Pah! Papah pikir aku anak kecil apa yang bisa papah bohongin kayak gini. Jelas-jelas aku denger papah nyebut barang gitu. Aku juga liat papah emosi banget gara-gara itu." Jelas Vana menatap papahnya curiga.