Ternyata demi mendapatkan kunci kamar kos Faro sama sekali bukan sesuatu yang mudah.
Lyra pikir ia hanya perlu menemui ibu kos dan mengatakan maksudnya ingin mengunjungi kamar kenangan milik mas crushnya itu-tentu dengan wajah yang ia buat semelas mungkin. Tapi susah-susah Lyra membuat air matanya keluar, ibu kos malah bilang kalau kuncinya dibawa Fara.
Kenapa tidak bilang dari awal?! Tau begitu Lyra tidak perlu mengipasi matanya tanpa kedip.
Apalagi sekarang Fara sedang KKN di Cilacap! Yaampun!
Jadi Lyra menelepon abangnya dan menagih hadiah ulang tahun agar Daniel memintakan kunci kamar Faro yang ada di kembarannya itu. Tentu saja langsung membuat Daniel mencak-mencak kesal.
"Gue ngga mau ya dapet telepon lo nangis lagi, dek."
"Air mata aku udah habis, bang."
"Lagian lo kenapa sih tiba-tiba banget minta kunci kamar kos Faro?!"
"Emang ngga boleh?"
"Ngga!!"
"Abang, plaease, yaaa..."
"Lo kenapa ngga minta sendiri? Ngerepotin aja. Tau disini susah sinyal."
"Kalo abang ngasih hadiah yang gampang dapetnya kan ngga seru."
"Yee ngelunjak."
Lyra tersenyum senang. "Aku tunggu ya, bang."
Telepon langsung dimatikan sebelum Daniel sempat mengomeli adiknya dan permintaannya yang aneh-aneh itu.
Sejak Faro dimakamkan, kamar kosnya memang belum diberesi karena Faro sudah bayar sampai akhir tahun ajaran nanti. Entah kenapa Om Edgar juga tidak memberesi kamar anak bungsunya itu. Tapi dari cerita Daniel, keluarga Faro masih belum bisa menerima kematian cowok itu.
Lyra juga masih tidak terima. Tapi dia bisa apa? Meratap tidak akan membuat Faro-nya kembali kan? Lagipula kata Mama, kalau yang disini terus-terusan meratap, Faro disana juga tidak akan tenang.
10 menit kemudian, Fara malah meneleponnya dan tanpa basa-basi langsung bertanya kenapa Lyra ingin ke kamar Faro.
"Lo tau itu privasi adek dan keluarga gue. Ngapain pengen kesana?" Fara bertanya datar hampir tanpa intonasi.
Sekarang, Lyra justru tidak tau apa yang ingin dikatakannya pada Fara. Bilang kalau dia ingin mencari klu soal apa saja hal aneh yang mungkin dialami Faro dan bisa jadi sebab kematian cowok itu? "Aku... kangen Kak Faro," jawabnya pelan.
Fara menghela napas keras. "Gue tau lo itu berarti banget buat adek gue dan begitu juga sebaliknya, tapi lo ngga bisa stuck sama kematiannya aja."
"Kak Fara juga masih stuck kan?" Pertanyaan Lyra membuat Fara terdiam. "Kak Fara, boleh ya?"
Tampaknya Fara sedang ribut dengan isi benaknya sendiri, antara membolehkan Lyra masuk ke kamar almarhum adiknya dan membiarkan cewek itu sedih lagi atau melarang sekalian. Tapi mengingat bahwa sepertinya Lyra sangat berarti buat Faro, mungkin... Faro akan senang kalau Lyra diperbolehkan kesana. "Lo dimana sekarang?"
"Eh-" Lyra melirik sekitarnya, ke arah abang Gojek langganannya yang sedang nangkring di motor sambil minum es cendol. "Udah di depan kosan Kak Faro."
"Niat banget sih," gerutu Fara. "Lo kasih teleponnya ke bu kos, biar gue yang ngomong."
💤💤💤
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Mapala - 🌐SH
FanfictionKeanehan yang terjadi sejak Faro menolak Lyra di lapangan Fakultas Geografi.