Setelah berpisah dengan Pangeran Farel sekaligus keluar dari ruang utama, aku pergi menuju rumah kaca. Bagaimana aku tau? Aku sempat menguping pembicaraan salah seorang pelayan tentang rumah kaca, jadi aku ingin kesana hehe.
"Woah," Kagumku melihat rumah berdinding kaca dengan pantulan sinar matahari, sungguh cemerlang nan indah.
Tap tap tap
Aku melanjutkan langkah kakiku, mendekati rumah kaca. Saat sudah berada tepat di depan pintu, aku membukanya lalu memasuki rumah kaca. Seperti rumah kaca pada dunia modern, rumah kaca ini berisikan tumbuh-tumbuhan yang nampak segar dan sehat. Cobalah bernafas disini, rasanya muantap!
"Keren...," Ya Tuhan, tidak bisa aku tuh.
Mataku menatap sebuah rak berisikan pot-pot kecil. Jika kita lebih dekat melihatnya, maka akan terlihat tanaman kaktus di dalam pot tersebut. Mungil, dan sangat lucu.
"Nona Amaya?" Panggil seseorang dari belakangku. Aku sedikit menoleh merespon panggilan orang itu.
"Anda tidak bekerja?" Tanya orang tersebut. Sebut saja, salah satu pelayan istana.
"Kerja apa?" Tanyaku balik. Aku meluruskan pandanganku, tidak menoleh ke arahnya lagi.
"Kerja sebagai pelayan," Jawab si pelayan.
"Mohon diingat baik-baik, pelayan," Ujarku. Aku membalikkan tubuh lalu melangkah ke arah sang pelayan, menatapnya tajam.
"Aku bukan pelayan, paham?" Bisikku yang lebih condong seperti peringatan.
"....," Si pelayan bungkam, tak berkutik.
"Bagus," Kataku, sebelum akhirnya pergi meninggalkan rumah kaca yang terlihat seperti surga.
♩ ♩ ♩ ♩
"Baiklah Pangeran, sampai disini paham?" Langkah kakiku sontak berhenti, saat mendengar sebuah suara pada ruangan —eumm ruangan belajar, mungkin?
"Ya," Jawab sosok yang ditanya, alias Pangeran Farel.
Aku mengintip pada celah pintu. Posisiku sedang berada di luar ruang belajar, sedangkan Pangeran dan mungkin guru nya? Sedang di dalam ruang belajar.
Ku dapati netra Pangeran Farel dan netra ku bertemu. Sontak mataku membesar, terkejut. Tanpa aba-aba aku langsung berlari meninggalkan ruang belajar, seperti maling yang ketahuan mencuri.
Dan tanpa ku ketahui, Pangeran Farel menatap kepergianku sambil menopang dagunya. Juga tersenyum tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Protagonist? Ewh [Completed]
FantasyKalian dijuluki preman sekolah? Ya, kita sama haha. Murid perempuan SMA sepertiku ini kerap ditakuti oleh warga sekolah. Ntahlah, katanya sih karena aku selalu mengeluarkan aura mendominasi, tapi aku tidak merasa begitu. Preman pada umumnya akan sel...