Dinding yang menjulang tinggi, dilapisi dengan permata yang menyilaukan pandangan. Segala patung serta lukisan terpampang di dinding, menjadi hiasan agar tidak terlihat polos. Jalan yang dilapisi dengan karpet berwarna hitam, beserta pernak-pernik pada ujungnya.
Katakan hey, pada kehidupan kerajaan.
Pertama-tama, mohon maaf. Aku yang hanya murid perempuan tingkat SMA merasa sangat asing. Bagaimanapun, keluargaku yang dulu adalah keluarga dengan perekonomian ke bawah. Aduh, jiwa-jiwa kampunganku meronta-ronta.
Para keluarga kerajaan tentu saja memiliki istana mereka masing-masing, dan disinilah aku. Istana Devon.
Nama Pangeran yang mengadopsi ku adalah,
Farel Darpa Devon
Anak terakhir keluarga Devon. Penerus kedua setelah sang Kakak. Sosok playboy di kerajaan. Ketampanan tak manusiawi bak dewa Yunani. Tidak pintar, namun kuat. Satu sifat yang ku sukai dari sosok Farel adalah—
Ia tak pernah menjadikan sosok yang ia cintai menjadi kelemahannya, tidak pernah.
Karena prinsip Farel Darpa Devon itu
"Jadikan orang-orang sekitarku seperti organ dalamku. Mereka membantu ku, dan bukan menjadi kelemahanku, kecuali jika musuh menyerang terlalu dalam."
Sempurnakan? Sempurna kaan? Jelas. Tapi, aku tidak jatuh hati pada sosoknya :p.
"Nona Amaya," Panggil Farel Darpa Devon, cukup memanggil nya dengan Pangeran Farel.
"Ada apa Pangeran?" Balasku.
"Kita sudah sampai di kamarmu," Ungkap Farel lantas berhenti di depan pintu yang menjulang tinggi.
Kreek
Pintu dibukakan oleh pelayan. Pangeran Farel dengan diriku dibelakangnya memasuki 'kamar' baruku. Mataku menatap sekeliling.
"Tidak seperti kamar budak," Komenku.
"Hehe, kan memang bukan," Ujar Pangeran Farel. Pupilku menyorot wajahnya, membuat Pangeran Farel menyengir.
"Apasih?" Tanyaku sembari mengernyit tidak suka.
"Hey Nona Amaya, sadarkah kau bahwa sikapmu padaku tidak sopan?" Bukannya menjawab, Pangeran Farel balik bertanya padaku. Kedua tangannya terangkat, lalu menangkup wajahku.
"Tangan mu tidak bermoral ya? Dengan ringan tangannya kau menyentuh wajahku," Sarkasku.
"Aduh.. kasar sekali. Kau tau? Akan banyak sekali perempuan yang berteriak mencacimu mendengar sarkasme mu barusan," Ringis Pangeran Farel.
"Nyenyenye, ya bagus," Ujarku. Pangeran Farel nampak mengernyit bingung.
"Apa bagusnya?" Tanya Pangeran Farel.
"Dih? Tidak usah tau. Sana silahkan pergi dan terimakasih atas kamar mewah ini," Usirku sembari melepaskan tangan Pangeran Farel dari wajahku.
"Astaga, yasudahlah. Selamat menikmati suasana baru ini, Nona Amaya," Pamit Pangeran Farel tak lupa mengelus kepalaku.
"Matamu." Kataku memutar bola mataku, malas.
Halah suasana baru, jaman saja bukan jamanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Protagonist? Ewh [Completed]
FantasyKalian dijuluki preman sekolah? Ya, kita sama haha. Murid perempuan SMA sepertiku ini kerap ditakuti oleh warga sekolah. Ntahlah, katanya sih karena aku selalu mengeluarkan aura mendominasi, tapi aku tidak merasa begitu. Preman pada umumnya akan sel...