Usai memarkirkan HRV hitamnya yang baru pulang dari bengkel, Daniel memasuki rumah dengan kening berkerut. Hari sudah gelap, tapi Lyra belum menyalakan lampu rumah sama sekali. Hanya lampu teras yang menyala secara otomatis oleh sensor cahaya matahari.
Begitu ia membuka pintu, rumah hening. Tidak ada satu pun lampu menyala, membuat suasana rumah amat suram. Bahkan tidak ada sebercak cahaya sedikitpun di tangga yang menandakan lantai atas juga gelap gulita.
"Dek?" Daniel memanggil, menyalakan lampu, kemudian duduk di sofa sambil membuka ponsel. Niatnya menelepon Lyra, dan tidak diangkat meski sudah panggilan ke-lima. "Dia jalan sama Faro terus hapenya di-mute apa gimana sih?!" gerutunya.
Cowok itu melangkah juga ke lantai atas, barangkali Lyra tertidur dan ponselnya dimatikan. Tapi nihil. Lyra tidak ada di kamarnya, tidak ada di kamar Daniel, juga tidak ada di kamar utama tempat orang tua mereka tinggal kalau sedang di Jakarta.
"Dek, lo dimana? Ngga usah main petak umpet, lo udah tua!"
Dengan gusar, Daniel kembali ke bawah, duduk di sofa ruang keluarga setelah sebelumnya memeriksa kamar mandi. Dan tentu saja tidak ada Lyra disana.
Jelas saja Daniel khawatir. Lyra tidak pernah pulang saat sudah malam begini. Apalagi adiknya itu suka memberi kabar kalau mau ke suatu tempat.
"Dek, ngga gue masakin Indomie nih?!"
Tidak ada sahutan. Daniel membuka ponselnya lagi, kali ini menghubungi Faro.
"Dimana lo?"
"Lagi di Bogor. Kenapa?"
"Lo nyulik adek gue ke Bogor?!"
"Maksud lo apa?"
"Lo sendiri tadi yang bilang bakal nganter adek gue. Terus mana bocahnya?! Ngga ada di rumah! Jangan-jangan ketinggalan di sekre!"
"Gue emang nganter adek lo sampe depan rumah."
Daniel menghela napas. "Terus lo liat adek gue masuk rumah?!"
Pertanyaan sederhana itu sontak membuat Faro terdiam, berkutat dengan pikirannya sendiri, sebelum menyahut lagi, "Gue ke rumah lo sekarang."
💤💤💤
Menunggu Faro tiba di Jaksel setelah dari Bogor sama saja menunggu biji kecambah tumbuh. Lama, untuk ukuran Daniel yang sedang gusar menunggu adiknya pulang.
Habis sudah rencananya tadi yang pulang kuliah mau mengajak adiknya drive thru McD dan Gramedia. Sekarang Lyra malah belum pulang dan tidak ada kabar.
Kalau pun keluyuran sendiri juga tidak mungkin. Adiknya itu lebih suka belanja online karena memang punya DNA mager. Apalagi Lyra memang tidak tau jalanan Jakarta, masa iya keluyuran?!
Belanja bulanan saja di Indomaret depan komplek.
Terakhir Lyra keluyuran ya waktu belanja peralatan hiking di GI sama Marta-
"Marta!" Daniel kembali fokus ke ponselnya, membuka database peserta diklat Mapala tahun ini untuk menghubungi Alin, dan teleponnya langsung diangkat pada dering kedua.
"Halo?" sapanya ragu-ragu karena nomor itu asing.
"Alin? Gue Daniel."
"Oh-iya, kak, ada apa?"
"Lo satu fakultas sama Marta kan? Marta Magdalena anak interior?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Mapala - 🌐SH
FanficKeanehan yang terjadi sejak Faro menolak Lyra di lapangan Fakultas Geografi.