28. When?

5.8K 948 60
                                    

The Sweetest Daddy

When?

[]

Sejujurnya menjadi bagian dalam hidup Barata memang menyenangkan. Khususnya bagian dimana pria itu memberikan cinta yang besar untuk diri Agniya. Namun, bagian dimana Agni harus berurusan dengan keluargap pria itu menjadi bagian yang tidak menyenangkan. Menjadikan dirinya berada di tempat yang serba salah ketika harus dilihat sebagai perempuan simpanan. Pihak ketiga. Memang sedari awal begitulah yang Agni teguhkan, menjadi perempuan yang hidupnya ditanggung oleh pria kaya. Mulanya memang tidak masalah sama sekali, tapi semenjak rasa cinta tercipta di dalam hatinya, itu semua tidak lagi menyenangkan. Apalagi ada nyawa yang harus dia pertanggung jawabkan atas seluruh perbuatan yang dilakukannya bersama Barata.

Melihat Khris selalu mengingatkan Agni pada bayinya sendiri. Bagaimana dia akan baik-baik saja ketika bayangan keluarga yang hancur menyambangi pikirannya? Semua perempuan yang berlebihan sifat perasanya pasti merasakan hal ini. Gamang yang dirasakan atas dasar keinginan memiliki masa depan yang baik. Dia tidak mau membesarkan anaknya dalam keluarga yang tidak benar seperti yang Khris rasakan. Apa yang dirasakan oleh istri Barata jika tahu keberadaannya dan anak Barata yang akan dirinya lahirkan? Khris sudah sangat kecewa hingga melakukan semua ini, lalu apa yang akan istri Barata lakukan padanya jika tahu?

"Kamu dari tadi nggak makan atau meminum susu kamu. Apa yang kamu pikirkan sampai sebegitunya?" Barata tidak akan pernah menyerah dengan semua ini. Dia sengaja semakin sering berada di apartemen Agni berada, memastikan semua kebutuhan Agni dan calon anaknya terpenuhi.

"Kapan kamu pergi dari sini? Oh, nggak. Kapan kamu pergi dari hidupku?"

Tentu saja Barata terkejut dengan ucapan Agniya. Siapa yang ingin pergi dari kehidupan perempuan itu? Jika Barata sesungguhnya ingin membangun keluarga kecil bersama.

"Siapa yang akan pergi?" Barata membalas. "Pria yang kamu harapkan untuk pergi dari hidup kamu ini, selamanya tidak akan pernah pergi."

Gemas dengan balasan Barata yang membuat ucapan Agni seolah-olah tidak ada gunanya, menambah rasa putus asa Agniya saja. Dia ingin Barata menjauhinya, jangan ada lagi hal yang mengaitkan mereka. Namun, nyatanya hal itu tidak bisa begitu saja dilakukan. Barata akan tetap keras kepala berusaha untuk mendekatinya.

"Kenapa kamu terus mendorong aku pergi?"

Agniya menatap pria itu dengan tidak terima. Pertanyaan macam apa itu? Bukankah Barata seharusnya sudah tahu apa alasan yang membuat Agniya seperti ini?

"Kenapa kamu masih bertanya? Apa yang akan kamu lakukan kalau perasaan kamu disepelekan? Kamu nggak dipercaya dengan semua ucapanmu, dan semua penjelasan kamu hanya dianggap kebohongan? Apa lagi? Ada banyak alasan kenapa aku mau kamu pergi dari hidupku. Salah satunya adalah ucapan kamu yang menghina anakku."

Dan itu berarti anak Barata juga. Pria itu sudah menghina anaknya sendiri tanpa mau menyelidiki jawaban sebenarnya dengan benar. Menyalahkan Agni dan mengusir adalah sebuah penghinaan yang sudah dirasakan Agni dari pria yang dia cintai.

"Aku minta maaf. Sangat, sangat meminta maaf."

Jeda menyelami keduanya. Barata yang merasa harus mendapatkan maaf dari Agni, dan perempuan yang sedang meratapi sakit atas hatinya.

"Kalau posisinya ditukar," ucap Agni sambil menahan tangis. Ah, selalu aja nangis! "Apa kamu juga mau menjalani hubungan yang kacau ini setelah direndahkan dan darah dagingmu dihina? Kamu masih terima?"

Barata tidak ingin apa pun, tidak lagi. Selain Agniya dan anak-anaknya. Tapi jika Perempuan yang kini tengah mengandung anaknya itu tidak baik-baik saja setelah sikapnya yang brengsek bagaimana?

"Aku nggak tahu. Aku nggak berada di posisi itu dan aku nggak tahu harus melakukan apa. Karena yang aku tahu, kamu menyimpan rasa untukku. Itu sebabnya aku nggak mau menyerah atas kamu dan anak kita, Agniya. Meskipun aku adalah penyebab rasa sakit dan kecewa kamu, aku akan tetap berjuang untuk kalian seberapa lama pun kamu mau memaafkan aku yang jauh dari kata sempurna ini."

Tidak lagi menyerang Barata dengan ucapannya, Agni memilih menyuapkan makanan ke dalam mulutnya dengan tenggorokan yang penuh dengan rasa sakit. Karena menahan tangis adalah kegiatan yang menyakitkan. Dia membiarkan Barata mengamatinya yang makan dan minum dengan mata memerah dan bahkan sesekali airmatanya jatuh karena pria itu.

Beginilah kesalahpahaman akan cinta. Memang tidak akan pernah ada cinta yang baik-baik saja jalannya.

*

Pada akhirnya Barata memilih untuk mengajak Agniya untuk mengetahui kondisi anak mereka di dalam perut Agniya. Sudah tidak bisa lagi membicarakan siapa yang salah, siapa yang harus dimaafkan. Agniya lelah dan Barata tidak mau semakin menambahkan rasa sakit ke hati perempuannya. Dia mengajak Agni untuk bersiap menuju rumah sakit dan membuat janji dengan dokter kandungan yang sebelumnya bahkan tak pernah diketahui oleh Barata.

Jauh saat Trisha mengandung dulu, Barata tidak pernah tahu cara membuat janji atau sekadar mendaftarkan pemeriksaan kehamilan ke rumah sakit karena Trisha memaksa melakukannya sendiri. Perempuan itu bahkan cenderung lebih suka untuk membawa dokter ke rumah selama mereka masih memiliki uang yang cukup guna membawa dokter serta rumah sakit ke rumah mereka. Begitulah Trisha yang cenderung lebih suka untuk merasakan semua kemudahan.

"Aku ... takut." Agniya mengatakannya pada Barata.

"Kenapa? Kita hanya memastikan kondisi bayinya baik-baik saja, bukan untuk tindakan operasi atau apa pun."

"Bukan itu."

Barata tidak mengerti apa yang coba disampaikan oleh Agni padanya. Apa yang perempuan itu coba jelaskan melalui tatapan matanya yang sendu. Membuat Barata bertambah tegang saja untuk menemui anaknya yang kedua.

"Lalu apa?"

Terlihat jelas bahwa ada kebimbangan yang Agniya rasakan. Sepertinya Barata tidak akan pernah mengerti apa maunya perempuan. Apa jalan pikiran mereka yang terlampau rumit dan tidak mudah diurai dengan segala kemampuan. Apalagi setelah Barata merasa sangat bersalah dengan semua sikapnya sebelum semua ini terjadi.

"Kamu bilang apa ke bagian depan?" tanya Agniya penasaran.

"Bilang kalo mau melakukan pemeriksaan kehamilan. Apa lagi?"

Agniya berdecak. "Maksudku, kamu diposisikan sebagai apa waktu mencatat semua data aku tadi?"

Barata mulai mengerti kemana arah pembicaraan ini. Agniya ketakutan mengenai status mereka yang tidak menikah adalah sebuah pukulan tersendiri karena, ya ... mereka seharusnya tidak menjalani semua ini.

"Aku bilang sebagai wali kamu." Barata sedikit bangga karena memiliki kemampuan berpikir cepat. Dia tidak mau membuat Agni semakin panik jika Barata katakan dengan jujur bahwa dia menyampaikan sebagai suami Agniya. Toh, memang status di KTP Barata menyatakan dirinya menikah.

Namun, rupanya mengatakan sebagai wali juga tidak sepenuhnya bagus untuk didengar oleh Agniya. Sebab bagaimanapun, perempuan itu juga mengharapkan memiliki pendamping yang bisa diakui dan tidak membohongi siapa-siapa.

"Oh. Bagus."

Masalah diantara mereka rupanya memang banyak.



[Mau seberapa panjang kisah ini? Maksudnya setelah aku merasa kisaran 40/50 an bab tamat. Kira-kira kalian pengen nambah nggak gitu? Ya, maksudnya ekstra sih sudah pasti beda, ya. Kalo Special chapter khusus lah di Karyakarsa. Kalo ekstra memang nanti kalo PO(eh)🤭. Kalian mau bab ringan atau konflik ringan tambahan nggak gitu?]

Sweetest Daddy/ Tamat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang