Pangeran kodok melepas ciuman kami terlebih dahulu. Aku mengelap bibirku yang terasa basah. Sial, Pangeran kodok melumat bibirku tadi.
"Aku baru tau bahwa bibir seorang budak terasa manis," Ejek Pangeran kodok. Aku mendengus mendengar ejekannya.
"Berisik," Kataku sembari berdiri dari dudukku. Pangeran kodok juga berdiri, dan lagi-lagi mengelus kepalaku.
"Kau itu pendek, kepalamu juga kecil, aku jadi sangat suka untuk mengelus kepalamu," Kata Pangeran kodok dengan senyuman di wajahnya.
"Oh saja," Kataku tak peduli. Aku mulai berjalan, keluar dari lorong.
"Budak, kita bisa berteleportasi ke istana," Kata Pangeran kodok yang berada di belakangku.
"Yasudah. Cepat teleportasi," Kataku tak sabaran.
"Ohiya, kedua lelaki tadi seharusnya bersama kita!," Pekikku menyadari kebodohanku. Jika mereka tak bersama kami, mereka akan berada dalam bahaya.
Tiba-tiba saja, muncul kedua lelaki yang ku tolong tadi. Mereka menunjukkan wajah berseri. Namun saat mereka menyadari bahwa kini diri keduanya tak berada di tempat semula, mereka menunjukkan wajah bingung.
"Ah. Salam, Yang mulia Pangeran dan Nona Amaya," Sapa keduanya menyadari keberadaan ku dan Pangeran kodok.
"Kalian harus bersama kami untuk beberapa saat ke depan," Kataku. Kedua lelaki itu menatapku, lalu mengangguk.
"Jangan khawatir," Kataku melihat kekhawatiran di wajah mereka. Kedua lelaki itu menyengir, lagi-lagi mengangguk.
"Yasudah cepatlah Pangeran kodok. Ayo berteleportasi ke istana," Ajakku.
Cahaya emas datang, membuat suatu portal sihir. Kami masuk ke dalamnya secara berurutan, lalu tiba di istana.
"Pelayan, tolong antarkan kedua lelaki ini ke kamar tamu," Suruh Pangeran kodok pada pelayan. Pelayan itu mengangguk, lantas memandu kedua lelaki itu.
"Mau kau apakan kedua anak itu?" Tanya Pangeran kodok padaku.
"Mereka umpan disini. Jangan lupa untuk memberikan sihir penebalan tubuh dari sihir pada makanan kedua lelaki itu," Jawabku sekaligus suruhku pada Pangeran kodok.
"Umpan kita, tak boleh memakan tuannya sendiri," Kataku sembari melangkah pergi ke kamarku, meninggalkan Pangeran kodok yang masih berdiri disana.
"Rencanamu ini membuatku ingin menjadikan mu Ratu masa depan dengan diriku menjadi Raja nya," Kekeh Pangeran kodok yang tak ku dengar.
♩ ♩ ♩ ♩
Ini masih pagi, namun sudah terjadi keributan di istana. Beberapa ksatria Urvil demo di gerbang istana. Aku menatap keributan itu dari jendela kamarku yang lebih tinggi dari mereka.
Tok tok tok
"Nona Amaya, Nona Kaylie meminta anda untuk datang ke pengadilan sekarang juga," Kata pelayan dari luar kamarku.
Aku tersenyum kecil. Tubuhku berbalik, bersamaan dengan langkah kaki berirama.
Waktunya menarik anak panah yang siap membidik sasarannya.
♩ ♩ ♩ ♩
Segala hal dalam sidang pertama tlah dilaksanakan. Waktunya sidang pembuktian. Kaylie yang pertama mengajukan bukti-bukti yang ia punya. Giliranku nanti, setelah Kaylie.
"Nona Amaya mencuri pena merahku serta jubah milik Minjun!" Teriak Kaylie dengan urat-urat terlihat di lehernya. Aku diam, di kursi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Protagonist? Ewh [Completed]
FantasyKalian dijuluki preman sekolah? Ya, kita sama haha. Murid perempuan SMA sepertiku ini kerap ditakuti oleh warga sekolah. Ntahlah, katanya sih karena aku selalu mengeluarkan aura mendominasi, tapi aku tidak merasa begitu. Preman pada umumnya akan sel...