21. Gone

5.8K 887 127
                                    

The Sweetest Daddy

Gone

[]

Barata tidak mendapatkan kesempatan itu. Kehilangan kesempatan untuk memberikan waktu bagi Agniya menjelaskan segalanya dari sudut pandang gadis itu sendiri. Sudah tahu bahwa ucapannya begitu kasar dan jelas menekan Agni untuk pergi dari sana. Apa pun yang dikatakan oleh Barata, pasti akan dilakukan oleh Agni. Dia benar-benar tidak berpikir panjang saat marah tadi, hingga kini penyesalannya baru terasa.

Menangis. Meski rasanya tak cocok dilakukan terlalu sering oleh pria, nyatanya Barata tetap menitikkan airmata karena rasa yang sudah terlalu dalam ini. Tidak banyak yang bisa dia lakukan jika Agni sudah benar-benar pergi begini. Sudah menjadi bagian kesalahannya melepaskan potensi untuk bahagia.

Barata terlalu pengecut dengan semua keputusan keluarga dan cintanya pada sang putra. Terlalu menyayangi Khrisnan membuatnya lupa untuk membahagiakan diri sendiri. Membiarkan perempuan yang dia inginkan menghilang dengan tangisan. Barata benar-benar menyesal.

Wati menatap tuan rumah itu dengan tatapan tak tega. Dia sudah dilarang oleh Khrisnan agar tidak berbicara apa-apa mengenai kejadian jemput menjemput itu. Wati juga tak tega ketika Agniya dibawa dengan tangis pekat di wajah. Sungguh Wati benci menjadi saksi yang tidak bisa apa-apa.

Sebenarnya dia juga tidak tahu kedatangan pria yang pagi itu ada di kamar Agni. Wati sudah berada di tempatnya sendiri untuk istirahat, dia tidak menemani Agni di rumah utama. Wati juga sangat menyesal karena tidak ada di sana malam itu. Dia yakin Agni bukan sosok seperti itu.

"Tuan," panggil Wati memberikan minuman hangat pada Barata yang baru datang dan langsung mencari Agniya.

"Dia kemana, Wati? Apa dia mengatakan sesuatu ke kamu sebelum pergi?"

Wati menggeleng. "Tidak ada, Tuan."

Wati tidak tahu harus bicara apa. Dia tak tega dengan kondisi bosnya kini.

"Apa ... di sini tidak ada CCTV? Mungkin bisa dipakai untuk mencari tahu mengenai pria yang mengaku dekat dengan nona Agni, Tuan."

Barata menatap sekeliling ruangan. Dia yakin tak lupa untuk menyisipkan CCTV mahal yang tak langsung terlihat mata jika tidak mencari dengan teliti.

"Ada. Saya akan mencari tahunya, Wati. Besok Karta akan kembali ke sini untuk mencari tahu."

Wati melebarkan kedua matanya. "Eh—lebih baik tuan sendiri yang mencari tahu."

Kening Barata mengernyit curiga. "Kenapa? Kamu tahu sesuatu?"

Menekan ludahnya susah payah. Wati menggeleng pelan. "Saya nggak yakin dengan dugaan ini, tapi saya rasa orang kepercayaan tuan itu tidak suka dengan nona Agni."

Memang Karta tak menyukai Agni. Bahkan jika Barata memprioritaskan Agniya, asistennya itu justru menyela dan menilai Agni sebagai perempuan murahan sama seperti yang lain.

Mungkin kecurigaan Wati ada benarnya. Dia tidak bisa sepenuhnya percaya lagi pada Karta yang tampaknya tidak menyukai Agni masuk dalam hidup Barata. Dia perlu menjaga batasan-batasan yang akan membuat orang lain ikut campur dengan masalahnya.

"Kalau begitu saya akan mengirimkan orang besok. Saya minta nomor teleponmu, Wati."

Barata akan bergerak sendiri. Meski nantinya akan ada pertanyaan dari orangtuanya mengenai apa alasan Barata membayar orang baru selain Karta nantinya. Barata tidak peduli jika setelah ini ayahnya akan ikut menyelidiki siapa yang Barata cari tahu kebenarannya.

"Tapi saya nggak mau terlibat, Tuan."

"Nggak akan. Besok saya hanya mengabarkan siapa nama orang yang akan sering datang ke sini."

Wati mengangguk. Dia memberikan nomor ponselnya yang hanya bisa ditelepon dengan pulsa saja. Wati berdoa semoga Barata bisa mendapatkan kebahagiaannya segera.

