Kabar tentang Kaylie dan Minjun dijebloskan ke penjara tersebar ke seluruh penjuru Celestial. Rakyat sontak memberiku apresiasi tentang hal itu, karena aku lah yang menang melawan Kaylie di pengadilan beberapa hari lalu.
3 hari berlalu, kini malam menjemput. Hari ini, adalah hari penobatan Raja. Pangeran Farzan sebentar lagi kerap dipanggil Raja Celestial. Segala persiapan sudah ditangani sejauh-jauh hari, meminimaliskan kekurangan saat acara berlangsung.
Acara yang ditunggu-tunggu selama ini, akan dilaksanakan. Dan setelah itu, Pangeran Farzan akan berfokus dalam persiapan berperangnya.
Tok tok tok
Lagi-lagi, kesendirian ku terganggu oleh sosok yang mengetuk pintu.
Krek
"Hey budakku, psst," Bisik Pangeran kodok. Iyalah, siapa lagi kalau bukan dirinya?
"Apaa?" Tanyaku malas. Pangeran kodok melambai-lambaikan tangannya padaku, tanda menyuruhku mendekat ke arahnya.
"Kau tau? Akan sangat membosankan jika kita mengikuti acara penobatan Kakakku," Bisik Pangeran kodok. Iyasih, itu juga yang ku pikirkan.
"Jangan bertele-tele. Katakan apa yang ingin kau katakan," Kataku tak ingin berlama-lama.
"Ku dengar warga sedang mengadakan pasar malam. Ayo, kita pergi ke sana," Ajak Pangeran kodok. Ya.. kalau dilihat dari penampilannya saat ini memang sudah siap untuk ke pasar malam, sih.
"Aku hanya memakai gaun tidur, bodoh," Kataku menatap penampilanku saat ini. Pangeran kodok berdecak.
"Ck, mengataiku bodoh lagi. Yasudah pakai itu saja, jangan mau rempong," Cibir Pangeran kodok.
"Kau memang bodoh," Ejekku sambil menyilangkan tanganku di dada.
"Iya-iya. Ayo pergii," Rengek Pangeran kodok. Aku menghela nafas, lalu mengangguk.
"Memangnya kau mau kabur lewat mana? Para tamu sudah berdatangan sedaritadi," Tanyaku.
"Lewat jendela kamarmu," Jawab Pangeran kodok dan pergi ke jendela kamarku.
"Kau bawa tali?" Tanyaku.
"Bawa dong, sayang," Jawab Pangeran kodok. Aku menutup pintu, lalu mendekat ke arahnya.
"Najis," Sinisku mendengar panggilan 'sayang' darinya.
Klek
Jendela terbuka, membuat hembusan angin menerpa wajahku dan Pangeran kodok. Sinar malam hari menyorot wajah Pangeran kodok, membuat sisi tampan wajahnya kian terlihat.
Pangeran kodok mengikatkan tali pada benda yang tak ku ketahui namanya. Setelah itu, ia melemparkan sisa tali ke bawah. Posisi Pangeran kodok kini terduduk di jendela kamarku, membelakangiku.
"Hey budakku, kemarilah," Suruh Pangeran kodok.
"Aku tepat dibelakangmu," Kataku datar.
"Oh, hehehe," Cengir Pangeran kodok.
"Maksudnya bagaimana? Aku duduk dipahamu, begitu?" Tanyaku tak mengerti.
"Iya, kita turun bersamaan," Jawab Pangeran kodok.
Aku menurut. Kaki ku terangkat, lalu ku tekukkan. Posisiku kini berada di pangkuan Pangeran kodok. Tanganku memeluk lehernya, dan daguku bersandar di pundaknya. Posisiku benar-benar seperti bayi yang digendong.
Puk puk
"Pintar deh calon istriku," Puji Pangeran kodok sambil menepuk kepalaku.
"Turun saja, jangan lama-lama," Kataku.
Tubuh Pangeran kodok yang tadinya diam saja kini bergerak. Ku rasakan diriku seperti sedang terjun payung, saat posisi terjun dari ketinggian sekian. Astaga, mengapa diriku seperti sedang hendak bunuh diri? ;(.
Bruk
"Cup cup calon istri Farel. Jangan takut sayang, kita sudah mendarat," Bujuk Pangeran kodok. Refleks, aku memukuk pundaknya. Setelah itu, aku turun dari gendongannya.
"Ya terima kasih atas pendaratan yang sempurna, kapten Farel," Kataku sambil merapikan rambutku.
"Sama-sama," Kata Pangeran kodok dengan senyuman di wajahnya. Tangannya ia ulurkan padaku, lalu berkata.
"Perlukah kita pergi sekarang, Nona Amaya?" Tanya Pangeran kodok. Aku menerima uluran tangannya, lalu menjawab.
"Tidak buruk. Yasudah ayo,"
♩ ♩ ♩ ♩
Pada jaman kerajaan ini, terdapat lampion. Aku dan Pangeran kodok sudah mengelilingi pasar selama yang kami mau. Kami mencicipi makanan, bermain permainan, dan menonton opera. Untuk penutup, kami memutuskan untuk menerbangkan lampion dengan harapan masing-masing.
"Kau sudah menuliskan harapanmu, budak?" Tanya Pangeran kodok yang berada di sampingku.
"Tunggu... Ya! Aku selesai," Jawabku girang.
"Oke, ayo kita terbangkan lampion ini bersama-sama," Kata Pangeran kodok.
"Kita hitung bersama," Kataku. Pangeran kodok mengangguk.
"Satu, dua, tiga," Kataku dan Pangeran kodok. Selain perkataan kami yang bersamaan, gerakan tangan menerbangkan lampion juga bersamaan.
"Indah sekali," Kagumku.
"Seperti dirimu," Goda Pangeran kodok. Sontak, aku menatapnya sinis.
"Hey budak," Panggil Pangeran kodok.
"Apa?" Balasku tanpa menatapnya.
"Maukah kau jadi kekasihku?" Tanya Pangeran kodok.
"Asal kau tau ya..," Aku menggantung ucapanku. Mataku kini menatap mata Pangeran kodok.
"Aku ini lesbi." Kataku dengan nada sombong. Terlihat, Pangeran kodok kini menganga.
Ya... Sampai kapanpun aku tak akan menikah. Karena aku akan menjadi rich aunty versi jaman kerajaan :p.
♩ ♩ ♩ ♩
Dengan penuh hormat author mengucapkan terimakasih kepada seluruh pembaca yang sudah membaca cerita author sampai titik ini.
Salam dariku, Angelina selaku author 'Protagonist? Ewh'.
_The end_
KAMU SEDANG MEMBACA
Protagonist? Ewh [Completed]
FantasyKalian dijuluki preman sekolah? Ya, kita sama haha. Murid perempuan SMA sepertiku ini kerap ditakuti oleh warga sekolah. Ntahlah, katanya sih karena aku selalu mengeluarkan aura mendominasi, tapi aku tidak merasa begitu. Preman pada umumnya akan sel...