19 - Gara-gara Gorengan Micin

853 180 57
                                    

"Skripsi lo nyampe mana?"

"Bab 1."

Arjuna melongo. "Lo belum KKN udah nge-gas skripsi aja! Lo gila?!"

Faro tersenyum simpul, memainkan pulpen di atas kertas yang berisi coretan rancangan agenda liburan semester, masih dalam rangka kegiatan pelantikan anggota baru Mapala. "Kalo bisa gue kerjain segera ngapain ditunda?"

"Biar cepetan lulus?"

Faro mengangguk.

"Gue malah ngga pengen cepet lulus," keluh Arjuna, membuka pintu kulkas mini untuk mengambil 2 kaleng soda dan melemparkan salah satunya pada Faro yang langsung ditangkap dengan tangan kiri cowok itu.

Omong-omong, tangan kiri Faro memang cukup aktif untuk beberapa kegiatan seperti lempar-tangkap karena cowok itu biasa melatih fisiknya.

"Gue kadang ngga yakin mau berhadapan sama dunia kerja." Arjuna masih melanjutkan keluhannya. "Apa gue lanjut S2 aja ya?"

Faro mengendikkan bahu, tidak bersuara.

Arjuna kemudian menatap Faro yang sedang menatap foto diklat Mapala di Semeru, entah kenapa foto itu sepertinya lebih menarik dibanding pembicaraan mereka siang itu. "Lo bakal lanjut S2?"

"Gue bakal lanjut S2 setelah dapet kerja," sahut Faro tanpa menoleh.

Arjuna berdecak heran, diiringi desisan kaleng soda dibuka. "Ambis banget lo pengen cepet kerja. Biar pun lo drop out dari kampus juga pasti bakal dapet. Bokap lo pejabat Freeport, nyokap lo petinggi Pertamina. Kakak lo orang dalemnya Angkasa Pura. Anjir banget privilege keluarga lo!"

"Keluarga gue kan keluarga besar lo juga." Faro menyahut kalem, membuka fakta bahwa 2 manusia yang ada di sekre itu adalah sepupu. Tapi karena keduanya sepakat untuk tidak membahas, maka tidak ada yang tau. Kecuali mungkin Daniel. Entah bagaimana sahabat mereka tau meski tidak ada yang memberi tau.

Faro kemudian juga membuka kaleng sodanya, segera terdengar bunyi desisan sebelum cowok itu meneguk minumannya tanpa ekspresi berarti. Setelah minumannya habis, cowok itu segera beranjak, meninggalkan Arjuna yang rupanya masih ingin mengeluh.

"Lo mau kemana? Rapat bentar lagi woi!"

"Gue harus siap-siap balik ke Kalimantan. Ketua agenda liburan udah gue serahin ke Daniel."

"Lo ngapain lagi sih ke Kalimantan?! Heh, sepupu, jangan pergi lo!"

💤💤💤

"Alin, itu siapa kok ngeliat sini terus?" bisik Lyra, berjalan di sebelah Alin dengan kikuk. Sepanjang koridor gedung Fakultas Teknik lumayan ramai siang itu. Banyak yang lalu lalang, banyak juga yang sekedar duduk di koridor sambil ngobrol.

"Yang lagi ngeliat sini itu kating. Dan mereka ngeliatin elo sih, bukan gue."

"Kok aku?! Aku aneh banget ya?"

Alin sontak tertawa, menggeleng heran dengan semua pemikiran Lyra. "Ya aneh sih, soalnya jarang ada yang glowing di Teknik."

"Terus kenapa banyak cowoknya?"

"Namanya juga Fakultas Teknik."

Merasa risih dipandangi gerombolan kating cowok, Lyra buru-buru mengikuti Alin menuju kantin Fakultas Teknik. Kata Alin jajan gorengannya disini mantap, banyak micinnya. Makanya Lyra mau datang. Tiba di kantin yang agak ramai, mereka langsung jadi pusat lirikan beberapa pasang mata. Mereka tidak melirik Alin, melainkan Lyra. Cewek yang baru terlihat penampakannya di wilayah Teknik dan terlalu kinclong untuk jadi anak Teknik.

Anak Mapala - 🌐SHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang