"Apa yang lebih buruk dari kesalahpahaman yang tak terselesaikan?"
-Saga-
***
Sudah beberapa hari berlalu sejak pertemuan Jihan dan Saga malam itu, dan selama itu pula mereka sama sekali tidak bertemu lagi. Namun tiba-tiba semalam Saga menghubungi Jihan bahwa hari ini ia akan menjemput Jihan dan mengajaknya makan malam. Mungkin bisa disebut juga dengan perpisahan sebelum Saga pergi ke Sydney. Jujur saja ini sangat berat bagi Jihan, tapi ia pun tak bisa menghalangi Saga pergi. Jihan hanya bisa berdoa semoga dimanapun Saga berada nantinya, ia akan selalu berada dalam perlindungan Allah.
Hari ini Jihan juga sudah menyiapkan sebuah kado spesial untuk Saga sebagai hadiah kenang-kenangan darinya. Jihan ingin ketika Saga menerima hadiah itu ia akan terus mengingatnya.
Adzan Isya' sudah berkumandang beberapa menit yang lalu, Jihan juga baru selesai melaksanakan sholat Isya' di mushola. Dengan penuh semangat Jihan ingin segera menyelesaikan pekerjaanny dan bertemu dengan Saga. Beberapa kali ia mengecek ponselnya tapi tak satupun notifikasi dari Saga masuk ke ponselnya.
"Ji, nanti Mbak Ning dijemput, kamu pulang sendiri nggak papa kan ya?" Ningsih menghampiri Jihan di meja kasir dan menanyakan itu.
"Iya nggak papa kok Mbak, Jihan nanti juga mau ada urusan sama temen Jihan," jawabnya.
"Sama mahasiswanya Mas Zay itu ya?"
Jihn mengangguk.
"Kalian pacaran?"
"Enggak lah Mbak, kita temenan kok."
"Ohh... sebagai shipper nomer satu couple Jihan-Zaydan, Mbak Ning agak kecewa sih Ji," Ningsih mengubah air mukanya menjadi sedikit kecewa yang dibuat-buat.
Jihan terkekeh mendengar apa yang diucapkan Ningsih. "Idih pake shipper-shipperan, emang Jihan artis. Ya lagian kalian tuh berlebihan tahu nggak, pake jodoh-jodohin Mas Zay sama Jihan, kan udah Jihan bilang kita tuh nggak ada apa-apa." Jelasnya.
"Terserah kamu lah Ji, Mbak Ning selalu mendoakan dengan siapapun kamu berjodoh nanti, semoga dilancarkan semuanya."
"Aamiin. Udah sana balik kerja, nanti dimarahin Mas Zay loh."
"Iya bawel."
Setelah itu Ningsih kembali ke dapur dan Jihan melayani beberapa pengunjug yang hendak memesan makanan. Masih sama seperti malam-malam sebelumnya ARCA selalu ramai dan malam ini Jihan benar-benar ingin segera menyelesaikan semua pekerjaannya.
Akhirnya waktu yang ditunggu telah tiba, jam sudah menunjukkan pukul 21.00 itu artinya waktunya ARCA tutup. Di saat satu per satu karyawan meninggalkan ARCA, Jihan masih dengan setia menunggu Saga yang masih belum terlihat batang hidungnya. Sampai tanpa disadari kini tinggal dirinya lah karyawan yang ada di depan ARCA.
"Loh Ji kok belum pulang?" tanya Zaydan yang melihat Jihan masih berdiri di parkiran ARCA.
Jujur saja Jihan mulai merasa tidak tenang, pasalnya ini sudah hampir pukul 22.00 tapi Saga belum juga datang. Bahkan tak ada satu pesan pun yang masuk dari Saga. Ketika dihubungi pun Saga tak menjawabnya. "Iya Mas lagi nunggu orang. Mas Zay mau pulang?" tanyanya balik.
"Saga?" bukannya menjawab Zaydan malah menanyainya balik.
Jihan mengangguk, "iya."
"Oh, mau saya temanin?"
"Ngg.. nggak usah Mas nggak papa," tolaknya.
Zaydan berpikir sejenak. Jihan pasti akan menolak kalau dia bertanya demikian, akhirnya Zaydan berpura-pura masih memiliki pekerjaan di ARCA jadi dia kembali ke dalam agar tetap bisa menemani Jihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Kisah
Художественная прозаIni adalah sebuah kisah tentang bagaimana seorang gadis mampu membuat seseorang kembali mengenal siapa Rabbnya. Sebuah kisah tentang cinta dengan segala rintangan untuk bisa mencapai akhir bahagia. Dan sebuah kisah cinta dalam diam dari sesorang unt...