Sret
"Apasih?" Tanyaku terlampau kesal. Lihatlah, Pangeran kodok kini menyeretku ntah kemana.
"Ikut aku," Kata nya yang nampak serius.
"Kemana?" Tanyaku melunak.
"Ke peternakan kaummu, peternakan anjing," Jawab Pangeran kodok dengan tampang sok berwibawa.
"Baiklah, nanti aku akan melemparmu ke lumpur babi," Ujarku dengan tatapan mengarah padanya, tentu saja tatapan kesal.
♩ ♩ ♩ ♩
"....," Oke, aku tak bisa berkata-kata sekarang.
Pangeran kodok itu membawaku ke lahan sawah. Apakah ia akan mengajakku bertani? Sepertinya iya. Hadehh, mengapa budak sepertiku malah bertani ya? Ah tau deh.
"Hey budak, kita akan bertani. Ini bertani pertama bagiku, bagaimana denganmu?" Ujar Pangeran kodok nampak bersemangat untuk mulai bertani. Sedangkan aku, menatap hamparan sawah dengan malas.
"Ya, aku juga," Jawabku menjawab pertanyaannya.
"Yang mulia Pangeran, anda sudah dapat mengakses sawah sekarang," Kata pemilik sawah pada Pangeran kodok.
Tangan Pangeran kodok menarik pergelangan tanganku. Ia berlari, begitupula dengan diriku. Kami memakai pakaian untuk bertani. Pakaian yang layak untuk dipakai bermain kotor-kotoran, sepatu boots, serta topi petani.
"Rasanya seperti di Indonesia," Kataku yang masih berlari dengan Pangeran kodok.
"Indonesia?" Tanya Pangeran kodok. Secara mendadak ia menghentikan langkahnya.
"Nama negara," Jawabku.
"Ini Celestial, bodoh," Hujat Pangeran kodok padaku, membuatku mendengus.
"Tau, yasudah ayo bertani," Ajakku.
Dan kami, menanam padi.
♩ ♩ ♩ ♩
Capek, capek sekali. Rasanya aku ingin open BO saja sekarang. Ntah sudah berapa lama kami menanam padi, namun tak kunjung selesai. Wajar sih, kami menanam padi pada sekian hektar tanah.
Mataku menatap lahan tanah yang sudah ditanami padi. Tanah tersebut berada di depanku. Aku melangkahkan kaki menuju selang air yang terdapat di samping tanah tersebut. Mari kita melakukan sesuatu yang negatif.
Mengambil selang tersebut dengan air yang sudah mengalir sedaritadi. Aku menatap kemana arah selang itu berasal, dan akhirnya aku menemukan keran air yang terhubung pada selang. Aku melangkahkan kaki menuju keran, lalu memutar keran tersebut membuat air yang tadinya mengalir kecil, kini deras. Katakan saja, aku akan membuat kolam.
"Nona Amaya! Apa yang anda lakukan!?" Teriak panik salah seorang penati. Ya, terdapat banyak petani disini.
"Apa katamu? Tentu saja membuat kolam pada tanah ini!" Jawabku setengah berteriak, agar petani tadi mendengar jawabanku.
"Ide yang bagus!" Puji petani tadi. Sejenak aku menghentikan tindakanku, lalu menatap ke arah petani itu.
"Apa?" Tanyaku tak mengerti.
"Sebenarnya.. saya berencana untuk menjadikan tanah tersebut kolam ikan untuk memaksimalkan hasil sawah pada tanah tersebut, tentu saja dengan cara mengaplikasikan usaha Mina padi," Jawab petani tadi dengan tatapan penuh syukur yang mengarah kepadaku.
"...," Mina artinya ikan, padi artinya padi. HAA!?
"Nona Amaya, terimakasih banyak!" Ucap petani tadi yang disusul dengan ucapan terimakasih dari petani lainnya.
Prok prok prok
Suara tepuk tangan meriah terdengar, mengapresiasikan usaha negatifku yang berubah menjadi positif. Apa-apaan ini? Ini bukanlah niatku yang sebenarnya!
"Kerja bagus budakku!" Teriak Pangeran kodok di ujung sana sembari memberiku jempol ke atas.
Tidak.. mengapa citra protagonis muncul!? BERIKAN CITRA ANTAGONIS PADAKU SEKARANG JUGA!
KAMU SEDANG MEMBACA
Protagonist? Ewh [Completed]
FantasyKalian dijuluki preman sekolah? Ya, kita sama haha. Murid perempuan SMA sepertiku ini kerap ditakuti oleh warga sekolah. Ntahlah, katanya sih karena aku selalu mengeluarkan aura mendominasi, tapi aku tidak merasa begitu. Preman pada umumnya akan sel...