20 | Berbeda

9 1 0
                                    

"Mari bersikap seolah kita tak pernah ada rasa dan masalah."

-Author-

***

Selepas makan malam bersama keluarganya, Zaydan langsung meninggalkan meja makan dan menuju kamarnya. Semua orang nampak sedikit heran dengan tingkah Zaydan yang tak seperti biasanya. Biasanya setelah makan dia akan sekedar mengobrol dengan ayahnya terkait dengan apa saja yang terjadi di hari itu atau berbicara random terkait peristiwa-peristiwa yang sedag hangat dibicarakan di sosial media.

Yumna seakan memahami apa yang sedang dirasakan oleh kakaknya itu. Tak menunggu waktu lama, Yumna juga memilih untuk menyusul kakaknya ke kamar.

Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Yumna langsung saja masuk dan melihat kakaknya itu sedang berbaring sembari menatap langit-langit kamarnya. Sangat terlihat sekali bahwa mood kakaknya itu sedang tidak baik-baik saja.

"Ehemmm," Yumna berdehem.

Zaydan langsung bangkit dari posisinya dan menatap tajam ke arah Yumna. Yumna yang ditatap sedemikian rupa merasa tidak takut sama sekali, justru dia sudah tidak sabar untuk menggoda Zaydan yang sedang dilanda kecemburuan itu. Kakaknya itu memang sedikit aneh menurutnya. Tiada hari tanpa 'menggalau' itu yang biasa dikatakan Yumna.

"Tahu tata krama kan?" ucapnya ketus.

Yumna hanya terkekeh pelan dan langsung saja duduk di samping Zaydan.

"Aku tahu kenapa Mas Arya sampai kayak gini." Yumna tak menghiraukan tatapan tajam Zaydan yang mungkin sangat ditakuti oleh para mahasiswanya di kampus. "Makanya kalau suka itu ngomong ke orangnya langsung, bukannya uring-uringan sendiri kayak gini," cerocosnya.

"Sotoy banget jadi orang, emang siapa yang lagi uring-uringan, perasaan kamu doang kali."

"Yeee, bukan perasaan Nana aja kali Mas, tuh Ayah sama Bunda juga tadi sempet tanya Mas Arya kenapa. Mas nggak usah bohong sama Nana, Nana tahu semuanya. Mas pasti lagi cemburu kan soalnya Jihan lebih milih nemenin Saga ke toko buku ketimbang ngabisin waktu lebih lama disini tadi pagi, ya kan?"

Tepat. Tebakan Yumna memang sangat tepat.

"Jangan sok tahu!"Zaydan masih saja berusaha menyangkal ucapan Yumna. Raut mukanya datar seolah tak terjadi apa-apa pada dirinya.

"Tadi Yumna ketemu loh sama mereka di toko buku, mereka kelihatan serasi banget deh Mas. Jihan juga kelihatan bahagia banget jalan sama Saga," bukannya mendinginkan suasana, Yumna malah semakin memanas-manasi Zaydan.

Flashback on.

"So—rry... loh Jihan, katanya tadi mau ke rumah, kok di sini?" Tanya Yumna pada Jihan.

Jihan terlihat sedikit terkejut mengetahui gadis itu adalah Yumna. "Iya Yum, tadi Jihan lupa kalau sebenarnya ada janji sama temennya Jihan dan malah menyanggupi ajakan Bunda untuk ke rumah. Tadi Jihan juga udah sempat ke rumahmu kok, tapi Jihan pamit nggak bisa lama-lama. Kamu sendiri habis darimana, tadi di rumah cuma ada Bunda sama Mas Zay soalnya."

"Oh itu tadi aku baru dari rumah teman sih, dan kebetulan mau beli buku juga jadi mampir dulu ke sini."

Jihan menjawab dengan bulatan "O" dari mulutnya.

"Oh ya Yum, kita pamit dulu ya."

"Eh iya Ji, hati-hati."

Setelah itu Saga mengantarkan Jihan pulang ke kostnya. Yumna bisa melihat dengan jelas kebersamaan antara Jihan dan Saga memang sangat dekat. Terlihat sekali mereka seperti sudah lama kenal, tapi jika ingt kata-kata Jihan dulu bahwa mereka baru saling mengenal kurang lebih dua bulan ini.

Sebuah KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang