Setelah kemarin malam aku menerima permintaan Pangeran kodok untuk menjadi asistennya, aku menjadi orang yang super-duper sibuk. Bayangkan, Pangeran kodok termasuk spesies makhluk yang seringkali menarik-ulur hati perempuan, serta membuat onar. Ada berapa berkas yang perlu ku tangani untuknya?
"Asisten, cepatlah bekerja!" Suruh Pangeran kodok yang sedang bersantai di sofa dengan baju terbuka, alias t*l*nj*ng dada. Sedangkan aku berada di meja samping meja kerjanya, meja khusus asisten.
"Pangeran kodok, kau bisa saja membuatku mati konyol hanya karena mengurusi tumpukan berkas ini," Keluhku sembari menatap 3 tumpukan berkas di mejaku.
"Itulah guna asisten, bodoh," Cibir Pangeran kodok, membuatku mendengus.
"Konyol. Mengapa tidak mencoba mandiri dengan mengurusi berkas-berkas ini sendirian, Pangeran?" Tanyaku mengejeknya.
"Aku bukan tipe yang mengerjakan segalanya sendiri, Amaya," Jawab Pangeran kodok.
"...," Aku berjalan, menuju Pangeran kodok.
Plak!
"Aduh, stres!" Ringis Pangeran kodok. Hehe, aku dengan penuh keberanian menamparnya.
"Sini kau, budak!!" Teriak Pangeran kodok yang beranjak dari tempat bersantainya. Aku berlari menjauh darinya, dan ia mengejarku.
"BUDAK STRES! KEMBALI KAU,"
Budak baduk budak baduk, ku penggal juga kau lama-lama.
♩ ♩ ♩ ♩
"Amaya! Aku lelah, berhentilah sekarang juga," Kata Pangeran kodok nampak sangat kelelahan sekarang ini. Tidak hanya dirinya, aku juga sangat lelah.
Bagaimana tidak lelah? Kami memutari istana yang luasnya tak dapat diperkirakan lagi. Tidak hanya sekali putaran, setengah putaran, bersihkan sel mati dan kotoran. Kami memutari istana sebanyak eumm 5 kali? Sepertinya.
Aku menghentikan langkahku, lalu menatap sekeliling. Kami kini berada di lorong, tidak tau lorong apa. Bagaimana aku tau, aku selalu berada di kamar sepanjang tinggal disini, huft.
"Hey Pangeran kodok, kita sekarang berada dimana?" Tanyaku sambil mengatur nafasku serta mengipasi diriku sendiri.
Bruk
"Aduuh melelahkan sekali. Ayo asistenku, gendong aku ke kamarku," Bukannya menjawab pertanyaan ku, ia malah merangkulku! Ia bahkan berkeringat, iyuh.
"Jijik, menjauhlah dariku Pangeran kodok. Tidakkah kau tau bahwa baumu itu naudzubillah seperti bau azab?" Sinisku sembari menyingkirkan tangan Pangeran kodok dari bahuku.
"Tidak mauu," Rengek nya.
"Pangeran kodok, jika jariku menjitak jidatmu akan sakit, lho," Garangku sambil berlagak ingin menyentil jidat Pangeran kodok.
"Yasudah jitak saja, asal kau menggendongku menuju kamarku," Kata nya pasrah. Aku menghela nafas. Tidak mungkin aku terus-menerus bersikap kurang ajar pada majikan, kan?
Dengan berat hati aku mengambil tangan Pangeran kodok, menuntun agar merangkul pundakku lagi. Jujur saja, tubuh ini sangat mungil untuk menggendong tubuh raksasa milik Pangeran kodok. Tapi, apa boleh buat? Yasudahlah, sekali-kali kita perlu berbakti kepada majikan.
Dibalik kesusahanku menggendong Pangeran kodok, diam-diam ia tersenyum geli.
♩ ♩ ♩ ♩
Di pagi hari, aku mengurus berkas walaupun hanya beberapa. Di siang hari, aku berlari mengelilingi istana, bersama Pangeran kodok. Di sore hari, aku menemani Pangeran kodok yang katanya, ingin tidur. Dan di malam hari, aku harus mengurus segala jadwal-jadwal kegiatan Pangeran kodok.
Saranku, nikmatilah waktu rebahanmu sebelum masa nya habis. SUNGGUH, AKU SANGAT TERSIKSA!!!
Aku menghela nafas lega. Setelah perjuangan memutar otak serta mencari seluk-beluk para bangsawan, aku sudah dapat bersantai lagi. Aku menatap pada jam pasir di samping mejaku. Jam telah menunjuk angka, jika ditafsir menjadi 11.45 pm.
"Sedikit lagi akan menuju pagi hari," Kataku. Tanganku terangkat, serta punggungku meregang. Aku meregangkan otot-otot tubuhku yang terasa kaku. Ahh, sangat nikmat rasanya.
Splash!
Segumpal noda tiba-tiba muncul di jendela kamarku. Aku diam menatap noda itu. Beberapa saat kemudian, noda-noda itu terhapus. Namun, tak semua. Jika dilihat lebih jelas, noda-noda itu kini membuat sebuah tulisan.
Matilah, matilah, matilah.
"Jelas aku akan mati, aku kan makhluk hidup," Kataku gamblang. Konyol, tulisan seperti ini tak cukup untuk mengguncang mentalku.
Sret
Jendela kamarku terbuka dengan sendirinya. Terbukanya jendela membuat beberapa kupu-kupu yang ku tak tau asalnya darimana memasuki kamarku. Jumlahnya terbilang banyak, bahkan nyaris memenuhi kamarku.
"Kupu-kupu malam?" Beoku menatap sekumpulan kupu-kupu itu.
"Ah, jadi orang yang mengirim kupu-kupu ini mengataiku pel*cur, ha?" Tebakku yang sepertinya tepat sasaran. Sekilas info, kupu-kupu malam mengartikan pel*cur.
Aku diam menatap sekumpulan kupu-kupu di atasku. Berpikir, dan mencoba mengingat. Bangsawan mana yang terkenal dengan kupu-kupu malam sebagai hewan yang menyimbolkan keluarga bangsawan mereka.
"Sialan," Desisku saat mengingat bangsawan yang gemar mengoleksi kupu-kupu malam.
"Idolaku kini menjadi pengecut. Kalau mau berperang, akan lebih menantang jika bertatap muka secara langsung," Aku menatap ke bawah, menghiraukan sekumpulan kupu-kupu yang masih saja berada di kamarku.
Untuk pertama kalinya, aku akan mengatakan bahwa Kaylie adalah antagonis yang cupu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Protagonist? Ewh [Completed]
FantasyKalian dijuluki preman sekolah? Ya, kita sama haha. Murid perempuan SMA sepertiku ini kerap ditakuti oleh warga sekolah. Ntahlah, katanya sih karena aku selalu mengeluarkan aura mendominasi, tapi aku tidak merasa begitu. Preman pada umumnya akan sel...