The Sweetest Daddy
Bantuan
[]
Memang tidak ada yang bisa memastikan segala hal akan runut pada apa yang diinginkan. Meski Barata memiliki uang sekalipun, dia perlu memikirkan apa yang harus dilakukan secara tepat. Membuat gentar Trisha bukan hanya dengan cara yang mengandalkan alibi selingkuh. Sebab Barata juga melakukan hal yang sama, wanita itu akan membalikkan fakta pada Barata. Lalu, bukannya bercerai yang ada justru aib rumah tangga mereka saja yang terkuak.
Melupakan sejenak mengenai perceraiannya, Barata ingin lebih santai dengan kebersamaannya dan Agniya. Bibi tampaknya betah sekali diperlakukan spesial oleh papanya. Disamping itu, Barata memang pria yang paling bisa memanfaatkan kesempatan. Pria itu mampu mengurung Agniya dengan caranya yang unik, yaitu menggunakan bayi mereka untuk membuat Agniya tetap berada di tempatnya.
Ditatap dengan cara yang tak biasa membuat Agni menjadi bingung sendiri menghadapi pria yang bermanja kepadanya kini. Meski tahu bahwa dia harus memberikan jarak dengan Barata dikarenakan status pria itu, tetap saja Agni tidak bisa pergi kemana-mana. Bagaimana menolak pesona seorang Barata yang diluar batas? Meski bagi orang lain Barata adalah pria tua, tapi Bagi Agni jelas berbeda.
"Kamu suka sekali pakai kaos longgar kebesaran begini, ya?" tanya Barata yang sengaja membuat topik pembicaraan dengan perempuan itu.
"Hm."
"Kenapa suka sekali pake kaos?"
Agni mengangkat kedua bahunya. "Nggak tahu. Suka aja."
Barata mengusap perut Agni kembali dibalik kaosnya yang kebesaran itu. "Aku akan membelikan banyak kaos begini untuk kamu, mau, kan?"
Agniya berdehem untuk mengusir suara seraknya yang entah kenapa menyembul disaat seperti ini. Eh? Tapi memang bukankah disaat begini suaranya akan menjadi serak?
"Aku makin besar, ukurannya pasti bakalan butuh yang lebih besar."
"Nggak masalah. Aku akan carikan yang lebih besar sesuai kebutuhan kamu."
Terdiam. Agni tidak bisa membalas apa-apa karena memang merasakan kecanggungan dari semua sikap Barata.
Tak tahu dari mana asalnya, pandangan Agni mengabur karena Barata mendekat dan mencium bibirnya tanpa ragu. Itu hanya kecupan, tapi Agni sangat gemetar dan tidak bisa melakukan apa-apa. Dirinya merasakan sangat sulit bergerak dan justru memejamkan mata ketika Barata berusaha memperdalam ciumannya.
Banyak sekali harapan yang Agni ucapkan di dalam hatinya, dia ingin seperti ini dengan Barata. Melakukan banyak hal yang akan lebih baik jika dilakukan dengan status yang jelas. Ciuman yang mereka lakukan juga tidak terasa membebani Agni yang menginginkan pria ini lebih jauh lagi.
"Kamu ... sangat cantik, Agniya."
Bibir perempuan itu merekah dan Barata mengusapnya dengan tatapan yang tidak bisa beralih. "Jika Bibi adalah perempuan, dia akan sangat cantik seperti mamanya. Kamu."
Barata selalu mampu menggeser ambang kewarasan yang Agni selalu coba pertahankan. Belum lagi ketika perempuan itu membayangkan kembali bagaimana dirinya tanpa bisa dicegah memberikan akses untuk Barata menyentuhnya tanpa batasan.
Lumatan pria itu kembali terasa, kali ini Barata menyudutkan Agni hingga perempuan itu mengubah posisi. Yang semula menyandarkan diri di punggung sofa bed yang ditekuk, kini menjadi berbaring dan berpegangan pada lengan kokoh Barata. Demi apa pun yang ada di dunia, Barata tidak bisa menahan dirinya. Mulutnya bergerak, begitu juga tangannya yang tidak begitu saja diam. Dia mengusap dada Agni dan memberikan segala kepuasan untuk perempuan itu. Saat Barata akan menyingkap pakaian yang Agni kenakan, deheman keras menghentikan mereka.
Gangguan itu bernama Khrisnan yang kini menatap papanya dan Agni dengan gelengan kepala.
*
Khris masih tidak habis pikir dengan ulah papanya yang bukannya mengurus proses perceraiannya, justru asyik memanfaatkan kesempatan berduaan dengan Agniya. Orang tua zaman sekarang memang tidak bisa diandalkan dalam mengambil keputusan.
"Papa harusnya fokus untuk mengurus mama dan penolakannya untuk pisah dari papa. Kenapa malah kebelet jenguk anak papa yang masih belum lahir?"
Sejujurnya Barata sangat malu ditegur oleh putranya sendiri dengan ucapan seperti itu. Namun, Barata juga tidak bisa membiarkan dirinya larut dalam beban pikirannya.
"Papa sebenarnya mau bawa Agni ke hubungan yang serius atau nggak?" Sekali lagi Khris memberi pertanyaan pada papanya yang tidak bisa berkata banyak. Masih terkejut karena dipergoki oleh putranya sendiri melakukan kegiatan yang bisa dikatakan intim itu.
"Papa serius ingin memiliki keluarga kecil yang sebenarnya, Khris. Hanya saja ... tadi itu godaan."
Khris bukannya tidak perasa, dia jelas merasa sedikit nyeri membayangkan Barata akan memiliki keluarganya sendiri. Sedikit rasa tidak rela itu masih ada. Namun, bukan lagi waktunya untuk meratapi hal-hal semacam itu. Dia sudah dewasa, bahkan lebih dewasa ketimbang pasangan yang papanya pilih. Mungkin sudah waktunya Khris memikirkan dirinya sendiri.
"Aku akan bantu papa untuk melancarkan niatan papa itu."
Untuk yang ini sungguh mengejutkan Barata. Apa pun alasannya, pasti tidak mudah membantu seseorang yang sudah disayangi untuk fokus pada keluarga barunya.
"Nggak, Khris. Papa nggak ingin kamu semakin sakit dan menyesal memiliki orang tua seperti kami. Proses perpisahan ini, biar papa dan mama kamu yang jalani."
Khris menggelengkan kepalanya tanda tak setuju. "Semakin aku melihat peliknya perpisahan kalian, semakin lama juga bagiku untuk fokus dengan diriku sendiri, Pa. Aku ingin fokus menjalani hidupku dan nggak terbayang-bayang drama perceraian yang seharusnya bisa diselesaikan dengan cepat. Lagi pula ... aku nggak mau nantinya anak yang Agni kandung mendapat gelar buruk dari orang-orang. Papa harus menikahinya dan nggak membuat anak itu kecewa nantinya."
"Khris ..."
"Aku serius, Pa. Aku bisa mengatasi diriku sendiri setelah semua ini berlalu. Yang nggak bisa mengatasi dirinya sendiri adalah Agni dan anak yang harus papa pertanggung jawabkan statusnya secara sah."
Barata menangisi semua kegagalannya. Dia tidak bisa membangun keluarga yang benar untuk Khris. Putranya sudah sangat besar dan bisa melakukan apa saja yang dia inginkan. Khris sepertinya sudah sangat lelah dan muak dengan kepura-puraan antara Barata dan Trisha.
"Maafin papa, Khris. Maaf."
Tidak ada hal yang mudah untuk dimaafkan ketika menyangkut kekecewaan. Khris masih menyimpan sebagian rasa kecewanya. Dia juga merasa sedih karena cepat atau lambat akan merasakan kehilangan juga. Anak kesayangan Barata akan tetap berganti, mengingat Agni adalah perempuan yang dipilih Barata dan juga perempuan itu memiliki rasa yang kuat terhadap papanya. Anak yang Agni lahirkan nanti pasti akan menjadi kesayangan Barata.
"Sudahlah, Pa. Jangan membahas itu, kita fokus saja untuk rencana perceraian papa dan mama."
"Lalu kamu?" tanya Barata.
"Aku? Kenapa papa tanya soal aku? Lagi pula aku juga harus membangun kehidupanku sendiri. Setelah ini, mungkin aku harus mencari perempuan yang benar-benar aku cintai dan membangun keluarga yang jujur tanpa kepalsuan."
Itu sebuah sindiran yang memang benar adanya. Khris akan mencari wanita yang dia cintai dan mencintainya agara tidak ada anak yang dipermainkan takdir seperti dirinya. Cukup Khris yang sempat gila dengan menghamba pada kepura-puraan. Cukup dirinya saja yang tidak merasakan kasih sayang tulus dari seorang ibu. Jangan sampai calon adiknya dan anaknya sendiri nantinya merasakan hal semacam itu.
"Aku nggak mau ada Khris yang lain, Pa. Jadi, aku akan bantu papa untuk menyudahi semua ini dan aku akan lepas dari kepura-puraan ini."
Barata sangat berterima kasih pada Khris untuk segala hal yang sudah anak itu korbankan, khususnya perasaan Khris sendiri.
[ kalian kangen nggak? aku mau update beberapa kali aja dalam seminggu. Nunggu semuanya naik, view, vote, dan komennya.]
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweetest Daddy/ Tamat
RomanceCetak di Karos Publisher Tersedia versi e-book di google playbook Daddy series #1 Agniya Ayu harus mencari cara untuk keluar dari rundungan keluarga bibinya. Terpikirkan untuk pergi ke kota, takdir membawanya mengenal Barata Agung Yudha. Pria yang s...