Sebuah Kisah

23 | Kebenaran 2

"Dulu aku selalu mengira bahwa rumahku bukanlah sebuah 'rumah', dan kini aku baru merasakan betapa bahagianya seseorang yang senantiasa berada di tengah-tengah keluarganya."

-Sagara-

***

Rehan tertegun mendegar penuturan Saga. Ia terdiam cukup lama untuk mencoba menegarkan hatinya dari luka masa lalu yang selama ini ia simpan sendiri. Batinnya berkecamuk hebat tatkala mendengar sendiri bahwa ternyata janin yang waktu itu sempat ia tolak kehadirannya masih hidup hingga sekarang.

"Jujur Saga sangat kaget waktu mendengar semua cerita Kak Alana. Kini Saga cuma butuh kejujuran dari Papa. Saga pengen tahu apa yang sebenarnya terjadi." Ucap Saga.

Rehan tampak menurunkan pandangannya. Lalu ia beranjak keluar dari kamar Saga. Saga mengira papanya menolak memberikan semua penjelasan yang sedang ia tuntut. Tapi ia salah. Rehan kembali masuk ke kamar Saga dengan membawa sejumlah berkas di tangannya.

"Bacalah," pinta Rehan sembari menyerahkan tumpukan berkas itu kepada Saga.

Saga mulai membaca satu persatu lembaran itu hingga sampailah ia pada bagian dimana dijelaskan bahwa di dalam tubuh Samudra ditemukan sisa racun mematikan yang mampu membunuh 10 manusia sekaligus.

Saga menatap Rehan. "Jadi benar, Kak Samudra dibunuh bukan bunuh diri? Tapi luka sayatan itu?"

"Samudra tewas seketika sesaat setelah racun itu masuk ke dalam tubuhnya. Setelah mengetahui itu, anak buah Raymon –papa Alana berusaha menghilangkan semua barang bukti. Bukan itu saja, mereka juga membuat sekenario seolah-olah Samudra bunuh diri bukan dibunuh. Mereka melakukannya dengan sangat hati-hati dan bersih. Mereka membuat skenario bahwa Samudra sempat menenggak racun sebelum akhirnya menyayat pergelangan tangannya.

Sidik jari dan lain-lain benar-benar bersih dari TKP, ketika polisi datang mereka yakin kalau Samudra benar-benar bunuh diri. Pada waktu itu Papa sendiri yakin kalau Samudra tidak mungkin bunuh diri, dan setelah hasil otopsi membuktikan adanya kejanggalan antara botol yang ditemukan di lokasi dengan jenis racun yang ada di tubuh Samudra.

Karena kinerja polisi yang waktu itu kurang tanggap menurut Papa, akhirnya Papa menyewa seorang detektif untuk mengungkap apa yang sebenarnya terjadi. Hingga pada akhirnya bukti-bukti mengerucut ke arah Raymon. Tapi saat Papa berusaha menekan Raymon, justru Papa yang harus menelan kekalahan karena saat itu Raymon sudah memegang semua file-file penting perusahaan kita. Ia mengancam jika Papa nekat memperpanjang masalah itu maka dia tidak akan segan-segan untuk menghancurkan semuanya.

Papa nggak bisa apa-apa. Kondisi Mama waktu itu juga tidak baik, kamu juga sedang trauma hebat, kalau Papa nekat mengungkap dalang di balik kematian Samudra, bukan tidak mungkin kalau kondisi kita juga akan semakin buruk.

Setelah Raymon meninggal, surat-surat penting itu akhirnya kembali ke tangan Papa. Ada seseorang yang mengembalikannya yang sampai saat ini Papa pun tidak ahu siapa orangnya," Ungkap Rehan.

"Kenapa Papa menutupi semua ini?"

"Karena Papa cuma takut kalau salah satu di antara keluarga kita tidak meneriman kematian Samudra dan tetap melanjutkan proses hukum. Papa takut ketika berita ini tersebar maka Raymon akan semakin berbuat nekat, bukan hanya ke Papa tapi juga ke kamu dan Mama. Kondisi Mama waktu itu sangat tidak baik, Papa takut kehilangan Mama juga. Intinya pada waktu itu Papa dipenuhi dengan ketakutan-ketakutan hingga Papa sendiri tak menyadari keputusan yang telah Papa ambil juga sama buruknya."

"Tapi Papa tahu kan, karena Papa menutupi ini semua itu berarti Papa sudah berlaku tidak adil kepada Kak Sam karena melindungi pembunuhnya."

"Iya Papa tahu, sebut saja Papa egois. Papa terlalu egois untuk tidak memberikan keadilan pada Samudra, Papa hanya memikirkan bagaimana caranya agar keluarga kita tidak semakin hancur. Karena pada saat itu yang Papa pikirkan hanyalah mau sekeras apapun Papa memenjarakan Raymon tidak akan membuat Samudra hidup lagi, justru tindakan itu hanya akan membuat Papa kehilangan semua yang Papa miliki saat ini, kamu, Mama, harta, perusahaan, semuanya."