"Tersenyum dan tertawa adalah hak setiap manusia. Tersenyum dan tertawa bukan hanya tanda bahwa kamu sedang bahagia, tapi bisa saja tersenyum dan tertawa hanyalah topeng untuk menutupi luka."
-Kanaya-
***
Ini adalah minggu pagi. Seperti sebelumnya, setiap Minggu pagi Jihan selalu menyempatkan dirinya untuk sekedar berjalan-jalan santai di Taman Kamboja. Taman yang sebenarnya tak terlalu luas dengan segala fasilitas komplit yang biasanya terdapat di beberapa taman pada umumnya. Tapi itu tidak menjadikan alasan Taman Kamboja sepi pengunjungnya. Taman Kamboja tetap ramai dan menurut Jihan Taman Kamboja adalah taman ternyaman yang pernah ia kunjungi sebelumnya.
Tak berbeda jauh dari taman lainnya, di Taman Kamboja pun dapat terlihat orang-orang yang datang ke tempat ini sedang berjalan santai sama seperti dirinya, berolahraga, bermain, berfoto, bahkan banyak sekali muda-mudi yang sedang berpacaran. Jihan tidak kaget melihat itu, mungkin Sebagian orang akan merasa lumrah dengan hal itu tapi tidak bagi Jihan. 18 tahun ia hidup tak pernah sekalipun dia berpacaran dengan seseorang. Jihan memang bukan tipe cewek agamis yang memiliki pemahaman luas tentang agama, tapi Jihan tahu apa saja yang memang dilarang oleh Tuhannya, dalam hal ini adalah berpacaran.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
"Dan janganlah kalian mendekati zina, sesungguhnya zina adalah perbuatan yang keji dan seburuk-buruk jalan" (QS. Al Isra': 32).
Logikanya, jika mendekatinya saja dikecam, apalagi sampai melakukannya. Islam tidak hanya megharamkan zina, akan tetapi juga mengharamkan pendahulunya atau hal-hal yang dapat membuka pintu perzinahan, seperti khamr dan berpacaran tentunya.
Sejak SMA Jihan memang sedikit berbeda dan mungkin inilah yang membuat beberapa dari temannya dulu menganggap Jihan aneh. Dia memang tak pernah melarang lawan jenis untuk berteman dengannya, hanya saja Jihan akan berubah menjadi sangat ketus kepada lelaki yang sudah terlihat sedang berusaha mendekatinya.
Dulu ada seseorang bertanya kepada Jihan seperti ini, "Ji, kamu normal kan? Maksudku, kamu tidak pernah berpacaran apakah kamu juga tidak pernah mencintai seseorang?"
Tanpa banyak berfikir Jihan langsung menjawab pertanyaan itu dengan jawaban yang mungkin cukup menohok bagi si penanya.
"Tidak pernah pacaran bukan berarti tidak pernah jatuh cinta. Tidak berpacaran bukan berarti aku tidak tahu caranya mencintai dengan baik dan benar. Bagiku level tertinggi dari jatuh cinta bukanlah berpacaran, tapi dengan mendoakan. Bagiku doa adalah hal paling romantis dalam mencintai seseorang, karena dalam doa kita tidak hanya mencintai seseorang dengan nafsu saja, tapi dalam doa terselip pinta dan kepasrahan pada Sang Maha Cinta yang lebih berkuasa untuk menggerakkan hati seseorang yang kita cinta."
Ah jika berbicara perihal pacaran, Jihan jadi teringat ceramah salah satu ustadz yang mengisi kajian yang ia ikuti beberapa minggu lalu. Ustadz itu pernah berkata, "Ada dua hukuman bagi orang tua yang mengizinkan anak-anak mereka berpacaran. Yang pertama, kalau ada Anak berpacaran, maka malaikat Zabaniyah yang ada di neraka naik ke kubur orang tuanya dengan membawa batu (kerikil) panas. Batu itu diletakkan di tangan orangtua yang anaknya berpacaran tersebut. Batu di tangan orang tua tersebut dan otaknya mendidih dan hancur.
Yang kedua, kalau ada anak sudah melakukan zina, maka malaikat Zabaniyah tidak membawa batu, tapi membawa tombak 16 mata ditusukkan ke badan orangtua dari anak yang berzina tersebut. Tegakah kita melihat orangtua kita mendapatkan siksa lantaran dosa kita? Na'udzu Billah min Dzalik. Jika membalas kebaikan dan jasa orang tua saja kita belum bisa, lantas tegakah kita menghadiahi dosa untuk orang tua yang telah melahirkan kita ke dunia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Kisah
Fiksi UmumIni adalah sebuah kisah tentang bagaimana seorang gadis mampu membuat seseorang kembali mengenal siapa Rabbnya. Sebuah kisah tentang cinta dengan segala rintangan untuk bisa mencapai akhir bahagia. Dan sebuah kisah cinta dalam diam dari sesorang unt...