4) Bukan tipeku

9.8K 1.1K 19
                                    

Hening, dan hampa. Dua kata mendeskripsikan keadaan sekitarku sekarang. Dengan latar belakang di kamar mewahku, aku duduk tidak manis pada sofa yang ada. Sedang menopang dagu sekaligus meniup anak-anak rambut yang menghalangi penglihatanku.

"Aku diadopsi sebagai apa ya? Anak? Cucu? Atau.. pelayan? Haa, membosankan sekali," Keluhku.

Tok tok tok

"Ya masuk," Suruhku mendengar suara ketukan pintu.

Kreek

"Apa?" Tanyaku sengit. Sosok yang tlah membuatku kesal pada waktu lalu, siapa lagi kalau bukan Pangeran kedua, Pangeran Farel.

"Garangnya~ huhu, santai saja," Kata nya dengan cengiran yang terlihat menyebalkan.

"Aku bosan. Apakah tidak ada kegiatan yang perlu ku lakukan disini?" Tanyaku menatap Pangeran Farel memelas. Pangeran Farel mendekat, lalu berjongkok di hadapanku. Mengambil serta menggenggam kedua tanganku.

"Aku bertanya tinggal dijawab, bukan melakukan sentuhan denganku, Pangeran kodok," Kataku datar melihat tingkah Pangeran Farel.

"Apa?" Tanya nya dengan tatapan tidak percaya.

"Apa?" Tanyaku balik, tidak mengerti dengan maksudnya.

"Kau memanggilku 'Pangeran kodok'?"

"Iyalah, siapa lagi?" Sinisku sembari melepas genggaman tangan nya dari tanganku.

"Dasar," Ujar Pangeran Farel sembari mendengus.

Netranya menatap netraku. Aku membalas tatapannya. Tidak ada jantung yang berdetak kencang. Mohon maaf, aku ini seorang perempuan yang memegang status NNC.

Alias, No Need Couple :p.

(Tidak butuh pasangan)

"Aneh," Kata Pangeran Farel setelah menatapku kurang lebih selama 16 detik.

"Apa?" Tanyaku. Kami masih berkontak mata.

"Rasanya aneh. Ada ya budak sepertimu yang langsung akrab denganku? Bukankah akan normal jika kau akan merasa tidak nyaman dengan kehidupan kerajaan? Bahkan kau... Menggunakan fasilitas yang ku sediakan dengan mudahnya," Jawab Pangeran Farel yang kini menatapku dengan tatapan seakan mengatakan 'kau bukan budak normal, ewh'.

"Ya bagus, setidaknya aku budak pintar," Kataku memuji diriku sendiri.

"Pintar bagaimana?" Tanya Pangeran Farel.

"Fasilitas mewah seperti ini disia-siakan? Aduh tolong, lebih baik aku menikmatinya selagi bisa," Jawabku sembari menatap kamar mewahku dengan tatapan berbinar, terlampau senang.

"Hahaha, sepertinya aku tepat untuk mengadopsi mu. Lebih tepatnya, aku membeli mu, sih," Kata Pangeran Farel diakhiri kalimat kebingungan.

"Ya-ya terimakasih," Kataku sambil mengibas-ibaskan tanganku.

"Selain statusmu yang tidak seperti budak, kau juga seperti sudah mengenalku luar dalam," Ucap Pangeran Farel menatapku dari atas sampai bawah.

"Perasaanmu saja kali," Kataku datar.

"Kau saja dengan mudahnya mengakrabkan diri denganku," Kekeuh Pangeran Farel, membuatku memutar bola mataku.

"Kau merasa akrab denganku? Aku sih tidak," Ujarku menatapnya malas.

"Eits. Di luar sana ada ribuan perempuan yang ingin mengakrabkan diri denganku, dan kau dengan mudahnya mengatakan itu? Sungguh tidak baik ucapanmu itu, Nona Amaya," Kata Pangeran Farel, terlampau drama.

"Nyenyenyenye, terserahku dong. Yasudah sana, kita kan bisa berpura-pura tidak kenal satu sama lain," Kataku yang diawali dengan ejekan.

"Pfft, baiklah. Berhati-hatilah Nona Amaya, bisa saja kau terjatuh ke dalam pesonaku," Ujar Pangeran Farel.

Ia menegakkan tubuh, berdiri, lalu melangkah pergi meninggalkanku sendirian. Aku yang kini sendirian hanya menatap kepergiannya dengan menopang daguku. Saat sosoknya menghilang dilahap pintu, aku berdecih.

"Kau bukan tipeku."

Katakan, siapa yang mau dengan lelaki berstatus Pangeran menjadi gebetannya? Pasti ada, tapi bukan aku!

Katakan, siapa yang mau dengan lelaki berstatus Pangeran menjadi gebetannya? Pasti ada, tapi bukan aku!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Protagonist? Ewh [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang