Aksi tak bermoral yang malah dinilai tangguh dan beraniku itu... Cukup berdampak.
Ah tidak, bukan cukup, melainkan SANGAT berdampak. Lihatlah, para warga serta bangsawan Celestial kini mengirimkan ratusan hadiah yang ditujukan untukku. Kamarku yang nampak mewah dan luas kini... Ugh, berantakan dan sempit.
"Nona A—,"
"Simpan saja di tempat yang kosong," Kataku saat melihat pelayan yang membawa sebuah hadiah.
"Baik, Nona," Kata pelayan itu lalu mengikuti perkataanku.
"Ah dan juga, Nona mendapatkan surat dari Yang mulia Pangeran kedua," Pelayan itu berjalan ke arahku saat sudah meletakkan hadiah yang ia bawa, dengan tangan menyodorkan sebuah surat.
"Oke, sana pergi," Usirku sembari menerima surat itu. Pelayan membungkuk, lalu pergi.
Aku seperti bangsawan saja, padahal bukan.
[Kepada yth budakku
Salam kasih dariku, Pangeran tampan
Ah lihatlah budakku ini, ia tlah membuat orang-orang bahagia. Jujur, aku sempat terkejut saat mendengar bahwa kau tlah berjasa untuk negara, tapi yasudahlah. Kau tau? Ada ratusan surat yang dikirim ke istana. Orang-orang meminta agar kerajaan menggelar pesta untuk menghormati jasamu, bagaimana menurutmu? Jika kau setuju, silahkan antarkan surat ini padaku sekarang juga. Dan jika tidak, oh astaga kau tidak boleh menolak permintaan!
Salam dariku, Pangeran tampan]
"Iyuh, Pangeran tampan darimana nya sih?" Monolog ku menatap salam penutup dari surat yang ku baca.
"Menjengkelkan sekali. Mengapa mereka ingin menghormati jasaku!?" Kesalku. Tanganku yang memegang surat lantas melempar surat itu, lalu mengacak-acak rambutku.
Tok tok tok
"Masuk,"
Kreek
"Hey budak," Panggil —ugh, Pangeran kodok.
"Apa?" Tanyaku menatapnya kesal.
"Waktunya berpesta," Jawab Pangeran kodok, lalu menarikku ntah kemana.
♩ ♩ ♩ ♩
"Bukannya pesta akan digelar pada malam hari?" Tanyaku. Kini, aku sedang memakai gaun yang dipilih oleh Pangeran kodok, dengan bantuan pelayan.
"Jika matamu menatap jendela, kau akan menatap langit malam," Jawab Pangeran kodok. Spontan, aku menatap jendela dan benar saja, hari sudah malam.
"Sudah selesai, Nona," Ujar pelayan yang membantuku memakai gaun.
"Sempurna," Puji Pangeran kodok melihat penampilanku. Dengan sombong aku mengibaskan rambutku, lalu menyilangkan tanganku di dada.
"Sombong sekali," Cibir Pangeran kodok melihat tingkahku.
"Jelas," Kataku. Pangeran kodok mendekat ke arahku, lalu menyodorkan tangannya.
"Maukah kau berjalan bersamaku menuju pesta, budakku?" Tanya Pangeran kodok dengan tatapan menjijikkannya.
Aku menerima uluran tangannya, sembari memutar bola mataku. "Sesuai keinginanmu, Pangeran kodok,"
Lalu kami, bergandengan tangan menuju ruang utama, dimana pesta digelar.
♩ ♩ ♩ ♩
"Nona Amaya dan Pangeran kedua memasuki ruangan," Teriak ksatria mengumumkan kedatanganku dan Pangeran kodok.
Lantas saja, kami menjadi pusat perhatian. Kami berjalan menuju panggung, dimana Pangeran Farzan berada. Lalu saat tlah di panggung, aku menyampaikan pidato dadakan.
"Kepada yang terhormat Pangeran pertama dan Pangeran kedua, yang terhormat para bangsawan, serta yang terhormat para hadirin sekalian. Pertama-tama saya ucapkan terimakasih tlah berpartisipasi pada acara malam hari ini, kehadiran kalian sangat berarti. Dan terimakasih pula atas kehangatan yang kalian salurkan di malam yang dingin ini, di ruangan ini. Tanpa berbasa-busa lagi, mari kita mulai pestanya!" Kataku panjang, diakhiri dengan seruan. Seruan itu, disambut hangat dengan tepuk tangan serta siulan kegembiraan.
"Wah, betapa manisnya pidato pahlawan negara kita, ya. Baiklah, acara selanjutnya adalah pemberian selendang oleh Pangeran pertama. Kepada Pangeran dan Nona Amaya, dipersilahkan," Ucap MC. Aku dan Pangeran Farzan mengambil posisi, lalu Pangeran Farzan memasangkanku selendang berwarna biru laut dengan bertuliskan;
Pahlawan Negara, Amaya Adrienne
"Hidup Nona Amaya!" Teriak Pangeran kodok.
"Hidup!" Balas para hadirin dengan gelas berisikan minuman terangkat ke atas, secara bersamaan.
Hahaha. Hey semua, aku Pahlawan negara </3.
KAMU SEDANG MEMBACA
Protagonist? Ewh [Completed]
FantasyKalian dijuluki preman sekolah? Ya, kita sama haha. Murid perempuan SMA sepertiku ini kerap ditakuti oleh warga sekolah. Ntahlah, katanya sih karena aku selalu mengeluarkan aura mendominasi, tapi aku tidak merasa begitu. Preman pada umumnya akan sel...