"Ketika aku berusaha menjauhimu, mengapa kamu selalu datang dengan membawa kejutan-kejutan tak terduga untukku."
-Jihan-
***
"Tante, Saga gimana?" tanya Kanaya khawatir.
Kanaya yang seharusnya terbang ke Washington siang ini terpaksa menunda keberangkatannya setelah mendapat kabar bahwa Saga mengalami kecelakaan yang cukup parah. Padahal tadi pagi ia sempat bertemu dengan Saga di rumahnya untuk berpamitan dan ia tak pernah menyangka bahwa hal ini akan terjadi.
Di depan ruang UGD terlihat Ratih dengan wajah penuh kekhawatiran sedang menunggu sendirian. Ia berharap-harap cemas semoga putranya itu dalam kondisi yang baik-baik saja.
"Lagi ditanganin dokter, Kay," jawab seorang wanita yang saat ini sedang cemas akan keselamatan putra semata wayangnya. "Tante takut Kay, Tante takut Saga kenapa-napa," ucapnya.
Kanaya memeluk Ratih sembati menyalurkan sedikit ketenangan. "Everything gonna be okay, Tan. Don't worry, aku yakin Saga nggak akan kenapa-napa. Kita doa sama-sama ya. "
Tak berapa lama kemudian Rehan juga sampai di sana.
"Gimana keadaan Saga?" tanyanya dengan segala kecemasan yang terlihat di wajahnya.
Ratih langsung menghambur ke pelukan suaminya, "dia di dalem Pa, Mama takut Saga kenapa-napa. Tadi dia minta izin bertemu ke kampus untuk bertemu Papa, tapi kenapa jadi seperti ini. Huhuhu..." tangis Ratih semakin pecah mengingat alasan Saga pergi dari rumah tadi.
"Saga ke kampus? Tapi Papa tadi nggak bertemu dengan dia Ma." Jawab Rehan. memang benar apa yang ia katakan, Saga memang tidak menemuin di kampus tadi.
Dokter keluar dari ruangan. "Dengan keluarga pasien?"
"Saya Papanya."
"Bisa kita bicara Pak?"
Nada tegas dari dokter semakin membuat atmosfer di tempat itu menjadi sangat menegangkan. Apalagi ditambah raut wajah yang serius sang dokter membuat semua yang ada di sana merasa kalau Saga pasti tidak baik-baik saja.
Akhirnya Ratih dan Rehan mengiyakan perintah dokter dan membicarakan keadaan Saga di ruangan dokter tersebut.
"Kondisi pasien bisa saya katakan tidak baik, ada pendarahan di bagian otak yang diakibatkan oleh benturan yang cukup keras. Kondisi ini bisa disebut dengan epidural hematoma [1]. Epidural hematoma berpotensi merusak jaringan otak yang memengaruhi kemampuan melihat, berbicara, bergerak, dan kesadaran tubuh, itu sebabnya penyakit ini perlu mendapatkan penanganan medis. Jika tidak, epidural hematoma bisa menyebabkan komplikasi yang membahayakan nyawa. Misalnya mati rasa, herniasi otak [2], hidrosefalus[3], kelumpuhan, hingga koma. Untuk itu kami selaku tim medis harus segera melakukan penanganan terhadap pasien. Kami akan meminta persetujuan dari pihak keluarga untuk tindakan lebih lanjut." jelas dokter tersebut.
Ratih langsung histeris mendengar penjelasan dokter, ia tak menyangka bahwa putranya akan mengalami hal separah itu. Tanpa berpikir lebih lama, Rehan langsung menyetujui tindakan operasi agar Saga juga dapat segera ditangani dengan baik.
Operasi langsung dilakukan oleh tim medis dan menghabiskan waktu berjam-jam. Selama itu pula baik Ratih, Rehan, dan Kanaya dengan penuh harapan menunggu di luar ruangan operasi. Sejak lampu yang ada di atas pintu ruang operasi itu menyala, tak henti-hentinya mereka berdoa untuk keselamatan Saga.
Waktu terasa berjalan pada tempatnya, detik demi detik terasa begitu lambat, gusar dan kekhawatiran akan keselamatan seseorang yang sedang bertarung nyawa di dalam sana membuat air mata mereka seakan tak mau berhenti. Rasanya sangat sakit ketika melihat dia yang kita sayangi harus terkapar lemah di meja operasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Kisah
General FictionIni adalah sebuah kisah tentang bagaimana seorang gadis mampu membuat seseorang kembali mengenal siapa Rabbnya. Sebuah kisah tentang cinta dengan segala rintangan untuk bisa mencapai akhir bahagia. Dan sebuah kisah cinta dalam diam dari sesorang unt...