21 | Kepingan Masa Lalu

18 1 0
                                    

"Ternyata memutar dan mengingat kembali luka di masa lalu itu sama menyakitkannya seperti saat pertama luka itu hadir."

-Sagara-

***

"Kirain nggak datang," sindirnya. Saga yang menggunakan kaos polos berwarna navy dan dipadukan dengan celana training berwarna senada serta sneakers putih, sedang menatap Jihan dengan pandangan datarnya.

Jihan hanya merespon dengan senyum tipis.

"Padahal diread tapi nggak dibales, sibuk banget ya?" kali ini nada bicara Saga terdengar sedikit lebih datar.

Jihan menatap Saga bingung, kemudian ia teringat bahwa ia memang belum membalas pesan yang Saga kirimkan semalam. "Maaf ya, semalam pas Mas Saga chat, Jihan baru pulang udah sempet kebaca tapi Jihan lupa belum bales, heheh." Ucapnya degan nyengir kuda.

"Kebiasaan."

Jihan duduk di bangku kosong yang berada tak jauh dari tempatnya dan Saga berdiri.

"Kok duduk? Nggak mau jogging?" tanya Saga.

"Capek Mas, tadi Jihan udah jogging sih dari kos ke sini," Jawab Jihan dengan entengnya.

Kemudian Saga pun turut duduk di samping Jihan.

Taman Kamboja masih sama. Selalu ramai dengan muda-mudi, orang tua, anak-anak, dan beberapa pedagang asongan yang terlihat menjajakan jualannya. Terdengar sesekali mereka meneriakkan jualannya untuk menarik perhatian pengunjung yang ada di sana.

Pagi ini raut wajah Saga sedikit berbeda. Matanya terlihat sedikit sembab dan nada bicaranya pun seperti tidak bersemangat. Ingin sekali Jihan bertanya apa yang sebenarnya terjadi, tapi Jihan merasa sungkan. Sudah lima menit lebih mereka hanya mengamati lalu manusia di Taman Kamboja, tidak ada sedikitpun percakapan di antara mereka.

"Ehmm, Mas," panggil Jihan.

"Hem?"

Jihan menggaruk pipinya yang sebenarnya tidak gatal. "Mas nggak papa kan?" tanyanya.

Saga hanya menganggukkan kepalanya. Tapi anehnya setelah itu dia menundukkan kepalanya seolah menutupi sesuatu.

"Oh..." suasana canggung mulai terasa di antara mereka. Jujur saja dengan diamnya Saga seperti ini malah membuat Jihan merasa serba salah.

"It's okay Ji, aku nggak papa kok. cuma..." ucapan Saga menggantung.

"Cuma apa?"

"Ya biasa, semalem abis berantem lagi sama Papa."

Jihan menarik napasnya panjang.

"Udahlah nggak usah dibahas, ngabis-ngabisin energi aja. Ini kita jadi jogging nggak sih, kok malah duduk-duduk?" Saga melanjutkan ucapannya.

"Yok," Jihan langsung berdiri.

Mereka berdua lari-lari kecil mengelilingi taman. Sesekali Saga mulai membuka pembicaraan dan menggoda Jihan. Sedikit mencairkan suasana yang sedari tadi canggung. Jihan merasa lega akhirnya Saga bisa ceria seperti ini. Entah mengapa sekarang setiap kali Saga merasa cemas maka kecemasan itu juga seolah dapat dirasakan oleh Jihan. Jihan sendiri pun tak mengerti megapa hal tersebut bisa terjadi.

Bug...

Saga dan Jihan segera menoleh ke belakang atau lebih tepatnya ke arah suara tersebut berasal. Ternyata ada seorang anak kecil yang tengah terjatuh di belakang mereka. Dengan sigap Saga langsung membangunkannya dan mencoba menenangkan anak laki-laki yang sedang menangis itu.

Sebuah KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang