12) Hancurkan

5.3K 878 47
                                    

Lihatlah hamparan laut itu, serta beberapa kapal dan perahu yang nampak sedikit rusak. Cahaya matahari cerah dengan langit biru yang indah. Coba tebak, aku kini berada dimana?

Jawabannya, pelabuhan.

Benar, setelah bertani kemarin hari selesai, aku kini melanjutkan aksi menjadi antagonis. Mataku menatap ke seluruh titik pelabuhan. Tak hanya diriku yang berada disini, beberapa orang terlihat pula berlalu-lalang. Dari yang muda sampai tua, jomblo sampai sepasang kekasih, lelaki sampai perempuan, dan masih banyak lagi.

Meskipun latar belakang pelabuhan ini bersuasana cerah, bahagia, serta indah. Namun, hal tersebut berbanding balik dengan suasana lautan. Lautan tampak hitam, suram, dan mengerikan. Meskipun begitu, pelabuhan ini tetap beroperasi seperti seharusnya.

"Ini dia, Nona," Sahut seorang pedagang yang membawakan ku sekotak berisikan barang yang ku beli.

Bom.

Benar! Aku membeli bom. Untuk apa? Untuk menghancurkan pelabuhan ini. Sekilas info, bom di Celestial termasuk barang yang dilegalkan untuk diperjualbelikan. Hal tersebut terjadi karena sudut pandang warga serta keluarga kerajaan dan pejabatnya. Bom bukanlah barang yang digunakan untuk melumpuhkan musuh maupun membalaskan dendam, jadi bom dapat diperjualbelikan dengan sukarela.

"Ini uang, kalau kurang ngemis saja sana," Kataku memberikan pedagang tersebut uang sekian nominal. Ya hanya 3 keping perak, sih.

"Terimakasih, semoga anda puas dengan barang belanjaan anda," Kata pedagang itu lantas pergi meninggalkan ku.

"Baiklah. Mari kita menghancurkan pelabuhan ini!" Seruku sembari mengangkat kotak berisikan bom tadi. Menuju ke tepi pelabuhan, lalu menaiki perahu yang tlah ku sewa. Tidak sih, aku membawa ksatria kerajaan bersamaku.

Bom yang ku beli bukan jenis bom untuk berperang, namun jenis bom untuk menangkap ikan. Sebut saja, bondet.

Kreek

Aku membuka tutup kotak tersebut, lalu mengeluarkan beberapa bondet. Ksatria yang ikut bersamaku nampak antusias dengan usahaku. Ya mungkin mereka juga ingin menghancurkan pelabuhan, cukup optimis kawan.

"Baiklah, ayo ke tengah-tengah lautan," Ajakku. Lantas, Nahkoda membawa seisi perahu menuju ke tengah laut.

"Oke, berhenti," Suruhku saat ku lihat kami tlah jauh dari pelabuhan. Ya bagaimanapun, jika ada korban jiwa permasalahannya akan menyusahkan.

"Jika ku bilang tancap gas, kau harus membalap perahu, mengerti?" Tanyaku pada Nahkoda. Sang Nahkoda terlihat mengangguk tanda mengerti.

"Untuk kalian para ksatria, silahkan lempar bondet-bondet ini jauh dari kita. Jangan sampai cipratan air naik ke permukaan kulitku," Suruhku pada para ksatria di sampingku. Mereka dengan cepat mengambil beberapa bondet di tangan mereka.

"Baik, sekarang. Hancurkan!" Seruku, lalu terdengar suara cipratan air di hadapanku.

♩ ♩ ♩ ♩

"Nahkoda, tancap gasnya," Suruhku pada Nahkoda saat melihat ledakan yang terjadi akibat bondet yang dilemparkan ke laut.

Bondet itu berbentuk kecil, namun tetoris pada dunia perairan. Maka dari itu, damage yang dihasilkan juga berpengaruh.

Perahu bergerak dengan tempo cepat. Aku lantas berpegangan agar tak terjatuh ke dasar laut, dibantu dengan ksatria di sampingku. Gaun selutut yang ku gunakan tampak menari, membuat pahaku hampir terekspos. Untung saja para ksatria ini bukan mata keranjang, alhasil mereka menutupi bagian bawah tubuhku.

"Ada apa itu?"

"Tunggu, siapa yang berani meledakkan bom disana!?"

"Astaga.. betapa beraninya ia,"

Perahu tlah mencapai tujuannya, kami sudah berada di pelabuhan. Beberapa orang mendekat agar dapat melihat jelas ledakan yang terjadi, serta mengomel fenomena itu.

"Tunggu, ksatria? Itu artinya orang yang melakukan hal membahayakan itu adalah keluarga kerajaan!?" Pekik salah seorang saksi yang melihat ledakan di tengah lautan.

"Ekhem, baiklah para saudara dan saudariku," Kataku menghadap pada para warga, dengan posisi masih berada di atas perahu, begitupula dengan ksatria yang bersamaku.

"Orang yang meledakkan bondet di tengah-tengah lautan adalah aku, Amaya Adrienne," Kataku terus terang. Ku lihat para warga berbisik satu sama lain, lalu menatapku penuh.

"Dan pelabuhan tak dapat digunakan lagi karena ledakan itu ja—,"

Prok prok prok

Oh tidak, lagi-lagi suara tepuk tangan. Tunggu, mengapa pula orang-orang menatapku penuh haru!?  APA-APAAN LAGI INI!?

"Hidup Nona Amaya!" Teriak para warga dengan senyuman terpatri di wajah mereka semua.

Sedangkan aku, termenung melihat itu semua.

"Sebenarnya Nona.. pelabuhan ini memang harus diledakkan agar dapat beroperasi dengan baik. Apakah anda tidak tau bahwa lautan disini dipenuhi dengan ikan-ikan berbahaya bagi keselamatan warga? Dengan aksi tangguh dan berani anda, warga tentu saja sangat terharu," Jelas Nahkoda yang turut menatapku haru.

Aksi tangguh dan berani katamu? ITU AKSI TIDAK BERMORAL, BODOH!

Aksi tangguh dan berani katamu? ITU AKSI TIDAK BERMORAL, BODOH!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Protagonist? Ewh [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang