5) Salam, Pangeran pertama

8.6K 1.1K 13
                                    

Hari berganti, menjadi hari kedua ku berada di istana, dengan kehidupan kerajaan. Aku terduduk di kasurku, sembari menguap lebar. Kurasakan tubuhku merenggang, ahh nyaman sekali.

Tok tok tok

"Masuk,"

Kreek

"Nona Amaya?" Panggil sosok yang tadi mengetuk pintu, ku pastikan ia adalah pelayan.

"Apa?" Tanyaku. Pelayan itu mendekat, dengan troli berisikan makanan ringan, cocok untuk sarapan.

"Pangeran menyuruh saya untuk mengantarkan anda sarapan pagi hari ini," Jawab pelayan itu. Ia berhenti tepat di meja yang tersedia di kamarku, tepatnya di depan kasurku. Tangannya terangkat, lalu memindahkan makanan-makanan yang ia bawa.

"Oke, terima cash," Ujarku lalu memisahkan diri dari kasur, dan melangkah ke arah makanan-makanan yang menggugah selera.

"Eum baiklah, saya pamit," Pamit pelayan itu dan benar-benar meninggalkanku.

Pagi yang cerah, tidur yang pulas, serta sarapan yang mewah. Kehidupan kerajaan, aku padamu <3.

♩ ♩ ♩ ♩

"Mari kita bekerja, hancurkan istana," Kataku bernyanyi dengan langkah kaki yang terasa ringan. Aku kini memulai aksi mengelilingi istana mewah ini, hehe.

"Wah keren, aku bahkan merasa memiliki kedudukan tinggi disini," Kataku melihat para pelayan menyapaku dengan ramah.

"Oh Tuhan," Aku tetap melangkah, serta menyanyi.

"Ku cinta dia,"

"Ku sayang dia,"

"Rindu dia,"

"Inginkan dia,"

"Utuhkanla —shh sakit!" Ringisku saat tubuhku menabrak tubuh seseorang.

"Kau, budak yang Farel beli?" Hee!? Lancang sekali kau! Eh tapi benar sih, aku kan budak sekarang. Eh tapi bukan sekarang, dulu!

"Dih? Matamu! Aku sekarang bukan budak," Kataku meneriaki orang yang ku tabrak.

"Lancang sekali, ya," Kata orang tersebut, menatapku rendah. Hilih, mentang-mentang kau lebih tinggi dariku. Matamu ku colok buta lho!

"Memang," Kataku membenarkan perkataannya.

"Kau tak tau siapa aku?" Tanya nya sambil mendekatkan wajahnya pada wajahku, menatapku sengit.

"Tau," Jawabku yang juga menatapnya sengit.

"Lantas, siapa aku?" Tanya nya.

"Kau pasti Pangeran pertama," Jawabku dengan nada sombong.

"Apa alasannya?" Hiii, mengapa pertanyaannya banyak sekali!?

"Kau tadi memanggil Pangeran Farel dengan nama panggilannya saja, kau juga memakai pakaian bangsawan lengkap, dan kau.. angkuh," Jawabku yang membuat Pangeran pertama mengernyit.

"Bisa saja aku orang kurang ajar sepertimu yang lancang memanggil Farel hanya dengan panggilannya, kan?" Ujar nya terlihat seperti memancing emosi ku.

"Hilih, matamu. Lagipula, kalaupun kau bukan Pangeran pertama, kau pasti seorang bangsawan," Kataku sinis.

"Mengapa demikian?"

"Apasih? Sedaritadi kau terus saja bertanya. Kalimat retorismu terdengar menyebalkan," Kataku jengah akan retoris yang ia lontarkan padaku.

"Kau sadar? Baguslah. Omong-omong, retoris memang terdengar menyebalkan," Ujar nya dengan wajah sombong.

"Kii sidir? Bigislih. Apa omong pak?" Ejekku.

"Tidak sopan. Berilah aku salam dengan benar," Titah nya. Ya, dengan terpaksa aku membungkukkan badan, memberinya salam.

"Salam, Pangeran pertama."

Masih ku pantau, belum ku cakar.

Masih ku pantau, belum ku cakar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Protagonist? Ewh [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang