19. Trap

5.7K 917 120
                                    

The Sweetest Daddy

Trap

[]

Agniya sudah sangat kelelahan karena menangis. Tak sanggup untuk tidak cengeng dengan semua masalah yang menimpanya ini. Sebab kehamilan bukan hal yang bisa disambut bahagia, penuh suka cita. Agni hanya gadis yang menyambung hidupnya dengan segala kemampuan menyenangkan seorang pria, yaitu Barata. Anak akan menjadi hal yang menyulitkan bagi Agni guna menyenangkan Barata.

Kepalanya pusing karena terlalu banyak pemikiran yang menumpuk karena kabar kehamilan ini. Agni mengambil satu keputusan, jika Barata bersedia menerima anak mereka maka dia akan bertahan. Namun, jika Barata tak bisa menerimanya ... Agni siap untuk menuruti apa pun keputusan pria itu.

Hanya mampu meminta maaf pada calon anaknya jika nanti keputusan Barata memberatkan, Agni tetap akan dibenci ketika menuruti Barata yang tak siap menerima bayi mereka nantinya.

Begitu beratnya kepala, Agni merebahkan diri di ranjang dan berharap esok hari segera datang. Masalah ini akan segera dia bagi dengan Barata yang pasti memiliki keputusan tepat. Agni hanya bisa mengandalkan hidupnya pada pria itu.

Ponsel sengaja dia biarkan mati. Sudah tak memiliki daya untuk menyambungkan semua peralatan ponselnya. Jadi, Agni memilih untuk menuruti alarm tubuhnya yang membutuhkan istirahat. Kasihan pada calon bayinya yang sudah pasti kelelahan.

Agniya juga tidak sanggup mengubah posisi tidur menyampingnya ketika pintu kamarnya berdecit. Sebuah pelukan datang, dan Agni hanya bisa berkata, "Om, kamu datang."

Lalu, Agni tenggelam dalam mode mimpinya. Dia tidak pernah tahu kejutan apa yang datang besok. Pelukan dari pria yang kekar itu tidak terasa benar, tapi Agni tidak sanggup memastikan lagi. Dia sudah terlelap dan apa saja bisa terjadi.

*

Tidur yang terlalu nyenyak membuat Agni seperti mabuk. Dia benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi, hingga bunyi keributan mulai masuk gendang telinganya. Teriakan, bunyi ribut yang benar-benar menakutkan membangunkannya secara paksa. Di sisinya tak ada siapapun, padahal semalam Agni yakin berada dalam pelukan Barata. Ada apa sebenarnya?

Keluar dari kamar, Agni mendapati ramainya orang yang menatapnya secara bersamaan. Semua mata menatapnya seolah Agni adalah tersangka utama suatu tragedi.

"Om?"

Barata langsung memaki dan memukuli pria yang berada dalam kendalinya. Agni histeris, ini kekerasan pertama dan satu-satunya yang disaksikan dan dilakukan oleh prianya.

"Om???"

"Kenapa!?" bentak Barata diluar kendali. Matanya menatap nyalang pada Agni. Seperti bukan diri pria itu sendiri.

Agniya tertegun. Dia tidak tahu kalau Barata bisa meneriakinya atas apa pun yang tidak gadis itu pahami.

"Jangan begini, Om. Aku takut...."

"Sudah tahu kamu takut. Kenapa kamu lakukan semua ini!!!? Kenapa, Agni!!!?" Bentakan itu bersamaan dengan sebuah benda yang dihancurkan tangan Barata.

"Om ...."

"Ini yang kamu ingin bicarakan? Kamu ingin pergi, kan? Kalau memang tidak mau dengan hubungan ini, kenapa harus dengan cara begini?!! Kamu hanya perlu mengatakannya dan pergi!!!"

Karta menarik pria yang menyebabkan masalah. Barata tidak langsung melepaskannya.

"Bawa dia duduk, Karta. Coba tanyakan apa yang sebenarnya dilakukannya dengan Agni!"

Mata perempuan itu melebar. Terkejut dengan apa yang didengarnya. "Om? Aku nggak ngelakuin apa pun. Aku nggak kenal dengan orang i—"

"Agniya. Berhenti untuk berpura-pura lagi. Kamu bahkan semalaman menangis bersama aku. Kamu nggak ingin bertahan bersama pria ini, Barata. Dia pria yang ingin kamu putuskan hubungan, kan?"

Mendengar penjelasan semacam itu, Barata semakin kalap dan merusak apa pun yang ada di dekatnya.

"Om ... orang itu bohong! Percaya sama aku—"

"Bagaimana saya bisa percaya kamu kalau saya melihat kamu dalam pelukan pria lain!!!?? Bagaimana saya bisa percaya dengan kamu kalau kamu memeluknya yang telanjang dan kamu hanya menggunakan gaun tidur tipis—" Barata memejamkan mata tak sanggup melanjutkan. "Pergi dari hidup saya, Agniya!"

Tentu saja Agni menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Nggak, Om. Nggak! Aku nggak salah! Aku nggak—"

"Kamu sudah melanggar janji, Agni. Kamu sudah memasukkan pria lain ke rumah saya! Kalian berada di kamar saya!!!"

Sungguh Agni tidak memiliki kesempatan untuk menjelaskan. Bagaimana mungkin dia dituduh dengan penjelasan palsu seperti ini?

"Om, aku berani sumpah aku nggak melakukan apa pun. Aku ... aku cinta sama, Om."

Berdecih, Barata enggan menatap Agni. "Disaat seperti ini kamu malah mengatakan cinta? Kamu bisa pergi sekarang juga, Agni. Saya benar-benar tidak mengerti dengan permainanmu. Terima kasih sudah menjebak saya sejauh ini!"

Barata bahkan tidak lagi mendengarkan Agniya. Teriakan Agni kepada Barata agar didengar tidak mendapatkan respon. Hingga pria itu masuk ke dalam mobil dan membiarkan Agni tertatih-tatih berusaha mengejar pria itu dalam kondisi hamil. Pria itu tidak tahu.

Berada di pinggir jalan dengan tangisan, Agni meratapi takdir yang mempermainkannya. Siapa pria itu? Pria yang mengatakan pernyataan palsu.

*

Barata tahu Agni sempat mengejar mobilnya meski sudah tahu tak akan sanggup. Namun, Barata tak ingin memberikan kesempatan pada pengkhianat. Barata hancur. Tak menyangka akan seperti ini jadinya hubungan tak bernama itu. Bukan hanya Agni yang menangis, dia juga.

"Saya sudah bilang, Tuan. Perempuan seperti itu hanya memanfaatkan Anda."

Barata tidak menyahuti. Dia terlalu terluka untuk banyak bicara. Pernyataan cinta Agni hanya garam yang ditabur di atas luka. Begitu dahsyat pemandangan yang dilihatnya begitu membuka kamar. Agni dalam pelukan pria lain.

Hatinya terbakar, hingga menghanguskan seluruh logikanya. Barata tak ingin mendengar apa pun lagi tentang Agni, cukup memiliki hubungan yang terlalu jauh seperti ini. Dia benci terus disakiti, dikhianati. Pertama Trisha, yang tidak bisa dia usir karena ada Khrisnan dan status pernikahan mereka. Jadi, begitu Agni membawa pria lain ke rumahnya, maka tidak akan ada kata ampun.

"Cari hotel terdekat. Saya nggak mau pulang dalam kondisi kacau seperti ini, Karta."

Karta mengamati Barata yang masih dalam pengaruh kemarahan. "Baik, Tuan."

Ini hanya akan terjadi sebentar. Tidak akan Barata berlarut-larut setelah masalah ini terkikis oleh waktu. Karta tidak akan masuk sebagai penghancur keluarga Barata. Dia yakin Barata akan dengan mudah melupakan Agniya.

Agniya Ayu [ Om, aku berani sumpah kalo aku nggak melakukan hal itu. Aku nggak membawa laki-laki manapun ke rumah. Aku juga nggak tahu gimana caranya laki-laki itu bisa masuk ke kamar kita.]

Barata semakin kesal dengan alasan Agni. Dia memutuskan untuk memblokir nomor Agni dan membanting ponselnya sendiri di lantai mobil.

"Sialan!"

Karta mengintip ekspresi Barata. Makian itu tentu ditujukan pada pengirim pesan di ponselnya hingga benda persegi itu dibanting.

"Mungkin Anda bisa mengganti ponsel, Tuan. Dengan begitu tidak ada sisa kenangan apa pun yang tersisa."

"Terserah. Lakukan apa pun yang kamu tahu, Karta. Saya tidak ingin memikirkan apa-apa lagi."

Suatu saat dia meyakini mampu melupakan Agni. Barata tak akan pernah tahu bahwa sikapnya ini hanya akan menjadi malapetaka baginya dan Agni.


[ Aku akan sangat sakit hati kalau jadi Agni. Nggak dipercaya oleh orang yang kita cinta sangat menyakitkan. 😭]

Sweetest Daddy/ Tamat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang