"Ada satu titik dimana dalam kata CINTA tak sebatas pada sebuah rasa dan ego semata, makna CINTA adalah menjaga, menjaga dia untuk tetap bisa tertawa meskipun pada akhirnya kamulah yang terluka."
-Zaydan-
***
Sengatan matahari belum terlalu panas namun cahaya itu cukup membuat gadis yang baru saja turun dari taxi yang ia tumpangi menyipitkan matanya. Kini dirinya telah berdiri tepat di depan sebuah café bernuansa monokrom dengan tulisan besar "ARCA" pada plang yang memang dipasang untuk menjadi penanda sekaligus trade mark milik salah satu orang kesayangannya.
Pada pintu kaca itu tertulis 'open' yang berarti café ini memang sudah buka. Ia segera masuk dan mengamati sekeliling. Senyum manis tersimpul di ujung bibirnya. Setengah tahun ia tidak menjejakkan kakinya di tempat ini dan ternyata semuanya masih sama. Guci besar berisi tanaman sintetik yang terpasang di tempat favoritnya yakni di pojok café masih berdiri dengan cantiknya. Ornamen dan typografi pada setiap sudut masih sama belum ada perubahan sedikitpun. Rasa nyaman yang menyeruak pun masih sama seperti saat pertama ia datang ke tempat ini beberapa tahun yang lalu.
Lama sekali dia mengamati hiruk pikuk café tanpa sengaja matanya menangkap satu pemandangan yang berbeda. Ia mulai mendekatinya. Seorang gadis dengan paras cantik terlihat sedang melayani beberapa pengunjung yang ingin membayar makanan dan minuman yang sudah mereka pesan.
Yumna berdiri di depannya sembari melemparkan beberapa pertanyaan yang ternyata langsung di jawab oleh lawan bicaranya itu. Dalam hati kecilnya, ia merasa sudah sangat mengenal gadis manis yang tadi ia ajak bicara. Sama persis seperti yang selalu ia dengar dari seseorang. Ia mulai terkikik geli, namun senyumannya itu ia samarkan dengan menutup mulutnya menggunakan tangan kananya.
Tanpa pikir panjang, langkah kakinya segera melangkah ke arah salah satu pintu bertuliskan "CEO ROOM". Tangannya memutar handle pintu. Ia tidak serta merta masuk begitu saja, mula-mula ia menyembulkan kepalanya ke celah pintu yang terbuka. Matanya dapat melihat dengan jelas di sana pria kesayangannya sedang fokus pada satu titik.
"It's surprise," teriaknya mengejutkan pria tersebut.
***
Pria berusia hampir kepala tiga itu sudah asyik menarikan penanya di atas kertas sejak pagi tadi. Entah apa yang sedang ia kerjakan, namun terlihat jelas pada raut wajahnya bahwa ia sedang berada dalam mode serius.
Ia seakan memiliki kepribadian yang berbeda-beda ketika berada di tempat yang berbeda. Ia bisa menjadi manja dan sangat manis ketika berada di tengah keluarganya, berwibawa di depan para karyawannya, dan menjadi sangat tegas bahkan bisa dikatakan galak ketika berhadapan dengan mahasiswanya. Tapi itulah Zaydan dengan segala sikapnya.
Selain terkenal dengan kepribadiannya yang unik, perlu diakui bahwa Zaydan merupakan sosok yang terbilang sangat tampan dengan obsidian coklat, rambut hitam legam, garis senyum yang sangat manis, dan akan terlihat gingsul di salah satu sisi giginya ketika ia tersenyum. Bukan rahasia lagi bahwa ketika di kampus Zaydan merupakan incaran para mahasiswinya. Tapi Zaydan bukanlah tipikal dosen yang dengan mudah menanggapi godaan dari gadis-gadis itu. Sikap dingin yang ia tunjukkan di hadapan mahasiswanya membuat beberapa mahasiswi memilih menyimpan rasa kagumnya sendiri.
Bagaimana Zaydan bisa merespon setiap perhatian yang ia dapatkan, ketika jauh dalam lubuk hatinya sudah tersimpan sebuah nama yang selalu ia jaga. Katakanlah Zaydan seorang pengecut karena belum mapu mengatakan semuanya pada sang puan. Tapi di sisi lain Zaydan masih punya banyak sekali pertimbangan dan keraguan. Keraguan itulah yang membuat Zaydan memilih bungkam akan perasaannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Kisah
Fiksi UmumIni adalah sebuah kisah tentang bagaimana seorang gadis mampu membuat seseorang kembali mengenal siapa Rabbnya. Sebuah kisah tentang cinta dengan segala rintangan untuk bisa mencapai akhir bahagia. Dan sebuah kisah cinta dalam diam dari sesorang unt...