19) Kita perang, tanpa bersembunyi

3.3K 563 0
                                    

"Berikan aku semua tugasku sekarang," Tegasku yang baru saja memasuki ruang kerja Pangeran kodok.

"Tuh," Kata Pangeran kodok yang sedang bermain catur dengan dirinya sendiri diambil menunjuk beberapa lembar kertas di meja kerjaku.

Bruk

Aku menghempaskan diriku pada kursi. Menyandarkan tubuh lalu merapatkan diri pada meja. Mataku mulai membaca kata demi kata yang tertera pada kertas-kertas di depanku, lalu tanganku bergerak mengambil pena bulu. Setelah itu, aku mulai menyoretkan tinta pada kertas.

"Lihatlah asistenku sangat rajin," Puji Pangeran kodok untukku. Aku mengiraukannya, berfokus pada tugas-tugasku.

"Apakah kau orang yang suka bekerja setiap saat?" Tebak Pangeran kodok.

"Diam," Kataku masih berfokus pada tugas-tugasku.

"Eumm, oke," Kata Pangeran kodok menurut. Dan setelah itu, ia benar-benar diam serta melanjutkan permainan caturnya.

Hening, selama 50 menit penuh.

"Selesai," Legaku saat semua kertas yang menjadi tugasku tlah ku selesaikan.

"...," Aku diam, menatap kosong ke depan.

Jika kau mengira aku terbebani dengan teror semalam, jawabannya adalah tidak. Aku termasuk tipe orang yang senggol sedikit, balas dengan lebih dahsyat. Jadi sekarang ini, aku sedang memikirkan rencana untuk membalas perlakuan Kaylie.

Kau tau, musuh tak akan berhenti mengusikmu. Maka, kau perlu membalasnya dan tak tinggal diam.

"Amaya," Panggil Pangeran kodok.

"Hm," Dehemku membalas panggilannya.

"Kau dirasuki jin ya?" Tebak Pangeran kodok sambil menatapku ngeri. Aku mengalihkan pandanganku lalu menatap Pangeran kodok. Astaga, mengapa ia sangat menyebalkan?

"Kalau aku kerasukan jin, maka jin yang memasukiku adalah dirimu," Kataku yang masih menatap Pangeran kodok.

"Luar biasa. Aku akan menjadi tipe jin pengabul permintaan," Kata Pangeran kodok dengan nada gembira, membuatku memutar bola mataku.

"Hey jin pengabul permintaan," Panggilku pada Pangeran kodok.

"Apa?" Tanya Pangeran kodok.

"Aku meminta izin," Jawabku. Pangeran kodok nampak mengernyit.

"Ke?" Tanya Pangeran kodok.

"Ke tempat Nona Kaylie berada," Jawabku disertai seringai.

"Yasudah, sana," Usir Pangeran kodok. Aku dengan senang hati berdiri, lalu melangkah meninggalkannya.

"Orang bodoh mana yang ingin menemui orang yang tlah menamparnya beberapa hari yang lalu?" Monolog Pangeran kodok sambil menopang dagunya. Matanya menatap pintu yang menghilangkan sosokku.

"Jawabannya, adalah orang yang baru saja keluar dari sini," Pangeran kodok terkekeh, lalu menggelengkan kepalanya.

Kita lihat. Kau akan memanggilku bodoh, atau malah kagum dengan mulut menganga? Hihihi ku tunggu ya~.

♩ ♩ ♩ ♩

Aku kini berada di istana Urvil. Jika aku memang ingin menemui Kaylie, aku harus ke tempat tinggalnya terlebih dahulu.

Ruangan dengan warna ungu gelap, kursi empuk, meja berisikan cemilan manis. Aku berada di taman istana Urvil, menunggu kedatangan Kaylie. Syukurlah, cuaca di siang hari ini nampak cerah dan sejuk.

"Apa?" Tanya seseorang yang membuatku refleks menoleh, lalu menatap orang itu. Ahh, ini dia orang yang kita tunggu-tunggu.

"Duduklah terlebih dahulu, Nona Kaylie. Akan sangat tidak sopan jika tuan rumah malah berdiri di belakang tamu," Kataku ramah sambil menunjuk sopan kursi di hadapanku. Kaylie memutar bola matanya, lalu duduk.

"Langsung ke intinya saja," Kata Kaylie tak bersahabat. Aku menopang daguku, menatap Kaylie dari atas hingga bawah. Setelah itu, aku terkekeh.

"Benar. Aku juga tak ingin berlama-lama tinggal bersama antagonis yang cupu," Ejekku. Aku menyandarkan tubuhku di sandaran kursi, sembari menyilangkan tanganku di dada.

"Jadi, kau tau bahwa aku yang menerormu semalam? Bagus. Jujur saja, nyalimu sebagai protagonis keren juga," Puji Kaylie diiringi dengan tepukan tangan darinya.

"Hm? Aku tak mengatakan bahwa kau menerorku semalam," Kataku sambil melahap satu keping biskuit yang tersedia.

"Tak kau katakan pun aku tau, bahwa kedatanganmu kesini karena teror semalam," Kata Kaylie sembari mengendikkan bahunya acuh.

"Kau salah," Kataku lalu meminum teh yang tersedia. Saat selesai, aku meletakkan cangkir teh di atas piring kecil dengan anggun.

"Alasanku datang adalah...," Aku menggantung ucapanku, berdiri, lalu mendekat ke Kaylie. Melanjutkan ucapanku sambil mengelus rambut Kaylie.

"Jika kau memang ingin berperang, kita harus berperang secara langsung. Jangan cupu, bodoh. Antagonis macam apa kau?" Ucapku sembari menjambak pelan rambut Kaylie.

"Oh Nona Kaylie. Kita perang, tanpa bersembunyi," Kataku seraya terkekeh.

"Ku ingatkan sekali lagi, kau dan aku sama-sama antagonis disini."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Protagonist? Ewh [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang