Setelah Pangeran kodok menyatakan bahwa ia mencintaiku, hubungan kami semakin tidak jelas. Bukan digantung, ya. Maksudnya, Pangeran kodok semakin gencar mendekatiku. Bukannya aku baper, tapi malah stres.
"Budakku, selamat pagi!" Sapa Pangeran kodok saat aku membuka pintu kamarku.
"Ya, pagi," Balasku. Pangeran kodok tersenyum cerah padaku, membuat para pelayan berpekik riang.
"Astaga, Pangeran kedua baru saja tersenyum manis!"
"Tolong aku, aku akan mimisan aaa,"
"Betapa beruntungnya Nona Amaya,"
"Kau ingin sarapan apa, budakku?" Tanya Pangeran kodok. Aku mulai melangkahkan kakiku, menuju ruang makan. Diikuti Pangeran kodok di belakangku.
"Roti bakar saja," Jawabku.
Kreek
Pintu ruang makan terbuka, menampakkan isi ruangan. Di kursi utama tlah diisi oleh Pangeran Farzan, sedangkan kursi lain akan diisi oleh ku dan Pangeran kodok.
Sret
Kursi yang akan ku tempati bergeser, memberikan tempat agar aku dapat duduk. Pelaku yang tlah menggeser kursiku adalah Pangeran kodok. Tak mungkinkan jika Pangeran Farzan yang melakukannya?
"Silahkan budakku," Kata Pangeran kodok.
Aku duduk, dengan cara romantis. Ya sebenarnya sih aku mau salah tingkah, cuma sedang malas.
"Terima kasih," Kataku.
"Sama-sama," Balas Pangeran kodok terlampau ramah.
Para pelayan bermunculan, dengan hidangan di tangan mereka. Mereka berjalan menuju meja makan, lalu meletakkan hidangan tersebut di meja. Aku dan kedua Pangeran hanya diam, menyaksikan.
2 menit berlalu, dan semua hidangan sudah berderet rapi di meja. Aku dan kedua Pangeran mulai memilih makanan, lalu menyendokkan makanan tersebut ke mulut masing-masing.
Kami makan tanpa percakapan di dalamnya. Ini sudah menjadi aturan disini, jadi kami tak berbicara sedikitpun. Yang terdengar hanyalah dentingan garpu dan pisau yang beradu.
17 menit kami gunakan, untuk sarapan. Selesai sarapan, kami pergi ke tujuan masing-masing. Kedua Pangeran memiliki tujuan yang sama, yakni latihan pedang. Sedangkan aku, akan ke kamarku.
Sebenarnya sih aku juga harus ikut, hanya saja malas. Untungnya Pangeran kodok mengijinkan, hehe.
"Nona Amaya, ada surat dari Nona Kaylie untuk anda," Kata seorang pelayan saat aku memasuki kamarku.
"Berikan padaku," Kataku dengan tangan seperti meminta sesuatu. Pelayan itu berjalan ke arahku, lalu menyerahkan surat padaku.
"Kau bisa pergi sekarang," Kataku yang lebih condong mengusir. Pelayan itu membungkukkan badannya, lalu pergi meninggalkanku.
Aku membuka surat itu, lalu mulai membaca isinya.
[Kepada yth Nona Amaya
Salam dingin dariku, Nona Kaylie
Setelah hari dimana kita bertemu di pusat kota, aku merasa merindukan sosokmu sebagai musuhku. Kau tau, antagonis ini ingin menghancurkan protagonisnya. Tanpa basa-basi, aku mengajakmu berkuda di pegunungan Raneysha esok malam hari. Kau menolak? Maka kau pengecut.
Salam dingin dariku, Nona Kaylie]
"Sepertinya, tanggal main kita tlah ditentukan," Gumamku saat selesai membaca surat dari Kaylie.
"Dugaanku benar, hm? Baiklah, waktunya melancarkan rencana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Protagonist? Ewh [Completed]
FantasyKalian dijuluki preman sekolah? Ya, kita sama haha. Murid perempuan SMA sepertiku ini kerap ditakuti oleh warga sekolah. Ntahlah, katanya sih karena aku selalu mengeluarkan aura mendominasi, tapi aku tidak merasa begitu. Preman pada umumnya akan sel...