"Jarak mungkin pemisah raga, namun jarak belum tentu mampu mengikis rasa."
-Jihan-
***
Tiga tahun kemudian.
"Apihhhh... " panggil seorang bocah berusia 3 tahun kepada pria berkemeja navy yang ada di depan sana.
Bocah itu berlari menghampiri pria tersebut dengan terus memanggil-manggilnya dengan sebutan "Apih". Perempuan yang berjalan santai di belakang bocah tersebut hanya bisa tersenyum melihat tingkah lucu gadis mungil itu.
"Kayra, kok ada di sini nak?" tanya pria tersebut sembari mengangkat bocah yang dipanggilnya Kayra itu ke dalam gendongannya.
"Kangen," ocehnya.
"Kayra kangen sama Apih? Sama dong Apih juga kangen sama Kayra. Kesini sama siapa sayang?"
Kayra menunjuk ke arah perempuan yang saat ini juga sedang berjalan menghampiri mereka. "Sama Amih," jawabnya.
"Kok sama kamu? Kamu nggak kuliah emangnya? Tadi Kayra di rumah sama Bunda kan?" tanyanya pada perempuan yang memakai khimar coklat senada dengan gamis yang sedang ia kenakan itu.
"Kebetulan Jihan tadi nggak ada kelas terus Jihan main ke rumah Bunda, eh di sana Bunda lagi sama Kayra. Bunda tadi kayaknya kurang sehat jadi mau ke rumah sakit check up, kata Bunda kasian kalo Kayra diajak ke rumah sakit juga jadi Bunda nyuruh Jihan ajak Kayra jalan-jalan," tuturnya.
"Bunda sakit? Terus tadi dianter sama siapa?"
"Sama Pak supir. Tadi Jihan udah nawarin mau nganter ke rumah sakit juga tapi kata Bunda nggak usah gitu. Kamu masih ada kelas?" tanyanya.
"Nggak ada, tadi rencananya mau mampir ke ARCA dulu sih, tapi kayaknya nggak jadi deh."
"Apih, Ara mau es krim boleh?" tanya gadis cilik itu.
Zaydan tersenyum, "boleh dong sayang, habis ini kita beli es krim terus kita jalan-jalan sama Amih juga, Kayra mau?"
"Asiikkkk, makasih Apih, makasih Amih."
"Sama-sama sayang, nanti kita minta Apih beliin es krim yang buanyaaak buat Kayra." jawab Jihan.
Gadis itu bertepuk tangan sembari terus bersorak saking bahagianya. Mereka memang sangat manis ketika bersama. Tanpa sadar semua pasang mata, mulai dari mahasiswa, staf, dosen, turut menyaksikan momen manis itu di depan mereka. Sungguh, mereka sangat cocok sebagai satu keluarga.
Sepasang mata elang juga turut menatap ke arah mereka. Tangannya terkepal kuat menyaksikan semua itu di hadapannya. Mungkin jika ia membuka kacamata hitamnya maka akan terlihat sorot mata yang memerah menahan amarah. Keputusannya untuk kembali ke Indonesia setelah tiga tahun ternyata langsung disambut dengan kenyataan menyakitkan.
Langkahnya perlahan mundur. Ia mengurungkan niatnya untuk menemui papanya di kampus setelah melihat kejadian barusan. Ia kembali masuk ke mobil dan melajukannya dengan kecepatan yang sangat tak biasa.
Setelah sekian tahun ternyata perasaannya masih sama. Ia masih saja tidak sanggup melihat orang yang begitu ia cinta kini sedang berbahagia dengan keluarga barunya. Hatinya sakit, sama sakitnya seperti pertama kali saat ia melihat lelaki yang bersama anak kecil tadi datang ke rumah gadis itu untuk melamarnya.
Bodoh Ga, lo tahu Jihan nggak mungkin nolak lamaran itu, dan sekarang lo liat sendiri kan dia sudah bahagia bersama keluarganya.
Saga terus menambah kecepatan mobilnya, hingga tanpa sadar ia sedang membahayakan dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Kisah
General FictionIni adalah sebuah kisah tentang bagaimana seorang gadis mampu membuat seseorang kembali mengenal siapa Rabbnya. Sebuah kisah tentang cinta dengan segala rintangan untuk bisa mencapai akhir bahagia. Dan sebuah kisah cinta dalam diam dari sesorang unt...