14 | Jaga Jarak

30 2 0
                                    

"Sengaja kuciptakan jarak agar hatiku tak lagi berharap."

-Jihan-

***

Setelah melayani beberapa pembeli, Jihan kembali duduk di tempatnya. Lagi-lagi Jihan terhanyut dalam lamunannya. Otaknya terus saja memikirkan kata-kata Dina dan Resa -teman kerjanya di ARCA.

Flasback on.

Jihan baru saja sampai di ARCA beberapa saat yang lalu, bahkan dia pun belum sempat menaruh tasnya di loker. Hari ini dia sedikit terlambat bangun, ditambah tadi pagi dia juga kesusahan mencari ojek online. Alhasil dia harus mencari pangkalan ojek yang jaraknya lumayan jauh dari kost.

"Lo ngapain sih? Grasak-grusuk gitu?"

Samar-samar Jihan mendengar seseorang sedang berbicara di dekat loker saat dia hendak menuju loker juga. Langkahnya tiba-tiba terhenti dan tanpa sadar Jihanpun ikut mendengarkan percakapan itu tanpa sepengetahuan mereka.

Jihan memundurkan sedikit badannya agar kehadirannya tak disadari oleh mereka.

"Lo nggak liat di depan udah ada pengunjung, bahaya sebelum Mas Zay tahu gue telat, gue harus cepet-cepet kerja."

"Hahaha aneh lo, telat dikit Mas Zay nggak papa juga kali, itu si Jihan juga telat nggak diapa-apain sama Mas Zay, malah tadi mereka ngobrol," timpal salah satunya.

Jihan sadar. Mereka pasti sedang membicarakan dirinya yang tadi pagi juga terlambat. Tapi untungnya Zaydan tidak memarahinya. Justru tadi pagi mereka sempat berbincang dan Jihan juga meminta maaf atas sikapnya kemarin.

Jihan menjadi lebih kepo lagi dengan arah pembicaraan mereka. Jihan tahu menguping pembicaraan orang tanpa izin itu salah, tapi untuk yang kali ini Jihan tidak bisa menghentikan dirinya untuk tidak mendengar percakapan mereka.

"Yeee, gue kan bukan Jihan. Lo kan tahu Mas Zay suka sama Jihan, yakali bakal kena tegur."

"Heuum, iya. Enak ya jadi Jihan disukain sama bos, terus pas kemarin di rumah Mas Zay dia juga keliatan deket banget sama ibu dan saudaranya Mas Zay."

"Punya semacam apa itu namanya.. eumm.. pri.. pri apa sih itu, semacam hak istimewa gitu loh."

"Privilege maksudnya?"

"Iya itu maksudku. Enak bener ya, tiap kali salah nggak disalahin, telat nggak kena tegur, pulang sering dianterin. Iya sih selama ini Mas Zay selalu baik ke kita semua, tapi kalo ke Jihan Mas Zay jadi beda. Kelihatan banget kalo lagi bucin, hahaha."

Deg.

Jihan tersentak mendengar perkataan mereka. Ternyata selama ini ada yang salah mengartikan perhatian Zaydan padanya, atau bisa juga dibilang mereka iri pada Jihan. sebelumnya dia tak pernah berpikir semacam ini.. Dia mengira semua akan baik-baik saja dan mereka menganggap semua itu candaan saja. Tapi Jihan salah.

Roy datang dan menepuk pundak Jihan hingga membuatnya tersentak kaget. Dia mendongakkan dagunya seolah bertanya 'kenapa?' dan Jihan hanya menggelengkan kepalanya. Karena Roy penasaran, dia berusaha mengintip ke balik pintu.

"Malah tadi aku denger katanya kemarin Jihan dianter pulang sama Mas Zay,"

"Seriusan?"

"Eh beneran, emang beruntung banget tuh hidup si Jihan. Mana Mas Zaynya ganteng, pinter, sukses lagi. Jihan kalo sampe beneran sama Mas Zay hebat banget sih."

Sebuah KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang