The Sweetest Daddy
This is
[]
Mendengar pengakuan pria itu semalam ketika tak sengaja ingin keluar dari kemarnya mengenai perasaan, Agni menjadi sedikit gugup. Dia tidak bisa melepaskan matanya dari Barata yang terus menjadi magnet baginya. Bagaimana ini? Agni tidak bisa mengalihkan diri akibat mendengar ucapan Barata semalam. Benarkah dia bilang cinta?
"Kenapa kamu lihat aku seperti itu?" tanya Barata yang tidak tahu apa-apa. Tatapan Agniya membuat Barata takut, karena bisa saja melambangkan ketidak percayaan padanya. Agniya memang belum bisa mempercayainya hingga kini. Itu sebabnya Barata tidak tahu apa yang akan perempuan itu ucapkan lagi padanya.
"Kamu ..." Sejujurnya Agniya ingin menarik pembahasan mengenai perasaan pria itu padanya. Tidak ada yang bisa membuatnya benar-benar bisa mengambil keputusan untuk bersama Barata. Namun, ucapan pria itu membuat Agni sadar. Bahwa memang dia membutuhkan cinta untuk dirinya sendiri dan anak yang sedang dikandungnya.
"Ya? Kamu kenapa, Agni?" Barata tidak tahu apa yang ingin ditanyakan oleh perempuannya itu hingga tak bisa berkata-kata. Ia menjadi pihak yang tak sabaran untuk mendengar ucapan Agniya.
Ditatapnya wajah Barata yang begitu penasaran. Sudah tidak ada Khris di sana. Mereka bisa saja membahas mengenai perasaan satu sama lain, tapi Agni takut. Tak tahu apa yang ditakuti, yang jelas Agni tak siap membicarakan banyak hal tentang perasaan mereka.
"Nggak. Aku ... penasaran aja apa pembicaraan kamu dan Khris semalam berjalan lancar?"
Melenceng dari hal yang ingin didengarnya langsung. Agni mencoba tetap membangun pembicaraan yang tidak putus begitu saja. Entahlah, sepertinya mengetahui bahwa Barata mencintainya membuat Agni berani untuk membuat kebiasaan baru bersama.
"Ya, begitulah. Kami seenggaknya bisa bicara lebih jelas semalam. Itu, kan, alasan kamu nggak mengizinkan kami tidur terpisah di kamar tamu?"
Agni terkejut. "Kamu tahu?"
Barata tertawa pelan. "Jelas tahu. Khris juga pasti sadar bahwa kamu berusaha mendekatkan kami lagi. Bicara berdua membuat hubungan kami yang sempat longgar karena aku sibuk denganmu memang sangat berguna."
Malu karena sudah ketahuan, Agni menunduk menyembunyikan pipinya yang merah. Dia mencoba mengalihkan diri dengan membereskan bekas sarapan mereka. Ya, lagi-lagi Agni memasak untuk mereka bertiga sesuai yang diinginkan oleh Khris.
"Sangat berguna?" balas Agni.
"Iya."
"Berguna hanya untuk kalian berdua aja?"
Barata kebingungan dengan maksud dari pertanyaan Agni. "Maksudnya gimana? Tentu saja itu berguna untuk kami berdua, kamu ingin menanyakan hal apa sebenarnya, Agni?"
"Kamu benar-benar mencintaiku?"
Agniya ingin menannyakan hal itu pada Barata. Hingga matanya beradu dengan pria itu juga tidak bisa membuat mulutnya bersuara akan pertanyaan yang dia inginkan jawabannya itu.
"Agniya?"
"Aku mau sesuatu," kata Agni.
"Apa?"
"Liburan. Tempat liburan yang cantik dan bikin tenang sebelum perutku semakin besar lagi."
Barata tidak tahu apakah Agni yang sekarang meminta liburan darinya adalah Agni yang biasanya atau itu hanya faktor anak mereka yang mempengaruhi mamanya. Apa pun itu, Barata akan tetap mengabulkannya. Meski beberapa waktu lalu mereka juga sudah terhitung melakukan liburan di Bogor meski hanya berada di hotel berdua saja.
"Aku akan meminta seseorang yang bisa menjaga kamu selama liburan—"
"Kenapa orang lain?" Agniya menyela ucapan Barata.
"I-iya ... kamu mau liburan sendirian, kan? Kamu ingin tenang dari semua pikiran yang sejauh ini membuat kamu tertekan, bukan?"
Agni menatap Barata lama sebelum menjawab dengan yakin. "Aku mau liburan sama kamu. Berdua," Agni langsung menggeleng. "maksudku bertiga sama Bibi."
Barata merasakan kupu-kupu berterbangan di perutnya, tapi dia tak bisa bertingkah norak dengan berteriak kesenangan dengan keinginan Agni ini. Dia harus tetap tenang dan elegan menghadapi semua 'godaan' di depan mata.
*
Bali. Itu adalah destinasi wisata yang tidak akan pernah kalah dari tempat terindah dimanapun. Sejujurnya Barata tidak siap dengan liburan bertiga begini, meski ada anak mereka, tetap saja Bibi masih di dalam perut Agni. Sesuatu akan terjadi bila Barata tidak bisa mengendalikan dirinya dengan baik. Pada dasarnya dia tidak akan pernah menjadi buas jika tidak dipancing lebih dulu. Namun, getaran magnet diantara dirinya dan Agni memang begitu besar hingga tidak bisa dibiarkan begitu saja. Barata harus membuat benteng pertahanan sekuat dan sekokoh mungkin agar tidak menjadi jelly ketika ada adegan 'ganti baju sehabis mandi' seperti di Bogor.
"Kamu nggak banyak ngomong sejak kita di pesawat, Mas."
Barata langsung menoleh dengan cepat seakan kepalanya tidak memiliki leher yang bisa saja terluka karena begitu semangatnya berpindah posisi.
"Mas?" kata Barata bingung.
"Kamu sepertinya terlalu fokus sama hal lain sampe baru sadar aku panggil kamu puluhan kali pakai sebutan itu."
"Beneran? Dari tadi kamu panggil aku 'mas'?
Tak mau menjawab pertanyaan Barata secara langsung, Agni memilih mengalihkan pandangan ke sekitar dimana mobil yang membawa mereka menuju hotel berjalan melewati daerah-daerah cantik dan menyejukkan mata bagi si ibu hamil.
"Agni," panggil Barata tak sabaran.
"Aku mau panggil kamu dengan apa pun nggak ada bedanya, kok. Aku tetap menyimpan rasa yang sama meskipun aku panggil kamu Tuan sekalipun."
Barata bergidik merinding. Bayangan mengenai Agni yang memanggilnya tuan dengan seragam pelayan yang terdiri dari rok hitam ketat, stocking, dan kemeja putih yang mencetak bagian dadanya berenang di dalam kepala Barata yang selalu kotor jika mengenai tubuh Agni. Terkadang dia sampai bertanya-tanya pada diri sendiri, apa pria lain akan tergila-gila seperti ini pada pasangannya? Karena Barata tidak tahu kenapa dirinya sangat suka membayangkan tubuh Agni, tetap tak bisa membayangkan tubuh perempuan lain yang pernah disentuhnya.
"Aku anggap kamu nggak bicara macam-macam, ya." Kata Barata segera mengalihkan diri.
Dia harus menjadi pria yang tidak mudah termakan godaan. Agni sedang dalam mood yang baik, jangan sampai perempuan itu merasa kecewa dengan sikap gegabah Barata.
"Bibi tadi bilang sama aku kalo nggak suka dicuekkin," ucap Agniya tanpa ekspresi apa-apa. Dia sangat menyukai menggoda Barata yang menjadi bersikap seperti remaja tak tahu apa-apa sekarang. "Katanya, kalo papanya juga mau cuekkin dia ... akan ada hukuman yang harus didapat."
Barata berdehem. "Aku nggak cuekkin kamu, kok. Apalagi Bibi."
Agniya memberikan dengkusan. "Aku dari tadi ngobrolnya sama Bibi, kamu diam aja. Aku kayak nggak ada di sini dan kamu sibuk sama pikiranmu."
"Siapa yang sibuk sama pikiranku sendiri?"
"Aku. Tadi aku yang bilang, bahkan kamu nggak sadar aku panggil mas."
"Aku memang nggak denger kamu ajak aku bicara dari tadi. Kamu kelihatan sibuk juga sama pemandangan sepanjang perjalanan."
Untung saja Barata adalah orang yang berkelebihan uang, karena berangkat ke Bali tanpa persiapan yang matang selama beberapa hari terkesan nekat, tapi mereka tetap melakukannya.
"Pokoknya aku nggak salah, Mas. Yang salah tetap kamu! Sampai di hotel, kamu akan tetap dapet hukuman."
Apa mereka kembali seperti sebelum semua masalah terjadi?
[Sebelum bab 40 ada Special Chapter dulu, yes. Mana komennya yang bikin semangat, dong!]
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweetest Daddy/ Tamat
RomanceCetak di Karos Publisher Tersedia versi e-book di google playbook Daddy series #1 Agniya Ayu harus mencari cara untuk keluar dari rundungan keluarga bibinya. Terpikirkan untuk pergi ke kota, takdir membawanya mengenal Barata Agung Yudha. Pria yang s...