8) Tidak peduli

6.5K 899 18
                                    

Langit berwarna jingga, katakan hey pada sore hari. Aku sedang duduk di sofa kamarku, menatap pada jendela yang menampilkan keindahan langit sore. Dengan kaki yang naik pada dudukan sofa, aku duduk seperti anak berandal sekolah.

Tok tok tok

"Ma—,"

"Selamat sore, Nona Amaya,"

"—suk," Kurang ajar, padahal aku belum mempersilahkannya masuk!

"Apalagi, Pangeran?" Tanyaku dengan setengah hati. Ya, orang yang dengan kurang ajarnya masuk ke kamarku padahal belum ku persilahkan adalah Pangeran Farel.

"Tadi pagi kau bilang ingin bekerja, kan?" Jawaban yang berisikan pertanyaan. Pangeran Farel nampak sedang ingin menjahiliku.

"Tadi pagi, sekarang tidak," Jawabku diselingi dengan senyum paksa.

"Pasti masih mau, kan?" Tanya nya dengan tatapan mengejek.

"Apasih? Sok tau," Cibirku. Air muka Pangeran Farel kini berubah menjadi masam.

"Yasudahlah. Intinya, aku memerintahkanmu untuk ikut denganku malam nanti," Perintah Pangeran Farel, membuatku melotot tidak terima.

"Enak saja! Tidak mau," Bantahku sembari menyilangkan tanganku di dada.

"Harus mau, pokoknya harus mau," Ujar Pangeran Farel diiringi dengan anggukan kepala.

"Aku tidak mau," Tegasku lalu menatap Pangeran Farel datar.

"Pelayan," Panggil Pangeran Farel sembari menoleh ke arah pintu.

Kreek

"Ada apa, Pangeran?" Tanya si pelayan.

"Gantikan baju Nona Amaya, sekarang,"

"PANGERAN KEDUA, KAU INGIN DIKULITI SEKARANG JUGA!?"

♩ ♩ ♩ ♩

"Asiik, kita pergi ke pesta bersama, Nona Amaya,"

"Matamu asik," Cibirku menanggapi kegirangan Pangeran Farel. Sungguh, mengapa tingkahnya seperti anak kecil!?

"Hey Nona Amaya," Panggil Pangeran Farel padaku.

"Apa?"

"Kita sudah sampai," Jawab nya, membuatku menatap lokasi kami sekarang. Benar, kami sudah sampai.

Kereta kuda terus berjalan, sampai akhirnya berada tepat di depan pintu masuk menuju istana. Kereta berhenti, diiringi dengan pintu terbuka. Pangeran Farel secara alami keluar terlebih dahulu, lalu menuntunku yang hendak keluar pula.

"Ku harap kau baik-baik saja nantinya," Kata Pangeran Farel menatapku prihatin.

"Kenapa memang?" Tanyaku tak mengerti.

"Ini pertama kalinya aku membawa perempuan saat menghadiri sebuah pesta. Tentu saja, kau akan diteror dengan para gadis bangsawan yang memujaku," Jawab nya. Aku lantas memutar bola mataku. Senggol sedikit langsung bacok lah.

"Pangeran Farel dan pasangannya memasuki ruangan," Teriak ksatria yang bertugas mengumumkan para hadirin yang datang.

Para sepasang mata kini menatapku dan Pangeran Farel. Seperti di cerita pada umumnya, para gadis bangsawan tampak tidak suka dengan kehadiran pasangan sang Pangeran. Aku hanya diam. Toh, kalau aku diserang tinggal serang balik.

Aku dan Pangeran Farel meneruskan langkah menuju meja yang tlah disediakan untuk kami. Samar-samar ku dengar cibiran serta makian dari beragam gadis bangsawan. Telingaku memerah, kepanasan bak iblis yang dibacakan ayat suci.

Sreet

Saat sudah berada di meja yang disediakan, Pangeran Farel menarikkanku kursi agar aku duduk. Dengan sok anggun aku duduk, disambung dengan Pangeran Farel.

♩ ♩ ♩ ♩

20 menit pesta berlalu. Setelah beberapa rincian acara dilakukan, akhirnya, sekarang waktunya memuaskan perut kempes ku. Tanpa menunggu Pangeran Farel aku langsung berlari menuju rak makanan, iya berlari.

"Mantap, makanan nih bro," Kataku menatap deretan makanan yang nampak sangat lezat.

Dengan bersemangat aku mengambil piring, lalu memindahkan makanan-makanan di hadapanku ke atas piring. Tanpa memikirkan berbagai tatapan dari kalangan bangsawan, aku terus-menerus memilah makanan demi makanan.

"Asik, makan," Girangku menatap piring berisikan makanan yang menjulang tinggi.

Aku menjauh dari rak makanan, lalu mendekat ke mejaku dan Pangeran Farel. Pangeran Farel masih disana, dikelilingi oleh para gadis bangsawan. Tak menghiraukan itu, aku duduk lalu menyantap makanan yang ku ambil.

"Anda.. pasangan Pangeran Farel?" Panggil seorang gadis bangsawan yang nampak ragu.

"Ha? Oh iya, benar," Jawabku.

"Apakah anda tidak merasa cemburu melihat Pangeran Farel dikelilingi oleh para gadis bangsawan?" Tanya si gadis bangsawan sembari menatapku tak percaya.

Netraku melirik ke arah Pangeran Farel, lalu menatap gadis bangsawan itu. "Tidak,"

"Benarkah? Lantas mengapa?" Tanya nya lagi, membuatku berdecih.

"Karena aku tidak peduli, itu saja."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Protagonist? Ewh [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang