"Katakanlah yang benar meskipun itu pahit (berat dikatakan)"
(HR. Ibnu Hibban)
***
Malam belum terlalu larut. Jam di dinding kamar Saga baru saja menunjuk ke angka sembilan. Suasana malam ini yang dihiasi dengan gerimis menemani Saga terbaring di atas ranjangnya. Suasana hatinya benar-benar buruk untuk saat ini. Ada banyak kekecewaan yang ia rasakan terutama setelah ia mendengar suatu kebenaran.
Saga merasa dibohongi oleh seluruh keluarganya terutama papanya sendiri. Dalam hati ia terus bertanya-tanya bagaimana bisa kebenaran sebesar dan sepenting itu ditutup rapat oleh papanya. Amarah dan kekecewaan bercampur menjadi satu dan setelah ini ia benar-benar tidak tahu bagaimana harus bersikap jika berhadapan dengan papanya itu.
Seharian ini Saga benar-benar tidak keluar kamar sama sekali. Ia sengaja mengunci pintunya hingga tak seorangpun masuk ke dalam kamarnya. Pikirannya sedang kacau, ia tak ingin semakin membuat kekacauan lagi apalagi jika harus bertemu dengan Rehan.
Tok...tok...tok...
Saga menegerjap mendengar ada yang mengetuk pintu kamarnya,
"Saga, buka pintunya papa ingin bicara."
Dan itu adalah suara Rehan. Saga semakin tak bergeming. Ia sengaja menulikan pendengarannya agar Rehan mengira ia sudah tidur.
"Saga, kamu dengar papa kan?" ulangnya.
Saga masih tak berniat membuka pintunya. Untuk beberapa saat tak terdengar lagi suara Rehan di balik pintu. Saga mengira papanya itu sudah pergi, tapi ternyata tidak.
Cklekk...
Terdengar suara seseorang sedang membuka kunci pintu kamarnya dari luar. Saga segera membalik tubuhnya menjadi membelekangi pintu dengan selimut yang menutupi hampir seluruh tubuhnya dan hanya menyisakan bagian kepalanya saja.
Saga yakin Rehan saat ini sedang berdiri di belakangnya hanya saja ia tidak tahu bagaimana raut wajah Rehan saat ini, apakah penuh dengan kemarahan seperti biasanya atau tidak.
Saga sedikit terkejut kala merasakan Rehan duduk di tepi ranjangnya dengan posisi Saga yang masih tidur membelakanginya. Perlahan tangan Rehan mengusap puncak kepala putra semata wayangnya itu. Tak bisa dipungkiri bahwa Saga merasa sangat terkejut sekaligus bahagia, hanya saja ia masih merasa aneh mengapa Rehan bersikap seperti ini.
"Kamu sudah tidur?" tanyanya lembut.
Saga tetap diam.
"Papa tahu kamu menyimpan banyak sekali kebencian pada Papa, Papa sadar Papa memang bukan orang yang baik, Papa terlalu egois dan terlalu banyak menekan kamu. Untuk itu Papa benar-benar minta maaf.
Papa tahu kamu belum tidur, sepertinya kita harus menyelesaikan semua masalah ini Ga. Bisa kita bicara sebentar?"
Saga yang semula tak menghiraukan keberadaan Rehan kini mulai berbalik dan melihat Rehan sedang menatapnya. Namun ada yang berbeda dengan tatapan Rehan kali ini, tatapan yang biasanya penuh dengan amarah itu kini tak dapat Saga temukan di mata Rehan.
Saga bangun dari tidurnya.
"Bagaimana keadaanmu?" Rehan mencoba mencairkan suasana di antara mereka yang sedikit canggung.
"Baik Pa," jawab Saga singnkat.
"Papa ingin memperbaiki semuanya, Papa ingin kita bicara dan menyelesaikan semuanya. Mau sampai kapan kamu memusuhi Papa?"
Saga menatap Rehan penasaran, kenapa tiba-tiba ia berkata seperti itu? Apa yang sedang ada di pikiran papanya saat ini? Setidaknya itulah pertanyaan yang muncul di benak Saga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Kisah
General FictionIni adalah sebuah kisah tentang bagaimana seorang gadis mampu membuat seseorang kembali mengenal siapa Rabbnya. Sebuah kisah tentang cinta dengan segala rintangan untuk bisa mencapai akhir bahagia. Dan sebuah kisah cinta dalam diam dari sesorang unt...