Chapter 15

1.2K 57 13
                                    

Selamat membaca kisah cinta Shila dan Athur♡

***

Setelah membayar, Shila turun dari taxinya dan memasuki rumah sakit. Shila merasa ada yang keluar dari hidungnya dan kepalanya mulai pusing. Shila menghapus darah yang keluar dari hidungnya. Untung saja, saat ini Shila sedang berada di rumah sakit jadi tidak perlu khawatir kalau sakitnya kambuh. Perlahan penglihatan Shila memudar dan menjadi gelap.

Sean yang melihat Shila pingsan langsung menghampirinya dan menyuruh petugas rumah sakit untuk membawa Shila ke ruang rawat.

Di dalam ruangan, Sean sedang memeriksa Shila bersama seorang suster. Sampai saat ini Shila masih belum sadar juga dan tidak ada tanda-tanda Shila akan sadar.

"Ambil stempel darahnya, setelah itu kita melakukan pemeriksaan." Suster itu mengangguk mendengar ucapan Sean.

***

Perlahan Shila mulai membuka matanya. Shila melihat ke sekeliling ruangan dan melihat suster sedang memeriksa keadaannya. Sang suster yang melihat Shila sadar langsung keluar dari ruangan untuk memanggil Sean. Sean datang ke dalam ruangan sambil membawa sebuah amplop.

"Jangan banyak gerak," ucap Sean kepada Shila yang sedang berusaha duduk. Suster langsung membantu Shila kembali tidur karena keadaannya masih lemah.

"Semuanya sakit, Kak," keluh Shila.

Sean berusaha tetap kuat di depan Shila. Sean memberikan amplop yang ia bawa pada Shila.

"Apa ini, Kak?"

"Itu hasil pemeriksaan dan hasilnya ...."

"Hasilnya apa?" tanya Shila penasaran.

"Penyakit kanker kamu sudah di stadium akhir."

Shila langsung membuka amplop pemberian Sean untuk memastikan kebenarannya. Ternyata apa yang dikatakan Sean itu semua benar.

"Bentar lagi Shila mati, ya?" Air mata Shila mulai membasahi pipinya yang mulus. Shila merasa belum siap untuk meninggalkan Athur, keluarga, sahabat-sahabatnya, dan orang-orang lainnya yang Shila sayangi.

"Nggak. Masih ada harapan buat kamu terus hidup."

"Harapan apa, Kak?! Semua badan Shila rasanya sakit. Setiap hari Shila terus-terusan bergantung sama obat. Shila capek kayak gini terus, Kak," ucap Shila sambil terisak.

"Cuma ada dua pilihan buat kamu. Pertama kamu harus melakukan operasi dan kedua kamu harus kemoterapi."

"Udah Shila bilang, Shila gak mau operasi! Shila juga gak mau kemoterapi!" tegas Shila.

"Kalo kamu gak mau melakukan operasi, setidaknya kamu mau melakukan kemoterapi untuk sedikit-sedikit membunuh sel kanker yang ada di tubuh kamu," ucap Sean.

"Ya, udah oke, Shila mau kemoterapi." Sean senang karena Shila mau melakukan kemoterapi.

"Kita lakukan sekarang."

"Hah? Harus sekarang?" tanya Shila terkejut. Sean mengangguk.

"Bentar. Shila mau kirim pesan dulu ke mama, kalo Shila akan pulang telat."

Suster langsung membawakan ponsel Shila yang ada di tasnya. Setelah selesai, suster memasukkan ponselnya lagi dalam tas.

"Lama gak, Kak?" tanya Shila.

"Sekitar 2-3 jam," jawab Sean.

"Ayo kita ke ruang kemoterapi. Suster, kamu bawa Shila pakai kursi roda."

Sang suster mengangguk dan membawakan kursi roda yang ada di sudut ruangan.

Suster membantu Shila untuk bangun dari tempat tidurnya dan membantunya duduk di kursi rodanya.

The Secret Shila [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang