23. Mad

5.8K 977 110
                                    

The Sweetest Daddy

Mad

[]

Barata tahu dirinya sedang dipermainkan. Keyakinan paling besarnya mengarah pada Karta. Belakangan, pria itu selalu menyampaikan informasi yang bertolak belakang dengan informasi dari orang suruhan Barata yang lain. Dengan ini, Barata yakin bahwa Karta menyampaikan informasi palsu untuknya. Tapi yang menjadi pertanyaannya, untuk apa Karta melakukan semua itu? Apa yang pernah dilakukan Barata hingga Karta melakukan pengkhianatan seperti ini padanya?

Sengaja Barata tetap meminta informasi pada Karta. Dia ingin tahu, apakah kesaksian Karta sama seperti yang orang barunya katakan. Nyatanya, Barata merasa dibodohi oleh Karta.

"Permisi, Tuan." Karta memasuki ruang kerja Barata.

"Ada apa, Karta?"

Tanpa menatap asistennya itu, Barata membuka file video CCTV vilanya. Di sana, memang ada laki-laki yang memasuki vilanya dengan santai pada malam hari. Tapi tidak ada Agni yang menyambut atau semacamnya. Pria itu berjalan masuk sendiri, membuka pintu sendiri, dan Barata harus membuka file lainnya untuk melihat dibagian ruangan yang pasti dilewati lelaki itu.

"Ada file kiriman tanpa tanda pengenal, Tuan." Karta menatap bosnya dengan bingung. Barata sibuk sekali mengamati layar komputernya yang menampilkan sosok yang 'pernah tidur' dengan Agni.

"Taruh map nya di meja. Saya akan buka sendiri nanti."

"Apa ... itu rekaman CCTV di vila Anda, Tuan?" tanya Karta dengan mata yang turut mengikuti lanjutan rekaman yang berjalan.

Barata menjeda rekaman tersebut, menatap Karta yang menjadi ingin tahu. Barata tidak ingin diganggu, meski dia sengaja ingin melihat reaksi seperti apa yang Karta berikan ketika mendapati Barata mendapatkan salinan rekaman CCTV itu.

Menurut orang baru Barata, CCTV sudah sempat disadap oleh seseorang. Dan sepertinya orang itu bukan pihak sembarangan. Letak CCTV yang tidak mudah dilihat tidak akan langsung diketahui orang baru. Sudah pasti orang dalam yang mengerti semua letaknya dan kemungkinan ruangan mana yang akan diselidiki oleh Barata.

"Kamu mau ikut saya menonton rekaman CCTV ini, Karta?"

Mendapati ekspresi Barata yang tidak menyukai sikapnya, Karta segera pergi dari sana. Pamitnya Karta membuat Barata yakin bahwa pria itu memiliki andil tidak sedikit dalam masalah yang menjebak Agniya ini.

Sepeninggalnya Karta, dia mulai melihat apa paket informasi yang diberikan oleh orang barunya. Barata benar-benar kagum mengandalkan jasa orang-orang yang tidak terlalu dekatnya seperti ini. Berbeda dengan Karta yang sudah lama bersamanya, mengenal anak Barata Dan bahkan akrab. Mengandalkan orang yang tidak ingin membangun kedekatan dan bekerja berdasar tugas serta gaji saja ternyata lebih mampu diberikan harapan.

Belum lagi cara cepat yang tidak perlu disuruh, langsung bergerak seperti ini. Orang barunya memang patut dipuji karena sudah mengirimkan alamat beserta nomor unit Agniya berada.

Foto-foto keberadaan Agniya yang kemarin malam menggunakan gaun putih dengan blazer besar menandakan bahwa orang barunya memang tidak salah target.

Agniya semalam sangat cantik. Sepertinya Khris paham betul bagaimana cara membawa perempuan ke acara penting. Penampilan Agniya yang menawan tidak bisa menghilang dari kepala Barata. Dia ... sungguh merindukan perempuan itu. Di ponselnya yang sedikit rusak, kenangan dari Agniya masih ada. Bahkan begitu gilanya Barata akan membuka file video Agni yang dia simpan dan menjadikannya bahan untuk memuaskan diri sendiri. Karena menatap perempuan lain tak bisa membuat Barata tenang.

Sekarang, Barata akan menemui Agniya dan bicara.

*

Sebenarnya kehamilan tidak membuat Agni lemah. Dia tidak banyak mengeluhkan mengenai mual atau pusing. Sesekali tetap terjadi, tapi bayinya seperti mengerti bahwa Agniya tidak memiliki siapa-siapa untuk dimintai tolong. Agni juga tak bisa kemana-mana, karena dia tidak terbiasa di Jakarta.

