The Sweetest Daddy
Terjadi
[]
Semalam mereka melakukannya. Barata sangat yakin dan percaya bahwa yang lebih dulu menarik lehernya dengan menggebu adalah Agniya. Perempuan hamil itu juga yang merintih meminta segera dipuaskan dengan cara yang tidak pelan. Namun, yang membuat Barata kebingungan adalah saat mereka bangun keesokan harinya Agniya tidak bersikap baik. Perempuan itu kembali berupaya mengabaikan Barata.
Ada apa sebenarnya? Mereka bercinta, nafsu saling membara, harusnya ada kata setuju untuk saling bersama tanpa ada batas lagi, kan? Tapi pada dasarnya wanita selalu memiliki cerita dan alasan sempurna untuk berkilah, Barata tidak bisa apa-apa.
"Kita turun, masih pengen makan sotonya, kan?"
Perkara soto Bogor juga. Karena satu dan lain hal, membuat Agni tidak sempat lagi dan lagi mencicipi rasa khasnya.
Agniya hanya mengangguki. Tidak memberikan balasan yang diinginkan Barata. Ingin rasanya Barata mendengar ocehan perempuan itu. Mendengar betapa gemas atau inginnya Agni mendapatkan hal yang diminati dengan alasan bayi mereka.
"Gimana? Mau makan soto Bogor atau mau yang lain?"
Agniya yang semula sibuk memakai jaketnya dan berusaha menutupi perutnya langsung melirik Barata. "Gimana, sih? Tadi ngajakij turun buat makan soto Bogor. Sekarang nanya lagi."
"Ya, siapa tahu aja kamu nggak mau makan soto lagi. Setelah berkali-kali ditunda ini dan itu, apalagi semalam, kamu nggak makan karena kegiatan—"
"Ayo, makan! Justru karena selalu tertunda, makanya kali ini jangan."
Agniya lebih dulu berjalan meninggalkan Barata. Berlama-lama dengan si pria membuatnya tidak bisa fokus melakukan apa-apa. Barata juga sepertinya sengaja membuat Agni selalu salah tingkah. Khususnya sebisa mungkin mengingatkan Agni mengenai apa yang mereka sempat lewati batasnya.
Berulang kali Agniya memikirkan apa yang sudah dia lakukan dengan berani melangkah sejauh itu ditengah pergunjingan hatinya. Apa motivasinya semalam hingga memberikan kesempatan pada Barata untuk terus mencari celah pembahasan intim diantara mereka? Ya ampun, Agni. Kamu terlalu ceroboh semalam!
Dan kecerobohan itu membuat Barata mendapatkan kesempatan yang mengikat mereka.
*
Pulang dalam keadaan saling diam membuat Khris menatap keduanya dengan bingung. Meski sebenarnya Barata bingung kenapa putranya suka sekali berada di apartemen yang ditempati Agni, tapi pria itu tak mau berpikiran sempit mengenai perasaan Khris pada Agni.
"Mama nggak pulang beberapa hari ini. Aku nggak tahu dia ke mana. Makanya aku milih di sini, rumah terlalu besar dan sepi."
Oh, Khris rupanya bisa merasakan keresahan dalam diri Barata.
"Papa nggak ada tanya soal itu, Khris."
Menilik pintu kamar Agniya, Khris kembali menimpali Barata. "Papa kelihatan was was soal Agni. Aku nggak punya perasaan apa pun. Aku lebih suka tempat tinggal yang memang nggak terlalu besar dan sepi. Di sini bisa dijadiin tempat pelarian. Lagi pula, setelah pulang dari Bogor dan nggak ada perubahan apa-apa, aku yakin papa pasti ngerasa semakin harus jagain Agni dari perasaan laki-laki manapun. Iya, kan?"
Tebakan yang benar. Namun, Barata tidak mau begitu saja mengakuinya. Gengsi tetap membuat Barata perlu menjadi sosok papa yang tidak kalah oleh cinta. Aneh sekali jika Barata mengakui dirinya sebagai budak cinta terhadap Agniya.
"Papa nggak seposesif itu, Khris."
Khrisnan mencibir dalam hati. Dia tidak berniat melanjutkan perdebatan menyoal hati Barata kepada Agni.
"Jadi, kapan papa mulai bicara dengan mama? Karena nggak akan mungkin kalian berpisah tanpa membicarakannya."
Bicara dengan Trisha memang menjadi kunci utamanya. Mereka tidak akan pernah tahu apa yang terjadi sebelum Trisha mengiyakan ajakan perpisahan ini. Karena jika sedari awal Trisha tidak memiliki tujuan, wanita itu pasti sudah lebih dulu mengajukan cerai pada Barata.
"Apa kamu tahu sesuatu soal mama mu?" tanya Barata pada putranya yang terlihat sedikit terkejut dengan pertanyaan Barata itu.
"Aku? Tahu soal apa, Pa?" Balasan Khris tidak membuat Barata lega.
"Papa sangat paham kamu tipikal anak yang suka mencari tahu apa pun mengenai orangtuamu. Bukan hanya papa, pasti juga soal mama kamu. Bilang saja, Khris. Jangan kamu tahan sendiri soal mama kamu."
Khris terlihat mulai tak nyaman dalam posisi duduknya. Tidak bisa menyembunyikan hal yang mungkin menyakiti papanya.
"Khris, papa tahu kamu sangat menyayangi papa. Itu sebabnya kamu nggak akan lari tanpa memberitahu sesuatu. Ada apa? Mama kamu dan Micko ... terjadi sesuatu diantara mereka?"
Khris mengangkat kedua bahunya. "Aku terlalu asing dengan Micko. Sudah lama juga aku nggak mencari tahu apa-apa soal hubungan mama dan Micko itu. Yang jelas, beberapa waktu sebelum kita berdamai soal Agni ... aku mengancam Micko untuk nggak menuntut mama menikahinya. Dia kelihatan santai dengan itu, makanya halanganku hanya Agni yang sudah menarik perhatian papa."
Memang polemik Barata bukan hanya soal Agniya yang masih membatasi diri meski sempat melepas rindu bersama. Bahkan Trisha dan kekasihnya pasti menjadi halangan bagi usahanya untuk serius bersama Agni dan calon anak mereka.
"Jangan tanyakan apa-apa soal mama ke aku. Aku udah nggak tertarik lagi untuk cari tahu soal papa dan mama lagi."
"Itu artinya kamu nggak peduli dengan papa lagi?" balas Barata cepat.
"Bukan. Aku cuma nggak peduli apa yang akan papa dan mama lakukan. Yang penting kalian bisa menemukan apa yang diinginkan, aku akan sibuk dengan diriku sendiri aja."
Khris tidak ingin lagi membuat pikiran dan tubuhnya lelah karena urusan Barata maupun Trisha. Meski rasa iri dan cemburu masih ada bercokol di dalam hati serta pikirannya. Kini Khrisnan akan mulai masa bodoh dan belajar menerima Agni si lugu yang tidak bisa menjaga dirinya sendiri.
*
Diam-diam Agniya membuka celah pintu kamarnya. Mendengarkan apa yang papa dan anak itu bicarakan. Mendengar kalimat yang membawa Trisha di dalamnya sedikit banyak membuat Agniya memang bertambah percaya mengenai cerita Barata di hotel mengenai keluarga kecilnya yang kacau balau.
Semula Agni tidak bisa mempercayainya. Mungkin saja memang Barata yang brengsek dan mengarang kisah. Tapi setelah Khris mengatakan hal tersebut, bahwa anak itu tak mau mencari tahu mengenai apa yang akan dilakukan papa dan mamanya ... Agni menjadi prihatin.
"Apa yang bakalan kita lakukan, Bibi? Mama jadi bingung sendiri kalo ternyata begini jadinya."
Perutnya yang semakin menyembul tidak memberikan balasan apa pun. Agniya gamang, antara menerima Barata atau menjauhinya. Bagaimana pun juga pria itu masih berstatus sebagai suami orang lain. Mungkin jika Barata bisa lepas dari statusnya, Agniya bisa lebih memberikan kepercayaannya pada pria itu.
"Bibi, kalo kita jauh dari papa mu ... apa hidup kita bisa lebih baik?"
Rasanya tidak. Tentu saja tidak akan bisa Agniya baik-baik saja tanpa Barata yang semakin ke sini semakin terlihat perhatian padanya dan anak mereka.
[Kangen euy. Kasih semangat pake komen kalian. Jangan lupa promoin cerita om Barata ini, dungs, di sosmed kalian. Ramein. Biar bisa update mulussssssss]
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweetest Daddy/ Tamat
RomanceCetak di Karos Publisher Tersedia versi e-book di google playbook Daddy series #1 Agniya Ayu harus mencari cara untuk keluar dari rundungan keluarga bibinya. Terpikirkan untuk pergi ke kota, takdir membawanya mengenal Barata Agung Yudha. Pria yang s...