"Manusia itu punya dua wajah, satu untuk diperlihatkan pada dunia, sedang satunya hanya dapat ditemui di dalam rumahnya."
-Saga-
***
Sejak semalam Jihan masih saja kepikiran dengan obat milik Saga. Banyak sekali pertanyaan yang memenuhi otaknya. Mengapa Saga membawa obat itu? Apa benar Saga sedang sakit? Kenapa selama ini dia terlihat begitu baik-baik saja? dan satu hal, kemana perginya Saga saat ini kenapa semua pesan yang ia kirimkan tak ada satupun yang dibalas.
Jihan melipat kembali mukena yang baru saja ia gunakan untuk sholat subuh dan meletakkannya di atas kasur. Kemudian dia kembali merebahkan badannya seraya menatap langit-langit kamar kost, mencoba menghilangkan berbagai pikiran buruk dari otaknya.
Tiba-tiba Jihan kembali bangkit dari posisinya dan merogoh ke dalam tas dimana ia semalam menyimpan obat yang diduga milik Saga. Ia mengamati botol kecil itu dengan seksama.
Kemudian ia meraih ponsel di atas nakas dan mencoba menelepon Saga, lagi. Tapi hasilya pun sama. selalu saja bunyi operator yang menjawab panggilan dari Jihan. Kemungkinan besar ponsel Saga memang dalam keadaan mati.
"Apa aku antar saja ya ke rumahnya? Tapi aku kan nggak tahu di mana rumah Mas Saga," gumamnya.
Ia kembali berpikir bagaimana cara agar obat ini bisa sampai di tangan Saga.
"Apa aku tanya Mas Zay aja ya? Tapi kalau aku tanya Mas Zay, pasti dia bakal cecar aku dengan berbagai pertanyaan. Duh gimana ya?"
Sambil mondar-mandir memikirkan cara, tanpa sengaja dia menendang tempat sampah sehingga beberapa isinya jadi berserakan di lantai.
Jihan memunguti satu-persatu sampah tersebut. Tangannya bergerak segera memasukkan kembali sampah-sampah tersebut hingga tiba-tiba tangannya terhenti tatkala melihat bungkus bekas paket.
Jihan membaca tulisan yang tertempel di bungkus itu, "Ini bungkus bekas paket yang dikirim Mas Saga kemarin kan?"
Beberapa hari yang lalu Saga sempat mengirimkan sebuah paket berisi salep kepada Jihan karena Jihan sempat alergi dengan seafood yang juga sempat dikirimkan Saga sebelumnya. Sebenarnya ini juga kecerobohan Jihan, karena dia tahu dia alergi seafood tapi tetap saja memakannya.
Jihan mengamati dengan seksama apakah ada alamat pengirim di sana. Ketemu. Ya akhirnya dia menemukan alamat milik Saga. Semoga saja dengan ini Jihan dapat bertemu dengan Saga.
"Aku anter sekarang aja kali ya, sekalian berangkat ke café."
Setelah itu Jihan dengan segera bersiap-siap untuk berangkat.
***
Perumahan Griya Cendana, Jalan Waru No. 15.
Supir ojek yang membonceng Jihan berhenti tepat di alamat yang sudah Jihan berikan padanya tadi. Sekarang Jihan berada di depan rumah besar yang dibatasi dengan pagar-pagar tinggi. Dapat Jihan pastikan bahwa Saga bukanlah orang biasa.
Jihan celingak-celinguk apakah ada tombol bel yang bisa ia pencet agar seseorang mau membukakan gerbang untuknya.
Tiba-tiba datang seorang satpam yang berdiri di balik gerbang.
"Mau cari siapa Mbak?" tanyanya.
"Emm, saya mau tanya, apa benar ini rumahnya Mas Saga?"
"Iya benar ini rumah Mas Saga, Mbaknya siapa ya?" tanyanya lagi.
"Sa-saya temannya," jawab Jihan agak sedikit gugup.
"Sudah ada janji sama Mas Saga?"
Pertanyaan kesekian yang dilontarkan satpam dengan bedge bertuliskan Joni itu benar-benar membuat Jihan sedikit kesal. Apa memang sesulit itu ya kalo mau bertemu dengan orang kaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Kisah
Fiction généraleIni adalah sebuah kisah tentang bagaimana seorang gadis mampu membuat seseorang kembali mengenal siapa Rabbnya. Sebuah kisah tentang cinta dengan segala rintangan untuk bisa mencapai akhir bahagia. Dan sebuah kisah cinta dalam diam dari sesorang unt...