Ponselnya sudah diganti oleh Khris, dan hanya nomor pria itu yang bisa dia hubungi. Siapa yang bisa diandalkannya untuk kerewelan yang dibawa bayinya?

Selama di apartemen, Agni lebih suka memakai tank top yang mencetak tubuh bagian atasnya. Karena dia suka melihat perkembangan perutnya. Bump kecil yang bisa dilihat saat dia memakai pakaian ketat sungguh menggemaskan.

Jadi, ketika ada bunyi dari pintu apartemennya yang dibuka dia kebingungan. Bahkan dia tidak bisa kemana-mana saat dirinya sedang menyeduh air panas ke gelas susunya. Dia tak bisa buru-buru karena tak mau menyakiti diri sendiri dengan bertindak ceroboh.

Tubuhnya berbalik setelah memastikan gelas susunya sudah berada di tempat yang aman. Dia akan meminumnya nanti setelah melihat siapa yang masuk ke apartemennya.

"Kamu hamil?" Barata menatap Agni terkejut. Meski sebenarnya yang lebih terkejut adalah Agniya dengan keberadaan pria itu di sana.

"Kamu hamil dan menjebak putra saya, Agni? Kamu gunakan Khrisnan untuk bertanggung jawab bagi ... bayi sialan dari pria yang tidur bersama kamu di belakang saya!?"

Sesugguhnya Barata hanya terbawa amarah. Dia terlalu cemburu dan membayangkan bahwa Agni disentuh pria lain hingga menghasilkan bayi. Barata tidak bisa mengendalikan diri jika itu adalah Agniya. Dia bahkan sebenarnya menyesali mengapa ucapan itu yang keluar dari mulutnya. Padahal, Barata sudah menyiapkan kalimat untuk bicara baik-baik dengan Agni. Namun, kenapa malah jadi begini?

Dengan pikiran dan tubuh yang kaku, Agniya tak bisa berpikir apa pun dan tubuhnya diam di tempatnya berada kini. Yang bisa dia katakan adalah, "Keluar."

Agni menunjuk ke arah pintu berada. "Pergi dari sini dan jangan pernah kembali!" serunya dengan rahang mengerat kuat.

"Saya punya urusan untuk tetap di sini—"

"Jangan ikut campur urusan saya!!!" Teriakan itu mampu membuat Barata terdiam.

Mereka tidak mampu untuk mengendalikan diri untuk berhadapan baik-baik. Hati mereka menangis, tapi takdir seperti mempermainkan mereka yang saling memiliki hati.

Agniya ingin menjelaskan kehamilannya, tapi ucapan Barata yang menghardiknya seolah tidur dengan pria lain dan menyebut bayinya sialan adalah sedalam-dalamnya luka bagi Agni. Dia hanya terlihat bodoh jika memohon pada Barata untuk mendengarkan penjelasannya bahwa bayi yang pria itu sebut sialan adalah bayi mereka. Agniya hanya akan semakin dipermalukan dengan tuduhan berbohong. Sudah cukup dia memohon satu kali agar pria itu percaya, tapi tidak mempan.

"Saya bilang keluar!"

Agniya bahkan mengubah panggilan aku menjadi saya terhadap Barata. Dia sakit hati karena pria yang tahu bagaimana dirinya tidak percaya akan ucapannya. Oh, tentu saja. Karena sejak awal Agniya hanya mengincar harta mereka. Biarkan saja Barata berpikir bahwa Agni memanfaatkan Khrisnan. Supaya mereka semua puas, pusat kesalahan ini adalah Agni.

"Apa Anda tidak mendengar, Pak Barata? Saya bilang keluar dari sini!!"

Dengan cepat Agniya berjalan menuju Barata dan mendorong pria itu keluar dari unitnya. Meski sebenarnya Barata bisa melawan, tapi pria itu tidak melakukannya. Hingga pintu tertutup, Barata tetap berada di sana. Menatap mata Agni yang memerah sekilas. Dan lagi, Agniya mengingkari janji untuk tidak menangis. Tubuhnya merosot dengan tangisan yang berusaha keras ditahannya agar tidak menjadi dengungan besar.

[ Aku revisi bagian-bagian usia kehamilan Agni. Sekarang usianya ±3 bln, kira-kira 13mingguan. Masih semangat nunggu?]

Sweetest Daddy/ Tamat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang