"Bang, kepangin rambut aku dong." Lyra menghampiri Daniel Malik yang sedang tiduran di sofa sambil baca komik. Munculnya matahari dari ufuk timur tidak membuat cowok tinggi besar berwajah tengil itu beranjak untuk bersiap kuliah.
Daniel melirik adiknya yang sudah memakai seragam SMA-nya yang berupa kemeja putih lengan pendek, dasi dan rok hijau ala asrama Slytherin bermotif kotak dengan garis kuning. Agak beda dari seragam SMA pada umumnya, berhubung Lyra tamat SMA di salah satu sekolah di Singapura dan malah ingin kuliah di Indonesia. "Kepang sendiri," sahutnya pendek.
"Bang!"
"Apa?"
"Kepangin bentar, nanti aku dimarahin panitia OSPEK!"
"Bukan gue yang dimarahin," sahut Daniel cuek.
Lyra mulai rungsing, menarik-narik bulu kaki abangnya biar tidak baca komik terus. "Bang, ayolah. Kepangin."
"Tanggung, 10 lembar lagi."
"YAKALI?!!" Lyra sudah harus tiba di kampus barunya setengah jam lagi. Ojek online yang ia pesan sudah masuk komplek perumahan. Masa harus menunggu abangnya menuntaskan 10 lembar komik Kungfu Boy kesayangannya? Cewek itu makin beringas menarik bulu kaki Daniel. "Bang-"
"Iya iya!! Bawel kali bah anak Pak Rahmadi ini!!" Daniel menaruh komiknya dengan wajah merah karena sakit sekaligus kesal, menyuruh Lyra duduk di karpet dengan gerakan dagunya.
Dengan wajah penuh kemenangan, Lyra duduk di karpet dengan kedua tangan memeluk lutut, sementara tatapannya terarah pada televisi yang menampilkan film dari saluran favorit mereka sejak kecil, Space Toon. Sesekali cewek itu meringis karena Daniel menjambak rambutnya berkedok mengepang.
"Bang, Ospek di Indonesia serem banget ya?"
"Iya kalo lo songong sama senior."
"Tapi kan ada abang. Abang bakal ngelindungin aku kan?"
Daniel mencibir. "Ngga usah ngarepin privilege dari gue. Mahal."
"Aturan tuh cewek yang jual mahal, kok malah abang sih?!"
"Gue cowok mahal."
Lyra menjulurkan lidah pura-pura muntah, tapi langsung meringis karena rambutnya ditarik lagi. Memang bukan perbuatan yang bijak minta tolong abangnya untuk mengepangkan rambut. Tapi karena ini hari pertama Lyra ke kampus dan cewek itu belum punya teman ketika tiba di Indonesia minggu lalu, Lyra tidak punya pilihan selain membiarkan rambutnya ditarik dengan penuh dendam oleh abangnya.
Cewek itu bertekad dapat teman baru hari ini yang sekalian bisa mengajaknya jalan. Karena tidak mungkin Lyra menggantungkan nasib pada oknum bernama Daniel Malik. Benar-benar tidak bijak.
"Udah tuh," celetuk abangnya begitu selesai membuat 2 kepangan yang sekarang menjuntai di kanan-kiri bahu Lyra.
Cewek itu langsung ke arah standing mirror di kamarnya, berkaca, dan menghela napas. Memang apa yang diharapkan dari abangnya yang mengepang rambutnya sambil jambak sana-sini?
Kepangannya jauh dari kata rapi. Yang bagian kanan cuma dikepang sampai tengah, yang bagian kiri dikepang sampai mepet ujung. Rambutnya masih banyak yang mencuat-cuat.
"Udahlah, daripada terlalu rapi nanti malah ditindas," gumamnya pasrah.
"DEK, COWOK LO TUH DATANG!!"
Suara menggelegar Daniel mengalahkan suara televisi, membuat Lyra merengut. Sudah lelah mendebat Daniel yang selalu menyebut setiap ojol yang menjemput sebagai pacar Lyra.
"Aku berangkat, bang."
"Hm. Kalo lupa alamat rumah nginep aja di kampus."
"Abang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Mapala - 🌐SH
FanfictionKeanehan yang terjadi sejak Faro menolak Lyra di lapangan Fakultas Geografi.