Melelahkan, menjadi asisten seorang Pangeran itu sungguh melelahkan. Seharian ini aku tlah menemani Pangeran kodok. Terus terang, rasanya tulang-tulangku akan patah.
"Kau tak ingin membuat sesuatu untuk menghancurkan Nona Kaylie, budak?" Tanya Pangeran kodok sembari meneguk tehnya.
"Untuk menghentikan segala upayaku, tentu saja Nona Kaylie akan mengirimkan setidaknya penguntit atau mata-mata untukku," Jawabku santai.
Di sore yang nampak mendung ini, aku dan Pangeran kodok memutuskan untuk meminum teh. Kami meminum teh di dalam ruangan, tidak di luar ruangan. Percayalah, teh yang dikonsumsi disini sangatlah segar.
"Untuk seukuran budak, kau seorang jenius," Puji Pangeran kodok.
"Sebenarnya, aku memang jenius. Mau aku ditakdirkan menjadi budak ataupun tidak, aku tetaplah jenius," Sombongku. Pangeran kodok lantas mendengus geli.
"Ini hanya kebetulan atau memang kau mempengaruhiku, semenjak kehadiranmu aku sudah jarang menggoda serta mengunjungi para bangsawan perempuan," Kata Pangeran kodok nampak berpikir.
"Ya, terus?" Tanyaku. Tanganku terangkat, lalu mengambil sekeping biskuit.
"Aish, tidakkah kau merasa spesial? Secara tak langsung kau tlah merubah Pangeran yang terkenal sering menarik-ulur hati perempuan," Tanya Pangeran kodok. Aku mengendikkan bahu tak acuh.
"Biasa saja kali," Jawabku santai.
"Semenjak aku membelimu, aku jadi lebih waras dari sebelumnya," Kata Pangeran kodok. Sontak, aku tertawa.
"Wow, kau menyadari bahwa dirimu dulunya orang gila?" Ejekku. Pangeran kodok gelagapan, lalu menggelengkan kepalanya kuat.
"Bukan begitu, bodoh!" Cibir Pangeran kodok.
"Wuuu Pangeran kodok adalah orang gila~," Ejekku. Pangeran kodok berdiri, lalu mendekat ke arahku. Sepertinya ia berniat untuk menjahiliku.
"Apasih? Bukan itu maksudku," Kesal Pangeran kodok.
Kini, ia berada di samping kananku sambil berdiri. Tangannya mulai terangkat, lalu mengarah ke perutku. Setelah itu, ia menggelitik perutku.
"Aduh, Pangeran kodok. Hentikan! Sialan, itu gelii," Keluhku. Seakan tuli, Pangeran kodok malah semakin menggelitiki ku!
"Kualat kau, hentikan bodoh!" Hujatku saat merasakan jari-jari Pangeran kodok bergerak lincah. Kulitku yang bersentuhan dengan jarinya terasa geli, hiii.
"Hahaha, masih mau mengataiku orang gila?" Ejek Pangeran kodok. Jarinya kini tak menyentuh kulitku, dan tak terasa pula hal geli.
"Sinting, kan tadi kau sendiri yang bilang," Cibirku.
"Kok jadi kau yang marah, sih? Harusnya aku," Heran Pangeran kodok. Aku memutar bola mataku.
"Mana ku tau," Sinisku.
Pangeran kodok menatapku, lalu menatap dadanya. Tangannya terangkat menyentuh dada kirinya. Setelah itu, ia menatapku lagi. Aku keheranan, ada apalagi dengannya?
"Sepertinya aku jatuh cinta padamu," Kata Pangeran kodok secara tiba-tiba.
"Nahkan kambuh lagi sintingnya," Gumamku diiringi dengan gelengan kepala.
"Daripada menjadi asistenku, maukah kau menjadi permaisuriku, budak?" Tanya Pangeran kodok dengan seulas senyum untukku.
"Ku katakan sekali lagi. Kau, sinting," Kataku. Aku berdiri, lalu meninggalkan Pangeran kodok yang kini mengejarku.
"Kok sinting sih? WOY!" Teriak Pangeran kodok.
Memang sinting -_-.
KAMU SEDANG MEMBACA
Protagonist? Ewh [Completed]
FantasyKalian dijuluki preman sekolah? Ya, kita sama haha. Murid perempuan SMA sepertiku ini kerap ditakuti oleh warga sekolah. Ntahlah, katanya sih karena aku selalu mengeluarkan aura mendominasi, tapi aku tidak merasa begitu. Preman pada umumnya akan sel...