*

Satu bulan berjalan dengan sepi. Trisha semakin sibuk dengan kekasihnya dan Khrisnan sepertinya juga memiliki kekasih hingga terlalu sering keluar rumah. Padahal biasanya Khrisnan selalu sibuk untuk meminta waktu Barata ketika di rumah.

Siapa bilang mencari orang untuk mau menyelidiki hal semacam ini mudah? Ada kategori masing-masing dari jasa untuk menggali informasi. Dia baru bisa menemukan jasa dimana ada penyelidik untuk kasus 'simpanan' beberapa hari ini saja. Dan itupun memerlukan syarat serta ketentuan yang tidak sedikit. Lebih sulitnya Barata tidak benar-benar tahu latar belakang Agni.

"Pa, Ma. Minggu depan aku mau kita makan malam. Bisa papa dan mama sisihkan waktu?"

Khrisnan memutus keheningan di meja makan. Barata sejujurnya tidak begitu antusias karena merasa tersisihkan oleh anak dan istrinya. Bagaimana bisa hanya dia yang tidak memiliki pasangan dan putus asa mencari keberadaan Agni?

"Kenapa minggu depan? Ada acara apa? PH kamu ada projek baru atau bagaimana?" tanya Trisha ingin tahu.

Khris melirik papanya yang tidak begitu memperhatikannya. Fokus pria itu tidak pada Khris, tapi Khris yakin setelah ini Barata akan menatapnya ingin tahu.

"Aku mau kenalkan seseorang ke papa dan mama. Minggu depan akan menjadi hari penting."

Trisha menatap Barata dengan senyuman lebarnya. Dia senang karena akhirnya Khris membuka diri untuk seseorang. Dengan begini, Trisha tidak akan banyak berurusan dengan putranya yang sudah waktunya memiliki kehidupan sendiri.

"Begitu? Mama senang mendengarnya. Siapa nama pacar kamu, Khris?"

Inilah pertanyaan yang akan membuat Barata nantinya terkejut mendengarnya. Khris ingin tahu apa reaksi papanya.

"Agni."

Dan memang benar. Barata langsung menatap Khris sepenuhnya. Hanya Agni dan Barata sudah begitu tak tenang di kursi makannya.

"Namanya cantik. Keluarga siapa? Kamu pasti nggak memilih perempuan asal, kan?"

Tak seperti Trisha yang terlalu repot memikirkan asal usul keluarga kekasih Khrisnan. Barata justru bertanya-tanya. Agni siapa yang akan dibawa putranya nanti? Di dunia ini bukan hanya 'Agniya' yang memiliki nama Agni. Pasti bukan. Semoga bukan.

Ini semua terlalu memusingkan bagi Barata. Jika benar Agniya Ayu adalah seseorang yang akan dikenalkan ... apa yang akan Barata lakukan selanjutnya?

"Ma, jangan terlalu sibuk dengan status seseorang. Minggu depan mama akan tahu. Yang pasti aku membawa orang yang nggak asal kukenal."

Menaruh sendoknya ke meja dengan agak keras. Barata sudah tak betah untuk mendengarkan lebih lama pembicaraan ibu dan anak itu. Dia sedang cemas mengenai nama Agni yang Khris sebutkan.

"Papa nggak lanjut makan?" tanya Khris.

"Sudah kenyang kalian lanjutkan saja."

Trisha heran dengan sikap Barata yang menjadi dingin. Pria itu tidak pernah begini sebelumnya. Meski Trisha bersikap tidak baik, Barata tetap akan menjadi pria yang mudah memaafkan dan lemah lembut.

"Apa papa bisa ikut makan malamnya?"

Khris tidak mau kehilangan momen untuk memastikan Barata datang untuk melihat bahwa Agni yang dicemaskannya itu adalah sosok yang selama satu bulan ini dicarinya dan sengaja Khris sembunyikan.

"Lihat nanti, Khris. Papa usahakan untuk datang."

Barata berniat pergi, tapi Khris memaksa papanya untuk bersedia datang. "Papa harus datang. Aku mau papa datang dan berkenalan dengan orang yang aku bawa."

Memandangi Khris yang kokoh atas pendiriannya, Barata mengalah. "Papa akan datang."

Meski sakit hati akan menjadi jaminan.

[ Duh! Nggak tahu aku mau bilang apa. Semangatin aku aja biar nggak tiba-tiba kasih kata 'tamat' dicerita ini.]

Sweetest Daddy/ Tamat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang