28) Maaf, namaku suci

2.4K 425 0
                                    

Seperti yang kalian tau, Kaylie menamparku malam tadi. Hari tlah berganti, berita Kaylie yang menamparku tersebar ke semua pasang telinga warga. Para warga terlihat sangat marah dan tak terima, pahlawan negara mereka ditampar? Kurang ajar!

"Ya-ya, bertengkar lah di luar sana. Sedangkan aku disini akan berbaring sembari menunggu luka-luka ku sembuh," Kataku sambil menatap ke luar jendela.

"Akan sangat menyenangkan jika aku dapat berpura-pura seperti malaikat yang tersakiti di luar sana," Gumamku sembari menutup mata.

"Budakku!!!" Teriak seseorang dari luar kamarku. Tanpa ku katakan pun pasti kalian taukan, siapa orang itu?

Kreek

"Kau tau tidak? Ada banyak surat dan hadiah dari warga untukmu," Tanya Pangeran kodok setelah membuka pintu kamarku yang tertutup. Aku membuka mata sedikit, lalu meliriknya sekilas.

"Aku tak akan tau jika kau tak memberitauku barusan," Jawabku tanpa melihat ke arahnya. Pangeran kodok memasuki kamarku, lalu menutup kembali pintu. Ia berjalan mendekat ke arahku, lantas duduk pada sofa yang tak jauh dariku.

Pangeran kodok cengengesan. "Benar sih. Kan aku sumber informasi mu," Bangga Pangeran kodok sambil membusungkan dadanya.

"Terserah," Kataku.

"Berhubung tentang Nona Kaylie. Darimana kau tau jika ia akan mencelakaimu di pegunungan Raneysha?" Tanya Pangeran kodok sambil menopang dagunya, dengan tatapan mengarah padaku.

"Cara melumpuhkan musuh secara singkat ya mencelakai musuh. Akan sangat janggal jika ia malah mencelakaiku di depan semua orang, kan? Makanya, ia mengajakku berkuda di pegunungan Raneysha yang jarang dikunjungi orang-orang," Jawabku panjang kali lebar, seperti rumus matematika.

"Berarti, Nona Kaylie adalah tipe musuh pengecut?"

"Sudah jelas, ya," Pangeran kodok mengangguk mendengar jawabanku.

"Amaya Adrienne. Amaya, arti Amaya itu apa?" Tanya Pangeran kodok. Aku mendengus kesal. Mengapa ia malah mewawancarai ku, sih?

"Hujan malam," Jawabku.

"Begitu rupanya," Ujar Pangeran kodok sembari mengangguk.

"Sudah bertanya nya? Keluar sana," Usirku terlampau malas menjawab pertanyaan Pangeran kodok lebih lanjut.

"Aish, tidak mau," Bantah Pangeran kodok.

Aku diam, tak merespon bantahan Pangeran kodok. Jujur saja, aku sedang ingin menyendiri dan menyusun rencana untuk menyerang Kaylie lagi. Dengan adanya Pangeran kodok, aku tak dapat berpikir barang sedikitpun -_-.

"Kau perlu mengerjakan tugasmu sebagai Pangeran, bodoh," Kataku mengingatkan. Pangeran kodok menepuk jidatnya keras, lalu berdiri dari duduknya.

"Kau benar. Kalau begitu, sampai jumpa lagi budakku," Pamit Pangeran kodok sembari meninggalkanku.

"Mengirimkan burung merpati ke pusat kota adalah tindakan yang normal, kan?" Monologku sambil mengetuk-ngetuk pelipis kananku.

Di Celestial, burung merpati sama saja dengan tukang pos versi binatang. Selain tukang pos, burung merpati juga dilambangkan sebagai bentuk komunikasi yang positif. Jadi, setiap rakytat Celestial mendapatkan surat dari burung merpati, mereka akan sangat senang.

"Tunggu, apa itu?" Bingung ku melihat seekor burung bangkai terbang menuju pusat kota.

Katakan bahwa mataku sangat jeli, namun itu yang ku lihat. Seekor burung bangkai dengan sepucuk kertas di kakinya, terbang dengan tempo cepat.

Di Celestial, burung bangkai sama seperti burung merpati. Namun, dengan artian yang berbeda. Burung bangkai dilambangkan sebagai bentuk komunikasi yang negatif, pembawa sial, dan kematian.

Burung itu menghilang, sepertinya ia mendarat ke tanah. Bertepatan dengan itu, terdengar dobrakan pintu kamarku.

Brak!

"Nona Amaya, tersebar rumor buruk tentang anda!" Pekik pelayan yang mendobrak pintu kamarku. Aku menoleh lalu menatapnya santai, dengan satu alis terangkat tanda bertanya.

"Rumor apa?" Tanyaku. Pelayan tersebut mendekat, lalu memberikanku selembar koran.

Aku menerima koran itu, lantas membaca tulisan yang ada.

Pahlawan Negara Bukan Orang Baik

Amaya Adrienne, pahlawan negara kesayangan rakyat dan keluarga kerajaan. Sayangnya, mereka tak tau betapa busuknya sang pahlawan negara. Kaylie Adiwarna Urvil baru saja menampar Nona Amaya pada malam hari, dengan alasan tertentu.

Nona Kaylie menampar Nona Amaya dengan alasan tlah melakukan tindakan yang sangat jahat. Yakni mencuri, menghancurkan, dan membully warga Urvil.

Dan yang terpenting, Nona Amaya adalah seorang kanibal.

"Pfft," Aku menahan tawaku saat selesai membaca rumor tentangku.

"Kalau aku kanibal, maka daging manusia pertama yang akan ku makan adalah daging Nona Kaylie," Kataku sambil mengembalikan koran yang selesai ku baca pada pelayan tadi.

"Seorang budak sepertiku wajar mencuri, tempatku ditampung bukan tempat yang kaya akan makanan. Untuk apa pula aku berurusan dengan warga Urvil sedangkan kepada para bangsawannya aku tak memiliki urusan sama sekali? Bodoh sekali," Cibirku tak percaya dengan rumor murahan tentangku.

"Maaf Nona Kaylie, namaku suci. Kau tak akan mengotori namaku semudah itu dengan rumor murahan seperti ini."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Protagonist? Ewh [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang