11 | Jawaban

19 2 0
                                    

"Aku membutuhkan jawaban tetapi kamu datang kembali dengan membawa teka-teki."

-Jihan-

***

Setelah dua hari menghilang dari peradaban, akhirnya kini Saga sudah bisa kembali ke kampus. Ia harus segera menyelesaikan urusannya dengan Zaydan terkait dengan bimbingan skripsi yang tertunda karena kemarin dia sakit.

Jika mengingat kejadian beberapa hari lalu, Saga benar-benar tak bisa menduga ternyata semesta bekerja dengan begitu mengejutkannya. Tuhan mengirim Jihan ke rumahnya, memberinya perhatian, dan tanpa disadari Jihan memang membawa semangat baru dalam diri Saga.

Saga jadi ingin segera menyelesaikan urusannya di kampus setelah itu dia akan menemui Jihan di café. Saga harus berterima kasih pada gadis itu. Jihan telah membantunya, namun sayangnya Saga masih belum mampu mejelaskan semua yang terjadi sebelumnya kepada Jihan.

Siang itu Saga memiliki janji dengan Zaydan untuk bimbingan skripsi di ARCA. baru saja Saga duduk di kursi tak lama kemudian teleponnya berdering dan dia pun mengangkatnya.

"Halo Pa, ada apa?"

"Saga, bisa pulang sekarang? Ada hal penting yang mau Papa bicarakan." Ucap seseorang diseberang telepon.

"Saga masih ada urusan Pa."

"Batalkan urusanmu."

"Pa, ini urusan skripsi Saga, nggak bisa dibatalin gitu aja."

"Siapa dosen pembimbingmu?"

"Pak Satya, Aryasatya Zaydan Rahadi."

"Biar Papa yang urus nanti untuk reschedule. Sekarang kamu pulang, Papa nggak ada waktu banyak habis ini Papa harus segera terbang ke Sydney."

"Tapi Pa-"

Tut tut tut

Sambungan telepon terputus begitu saja. Mau tidak mau Saga harus menuruti kemauan Papanya. Ia segera membereskan kembali laptop dan kertas-kertas yang sudah ia keluarkan tadi. Bahkan Sagapun belum sempat memesan minuman.

Sesampainya di rumah benar saja Raihan dan Ratih sudah menunggunya di ruang tamu. Dengan setelan jas rapi dan satu koper di sampingnya, papanya itu langsung menatap Saga dengan serius.

"Duduk," pintanya.

Saga mengambil tempat duduk berhadapan dengan Raihan dan Ratih. Hening. Untuk sepersekian detik tak ada satupun yang mengeluarkan kata-kata.

"Langsung saja Papa bicarakan ini, minggu depan kamu harus ikut Papa ke Sydney. Calon investor baru Papa ingin bertemu dengan kamu. Dalam beberapa tahun ke depan branch office Kusuma Group di Sydney akan Papa serahkan ke kamu, dan Papa juga sudah membicarakan ini kepada calon investor itu, makanya dia ingin memastikan apakah kamu memang cukup kompeten untuk mengelola perusahaan," ucap Raihan to the point.

"Minggu depan nggak bisa."

"Kenapa? Masalah kuliah? Papa yang akan urus semuanya. Mungkin kamu lupa kalau kampus kamu itu juga termasuk ke dalam properti Kusuma Group. Papa bisa lakukan apapun. Kamu pikir dengan nilai kuliah kamu yang sangat rendah itu kamu bisa lulus tepat waktu dan menyelesaikan skripsimu, jalanmu takkan semulus itu tanpa campur tangan Papa."

Ucapan Raihan benar-benar menusuk hati Saga. Tangannya terkepal menahan amarah. Jika sebelumnya ia masih berusaha agar tidak membantah setiap perkataan papanya, maka untuk kali ini Saga sudah tidak bisa.

Sebuah KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang