2 | Jihan Maira

59 4 0
                                    

"Semesta memang tak terduga dalam menjalankan rencana-Nya, mempertemukan aku denganmu misalnya."

-Jihan-

***

"Byuurrr"

Suara air di dalam lubang kecil yang baru saja beradu dengan roda sepeda motor itu seketika membuat seluruh tubuh Jihan basah kuyup. Sejenak ia mematung menyadarkan diri tentang apa yang baru saja terjadi. Ia memandang tubuhnya dari ujung kakinya hingga meraba kerudung pashmina yang ia kenakan, semuanya basah.

Gadis berusia 18 tahun itu masih mematung di tempatnya.

"Eh punya mata nggak sih!" omelnya pada seorang pria yang kini sedang duduk di atas motor sambil menoleh ke tempat di mana gadis itu berdiri.

"Maaf Mbak, nggak sengaja," jawab pria itu dengan entengnya seraya kembali menyalakan motornya dan berlalu.

Jihan hanya bisa melongo saja mendengar jawaban pria itu. Hei, tidak sopan sekali kau anak muda! Ia hanya bisa menggeleng pasrah dengan keadaannya saat ini dan segera melanjutkan perjalanannya menuju tempat bertuliskan "ARCA". Sebuah kafetaria yang menjadi tempatnya bekerja selama lima bulan terakhir.

Gerutuan dan omelan tidak jelas Jihan berlanjut hingga kakinya telah memasuki tempatnya bekerja. "Cowok apaan itu, ih kesel masih pagi udah dibasahin kayak gini! Awas aja kalo ketemu lagi!"

Sang bos yang melihat karyawannya menggerutu tidak jelas lantas bertanya penasaran. "Ji, kamu kenapa?" nyatanya pertanyaan dari bosnya tadi tidak mampu mengalihkan perhatian Jihan dan membuat Jihat tetap saja berlalu. "Ji, kamu kenapa?" kali ini nada pertanyaan itu sedikit meninggi dan berhasil membuat Jihan menoleh.

"Eh Mas Zay, sejak kapan berdiri di situ?" bukannya menjawab gadis mungil itu malah balik bertanya, sontak saja ini membuat seorang yang dipanggil Mas Zay itu menggeleng pelan.

"Perasaan pagi ini cuacanya cerah kok baju kamu basah kuyup gitu, are you okay?" ulangnya.

"Oh.." ia memberi jeda dan menghembuskan napas kasar,"-jadi gini Mas, tadi pas di jalan ada cowok naik sepeda motor, nah dia tuh mungkin nggak lihat atau apa ada lubang besar isinya air sisa hujan semalam, ehh malah dilewatin yah nyiprat lah ke aku yang waktu itu berdiri di samping lubang. Tapi kayaknya dia sengaja deh, ya kali nggak lihat lubang segede itu. Pokoknya aku sebel Mas ih, pengen tak remet-remet raine." Jihan menarik napas setelah bercerita panjang lebar kepada bosnya.

Bukannya bersimpati pada gadis di depannya, Zaydan malah tertawa. Menurutnya Jihan itu lucu, dia selalu seperti itu kalau menjelaskan sesuatu. "Emang kamu kenal sama dia?" tanyanya lagi.

Jihan terdiam dan sedetik kemudian menggeleng, "enggaklah Mas, temenku nggak ada yang kaya gitu, apaan nggak punya sopan santun!"

"Shhttt, udah-udah masih pagi juga udah ngeghibah, kamu juga salah udah tahu ada lubang kenapa malah di lewatin, nanti kalo jatuh gimana?" ucap Zaydan.

Siapa sangka ternyata ucapan Zaydan barusan membuat semu merah muda muncul di pipi Jihan. 'Duh apaan sih Ji kok malah salting,' batinnya.

"Yaudah Mas, Ji mau ke belakang dulu bentar lagi kafe buka kan?" ucap Jihan mengalihkan pembicaraan. Zaydan pun menganggukinya.

Jihan baru saja menaruh tasnya di etalase dan bersiap untuk menuju kipas angin yang berada di ruangan itu guna sedikit mengeringkan bajunya, hingga tak lama rekan kerjanya datang dan menatap Jihan heran.

"Udan-udanan ning ngendi awakmu Ji, kok teles ngunu?" tanya wanita berusia 30 tahun sambil sedikit menahan tawanya. [hujan-hujanan di mana kamu Ji, kok basah begitu?]

Sebuah KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang