The Sweetest Daddy
Month
[]
Sudah berapa lama mereka menjalani hubungan seperti ini?
Entahlah. Baik Barata dan Agniya, keduanya tidak menghitung jika ternyata waktu sudah berjalan hampir empat bulan lamanya membawa mereka menikmati masa-masa berdua.
Sebenarnya Agni tidak begitu merasakannya karena selama hampir empat bulan ini kunjungan Barata memang hanya bisa dihitung dengan jari. Mereka tidak bisa sepenuhnya menghabiskan empat bulan penuh. Pria itu hanya datang beberapa hari dalam empat bulan ini. Sudah pasti mereka seperti pasangan gila yang haus akan rasa perhatian hingga menguasai waktu dengan menghabiskan rindu.
Ini adalah kepulangan Barata ke vila yang keempat, dan Agni masih bungkam mengenai orang iseng yang akan menjahilinya beberapa waktu. Sungguh Agniya terganggu, tapi dia tidak ingin membuat beban pikiran Barata bertambah.
Tujuan pria itu datang ke sana jelas untuk mengosongkan pikiran dan merasakan dunia yang baru bersama Agni. Sudah pasti Agni harus memberikan pria itu pelayanan yang baik.
Barata menyentuh dagu perempuannya, mengalihkan Agni dari pesona pemandangan dari luar jendela.
"Apa yang lebih menarik di sana? Sampai kamu mengabaikan saya di sini, Agni."
Tidak ada pemandangan yang bisa mengalihkan Barata sebagus apa pun. Semua atensi Agni sudah tersedot habis untuk pria itu. Apalagi, beberapa hari ini dia malah semakin aneh dengan dirinya sendiri yang maunya berada tidak jauh dari Barata.
Gadis itu memeluk tubuh kencang Barata, menyandarkan pipinya pada dada sang pria yang kokoh. Hal semacam ini yang paling Agni suka. Meski tak melakukan apa-apa, mereka bisa merasakan keberadaan masing-masing.
Bunyi detak jantung Barata adalah sebuah tanda bahwa sebenarnya pria itu juga tidak menyia-nyiakan keberadaan Agni beserta hati yang gadis itu punya. Namun, batas akan status yang dimiliki Barata memang menjadi penghalang yang nyata bagi mereka berdua.
"Aku cuma mau lihat di sana aja, Om. Nggak ada hal yang lebih menarik dari, Om. Jangan cemburu sama apa pun dan siapa pun, aku milik, Om." Hati dan pikiranku juga.
Barata senang ketika diberi kata-kata manis begitu. Dia seperti lelaki muda yang tidak bisa menghentikan candunya akan sang kekasih. Selagi mereka tidak pernah tahu kapan semua ini akan berakhir, maka Barata tak ingin memikirkannya.
"Saya pakai baju dulu, gimana?" tanya Barata yang heran karena Agni tidak mengizinkannya memakai satu lembar kain apa pun.
Perempuannya langsung menggelengkan kepala tegas. Tak mau ada satu kain penghalang untuk bisa merasakan kulit dari kulit dengan Barata. "Aku mau begini lama-lama sama, Om. Jangan dipakai bajunya."
"Terus kapan saya boleh pakai bajunya?"
Intinya, Agni hanya memberikan gelengan kepalanya. Dia tidak ingin dibantah untuk yang satu ini. Karena dorongan dalam dirinya yang menginginkan ini.
Barata mengusap kepala Agni dengan sayang. "Kamu aneh sekali beberapa hari ini."
Barata sadar ada yang membuat perempuannya itu resah. Jika dipertanyakan, jawaban Agni adalah tidak tahu. Entah apa yang ada di dalam pikiran Agni, tapi yang pasti Barata menjadi takut sendiri jika perempuannya memiliki pemikiran untuk berpisah darinya.
"Aneh kenapa?" balas Agni tak melepaskan pelukannya.
"Kamu sering mengeluh kesepian. Sering minta VS, sering iseng dengan ngirim video main sendiri. Ya, intinya sering cari cara supaya saya datang lebih cepat dan mengingkari jadwal yang ditetapkan."
Agni tidak menyangkal hal tersebut. Dia memang seringkali iseng pada Barata. Dia tak mau membahas bagaimana detilnya, yang jelas itu memang salah satu cara Agni untuk menarik perhatian Barata.
"Bude Wati kira-kira udah selesai kerjanya belum, ya, Om?" Agni sengaja mengalihkan pembicaraan mengenai kelakuannya yang ajaib.
"Memangnya kenapa?"
"Mau bikin makanan sendiri."
"Wati pasti sudah menyiapkannya."
Memundurkan wajahnya, Agniya menatap Barata dengan bahasa mata yang pasti sanggup dibaca oleh pria itu maksudnya.
"Kamu mau masak untuk saya?" tanya Barata tak yakin.
"Iya! Aku mau masak buat, Om. Menu spesial, untuk ngerayain berapa bulan ini kita bersama."
Otomatis Barata tertawa. Dia tidak menyangka Agni akan berpikir merayakan kebersamaan mereka beberapa bulan ini.
"Kamu yakin? Sejauh ini saya nggak pernah lihat kamu heboh masak di dapur. Sepertinya kamu juga nggak pernah bantuin Wati."
"Aku nggak pernah bantuin soalnya aku nggak mau ngerasain lagi momen kayak babu."
Barata mengernyit curiga. "Kamu jadi babu? Sama siapa? Siapa yang bersikap begitu ke kamu?"
Aduh, Agni tak mau Barata tahu bahwa dia memiliki keluarga yaitu bibinya di sini. Agni tak mau bibinya menggunakan Barata sebagai sumber uang mereka.
"Udah lewat, Om. Sekarang mendingan bantuin aku supaya bude Wati nggak ganggu aku untuk bikin menu spesial buat kita."
*
Barata hanya bisa melongo dengan mata membesar dengan menu yang Agni siapkan. Pria itu pikir akan semewah apa makanan yang disiapkan oleh Agni, ternyata sebatas sambal terasi, sayur asam, ikan asin, ayam goreng, dan perkedel kentang.
"Ini ... yang kamu siapkan? Maksud saya, ini menu spesialnya?" tanya Barata.
Agni menjawabnya dengan anggukan. "Kenapa? Om nggak suka sama makanannya?"
Barata sedikit bergidik membayangkan semua menu tersebut masuk dalam perutnya. Ya, ampun. Sejak kecil dia hampir tidak pernah merasakan makanan seperti ini. Jika ada pembantu yang membuatkan, maka dia akan sangat menghindari sayur dan sambal tersebut.
Tiba-tiba saja Agniya menangis. Perempuan itu menjadi sangat cengeng dengan ekspresi ragu yang Barata berikan.
"Sayang?" Barata memeluk Agniya karena merasa sudah membuat kesalahan.
"Om ... nggak suka. Aku tahu itu."
Barata sangat menyesal membuat Agni merasa tidak dihargai. Dia tak mengatakan apa-apa, dengan segera menaikkan dagu Agni dan mencium perempuan itu dengan niatan menghentikan tangisannya.
Tiara kata yang keluar dari bibir keduanya. Ciuman mereka memanjang dari yang seharusnya. Agni seperti terbawa dan menginginkan lebih. Kaitan tangannya pada leher pria itu mengerat, dengan sigap Barata menaikkan kaki perempuannya dan segera membawanya ke sofa. Mereka tidak mungkin melakukannya di meja makan dengan semua hidangan yang tertata rapi di sana. Mungkin lain kali mereka perlu mencoba, dengan kondisi meja makan yang kosong tentu saja.
Dengan segera Barata membaringkan tubuh Agni pada sofa yang seharusnya bersih dari keringat siapa pun. Terkecuali dengan si pemilik rumah.
"Om? Di sini?" tanya Agni menjadi takut jika nanti ada Wati yang melihat mereka. "Nanti ada yang lewat, Om. Aku nggak mau kalo ketahuan sama orang."
"Sssttt. Nggak akan ada yang tahu, tenang saja."
Karena jika ada yang melihat dan Agni berada di bawahnya, tentu saja Barata tidak akan menggubris selama Agni tidak mengetahuinya.
"Ini akan menjadi pengalaman pertama kita, Sayang."
Tentu saja ini akan menjadi pengalaman pertama mereka yang tak terlupakan.
[ Yuhuuuuuu! Bab special di sofa, pada demen nggak, nih?🤭]
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweetest Daddy/ Tamat
RomanceCetak di Karos Publisher Tersedia versi e-book di google playbook Daddy series #1 Agniya Ayu harus mencari cara untuk keluar dari rundungan keluarga bibinya. Terpikirkan untuk pergi ke kota, takdir membawanya mengenal Barata Agung Yudha. Pria yang s...