"Eunghh," Sebuah lenguhan lolos dari bibirku. Ya, tidurku yang nyenyak tlah usai.
Puk puk
Tanganku menepuk-nepuk alas tidurku sekarang ini. Ahh, ternyata aku tengah terbaring di kasur. Mata yang awalnya tertutup perlahan terbuka, serta berkedip beberapa kali menyesuaikan cahaya yang terlihat.
"Selamat pagi, budak," Sapa seseorang tepat di sampingku. Tunggu, APA!?
"HUAAA MAMAA," Teriakku histeris menatap orang yang menyapaku, Pangeran kodok.
"Aku Pangeran, bukan Mama mu," Ucap Pangeran kodok.
"Apa yang kau lakukan dan —SINGKIRKAN TANGANMU DARI PINGGANGKU!!" Lagi-lagi aku berteriak histeris. Tanganku secara spontan menyingkirkan tangan kekar Pangeran kodok, melepasnya dari pinggangku. Sedangkan Pangeran kodok malah mendengus, dengan posisi sedang terbaring di sebelahku.
"Mesum kau! Apa yang kau lakukan di kamar seorang perawan ha!?" Galakku padanya. Dengan cepat aku merubah posisiku menjadi duduk, lalu mengambil bantal dan bersiap untuk memukulnya dengan bantal tersebut.
"Aku memiliki hormon dan nafsu, tentu aku mesum. Dan juga, kau.. sedang tidak berada di kamarmu," Jawab Pangeran kodok dengan tangan menahan bantal yang hendak ku gunakan untuk memukulnya.
"Ha? Memangnya ini kamar siapa?" Tanyaku cengo. Secara otomatis bantal yang ku angkat kini ku turunkan.
"Ya kamarku, lah," Jawab Pangeran kodok diiringi dengan tangan yang ia silangkan di belakang kepalanya, menatapku santai.
"Wah, berarti aku yang mesum," Monologku pada diriku sendiri.
"Yasudahlah, ayo kita berhubungan badan," Ajakku. Pangeran kodok dengan antusias mengangguk.
"Ayo!"
Plakk
"Sialan, dasar budak!"
♩ ♩ ♩ ♩
"Kemana budak itu?" Tanya Pangeran kodok pada pelayan yang ditugaskan untuk mengantar serta memulangkan makananku.
"Apa?" Tanyaku yang berdiri tepat di belakangnya. Secara otomatis tubuh Pangeran kodok berbalik ke arahku. Ia menatapku dengan tatapan berbinar.
"Ayo kita berhubungan badan!" Ajaknya seraya menggenggam kedua tanganku.
"Ewh, malas," Cibirku sembari melepaskan genggaman ku dan Pangeran kodok, lalu meninggalkannya.
"Budak, woy! Ayolah, jangan jual mahal!" Teriak Pangeran kodok yang ku hiraukan.
♩ ♩ ♩ ♩
"Selesai," Ujarku yang tlah menyelesaikan aktivitas memasakku. Benar, aku tlah memasak nasi goreng buatanku sendiri.
"Wah.. apa itu?" Tanya Pangeran kodok di sampingku. Aku memutar bola mataku, malas. Hadeh, dia lagi dia lagi.
"Ini namanya nasi goreng," Jawabku sambil menunjuk pada nasi goreng buatanku.
Tak!
"Apasih?" Sinisku pada Pangeran kodok. Bagaimana tidak? Ia baru saja memukul tanganku!
"Kata Farzan, tidak boleh menunjuk makanan, itu tidak baik," Kata Pangeran kodok yang kini menatapku serius. Jari telunjuknya terangkat dan bergerak ke kanan dan ke kiri, mengisyaratkan kata 'tidak boleh!'.
"Yakan kata Pangeran Farzan," Kataku malas.
"Tetap saja tidak boleh," Kekeuh Pangeran kodok.
"Ya-ya, terserah," Kataku. Tanganku mengangkat piring berisikan nasi goreng lalu meninggalkan Pangeran kodok.
"Budak, jangan tinggalkan aku!" Teriak Pangeran kodok yang kini mengejarku.
"Pangeran kodok, menjauhlah dariku!" Balasku berteriak padanya.
Tarik nafas, buang. Tarik nafas, buang. Tarik nafas, HILANG KESABARANKU.
KAMU SEDANG MEMBACA
Protagonist? Ewh [Completed]
FantasyKalian dijuluki preman sekolah? Ya, kita sama haha. Murid perempuan SMA sepertiku ini kerap ditakuti oleh warga sekolah. Ntahlah, katanya sih karena aku selalu mengeluarkan aura mendominasi, tapi aku tidak merasa begitu. Preman pada umumnya akan sel...