Chapter 36

1.3K 55 5
                                    

Ingatkan jika ada typo.

Happy Reading.

*

*

*
Semua sudah berubah, tidak seperti masa lalu yang indah.

***

Gadis itu terus berjalan di malam yang gelap sendiri. Dengan masih memakai seragam SMA. Darah segar keluar dari tangan nya yang baru saja ia lukai dengan kaca. Pikirannya begitu kacau.

"GISELLA!"

Ya, dia Gisella. Gadis yang pernah ingin mengakhiri hidupnya sendiri. Gisella berbalik ke belakang. Setelah melihat laki-laki yang di berada di motor itu, ia langsung kembali melanjutkan langkahnya.

Laki-laki itu menjalankan motornya dan berhenti tepat di depan Gisella.

"Naik! Kita pulang!"

"Pulang ke mana, Kak? Rumah yang kaya neraka itu?"

Laki-laki itu bedecak. "Jaga ucapan lo. Rumah itu bukan neraka."

"RUMAH ITU NERAKA! DAN LO IBLISNYA, KAK BIMA!"

"Ikut gue. Karna percuma kalo lo nggak pulang, Papa akan bawa lo pulang dengan cara yang kasar. Dan lo lupa, di rumah yang kata lo kaya neraka itu ada nyokap lo yang lemah gak berdaya."

Luluh sudah pertahanan Gisella. Air matanya lolos begitu saja. Ingin membrontak, ingin kabur, ingin bebas dari para iblis itu, namun ia akan tetap berada di dalam rumah itu bersama orang yang selalu menyiksanya.

Gisella akhirnya pasrah dan ikut bersama Kakak tirinya. Dia Bima Dafandri Arkatama, laki-laki keji yang membuat Gisella tak bisa lepas darinya.

***

"Gibran!"

Gibran terus berjalan dan tidak menoleh pada orang yang memanggil namanya.

"GIBRAN ANAK MANG WAWAN! GIBRAN TUKANG MAKAN ODADING!"

"Diem, anjir. Ini lagi di kampus, malu mahasiswa yang lain jadi liatin," ucapnya dengan kesal.

"Dasar Alana! Gak punya malu lo!" umpat nya lagi.

Alana tak menanggapi ucapan Gibran. Raut wajahnya menjadi serius.

"Cukup lo menghindar dari gue. Sekarang lebih baik kita kaya dulu lagi. Gue pengen gue, lo, Nara, Zanna, Arya, kita bersama kaya dulu. Hanya kita yang tersisa sekarang."

Gibran tertawa sinis. "Semua udah berubah. Nggak ada yang bisa kaya dulu lagi."

"Lo bahkan bukan Alana yang dulu. Lo berubah jadi iblis."

"Yang iblis itu Shila! Dia yang udah bikin persahabatan kita hancur," ucap Alana membela diri.

"Gue akuin Shila emang salah. Tapi ini semua bisa diselesain kalo lo gak egois. Lo pikir gue gak tau? Lo benci Shila bukan karena kesalahan yang udah dia buat, tapi karena Ravel deket sama Shila. Lo lebih mintingin perasaan lo dari pada persahabatan kita."

"Justru itu, gue udah bilang sama Shila gue suka sama Ravel dia dukung gue sama Ravel. Tapi ternyata, dia diam-diam deket sama Ravel. Dia udah nusuk gue dari belakang."

Alana tak percaya jika Gibran malah membela Shila. Bagi Gibran mungkin itu hanya hal sepele. Tapi tidak bagi Alana. Dia sangat benci kebohongan dan pengkhianatan.

The Secret Shila [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang