chapter 33

23 6 7
                                        

Rava pov_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rava pov_

Vana Angelina, aku tidak mengerti kenapa Vana bisa menaiki kereta itu. Apa ini kebetulan atau memang aku saja yang kurang memperhatikan.

"Fuck!" Umpat ku merasa frustasi.

Orang-orang sialan itu memang benar-benar ingin mengujiku.

Tidak ingin buang-buang waktu, dengan masih diselimuti rasa panik, aku berlari kearah penanggung jawab stasiun dan memintanya untuk segera menghentikan laju kereta yang Vana tumpangi.

"Maafkan saya tuan, saya tidak bisa begitu saja menghentikan keretanya karena itu bisa sangat beresiko." ucap penanggung jawab dengan sabar mencoba menenangkan Rava.

"Damn it!" Dengan frustasinya Rava menjambak pelan rambutnya. Dia mencoba berpikir tenang.

"Tuan, anda tidak perlu khawatir. kereta nya akan melaju dengan aman. Semuanya akan terkendali tidak ada yang harus di khawatirkan." ucap salah satu anggota keamanan.

Rava menyandarkan tubuhnya kesalah satu tiang stasiun. Dia harus mencari jalan keluar secepat mungkin sebelum sesuatu terjadi pada Vana karena kecerobohan nya.

"Aku harap dugaan ku 
tidak benar." batin Rava

.

Vana pov_

Rasa panik masih menyerang ku tapi walaupun seperti itu, aku bersyukur karena masih bisa mengendalikan diri ku untuk tetap bersikap tenang.

Kenapa Rava terlihat sangat panik sedangkan keretanya terlihat baik-baik saja. Begitulah pertanyaan yang terus berputar di kepalaku sejak tadi.

"Aku akan turun di stasiun selanjutnya dan akan segera pulang kerumah." Guman ku berusaha membuat diriku tenang.

Aku harap aku bisa mencapai stasiun selanjutnya tanpa adanya masalah. Aku juga berharap apa yang Rava takutkan tidak terjadi.

Aku hanya mampu berdoa saat ini. Jika saja aku tidak melupakan handphone ku, pasti sejak tadi aku sudah keluar dari kereta karena bantuan orang-orang hebat dari papah ku.

"Aku sangat sial hari ini." Gumanku meremas pelan tanganku yang dibanjiri keringat dingin.

"Tuhan tolong bantu aku."

.

Seorang pria berpakaian serba hitam berjalan dengan tenang memasuki gerbong masinis dengan salah satu tangan yang dia sembunyikan didalam saku celananya. Dengan perlahan dia memasang alat peredam suara dibalik pintu. Setelahnya, dia menghampiri masinis itu kemudian menembaknya dengan pistol yang sudah sejak tadi dia sembunyikan di sakunya.

RAVANA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang